E-Vote Hambat Niat Pemilih Mencoblos
MALANG-KAV.10 Terganggunya e-vote di TPS yang tersebar di fakultas menyebabkan antrean panjang di pintu masuk TPS. Di FISIP beberapa mahasiswa mengeluh dan memilih untuk meninggalkan antrean.
“Keluhan yang paling sering ditamparkan kepada pihak panitia peyelenggara adalah pertayaan seputar itu (permasalahan error, pembobolan dan keabsahan suara, –red,),” kata Gio Prananda selaku Koordinator Publikasi Dokumentasi dan Dekorasi (PDD) Pemira.
Gio menjelaskan bahwa seluruh sistem di fakultas hanya dioperasikan oleh satu sistem pusat di rektorat. Ia menambahkan bahwa pihak rektorat mejamin dan percaya diri akan kelancaran sistem e vote tersebut. Teknis penghitungan e vote ditagani oleh pihak TIK rektorat.
“Segala sistem penghitungan itu ada kekurangannya, baik itu secara manual maupun dalam teknologi. Kalau ada kecacatan dan sebagainya, ini murni kesalahan rektorat, bukan dari panitia. Karena disini panitia hanya bertindak sebagai fasilitator,” tegasnya. Dibeberapa fakultas sendiri, Terganggunya sistem e-vote berakibat pada molornya pembukaan TPS.
Hal tersebut juga berdampak pada minimya suara yag masuk kepada calon EM maupun DPM. Salah seorang mahasiswa yag memilih di TPS 19 menjelaskan terkait dampak e-vote terhadap niat beberapa mahasiswa yang memilih.
“Mereka anak anak yang tidak terlalu berkepentigan pada dasarnya ingin tetap mencoblos, tetapi gara-gara sistem error yang berdampak pada lamanya proses pencoblosan, mengakibatkan banyak mahasiswa yang pulang,” ujar Naditya Nivelia mahasiswa Komunikasi 2014.
Lebih lanjut, beberapa mahasiswa juga memberikan keluhan dan prediksi dampak terkait permasalahan tersebut. Derry Septhian Wijaya selaku mahasiswa Sosiologi menjelaskan bahwa kecurigaan akan timbul dari pihak calon yang akan dirugikan dengan permasalahan ini.
“Kecurigaan yang akan timbul akan menyebabkan konflik dari pihak pendukung calon yang merasa dirugikan,”ujarnya. Derry juga menjelaskan bahwa banyak dari teman-temannya harus menunggu lama agar bisa memilih. ”Bahkan ada teman saya yang harus menunggu dari jam satu hingga jam 3,” tukas mahasiswa angkatan 2012 tersebut.
Walau sudah menggunakan sistem e vote, pelaksanaan Pemira tetap menuai kritik. Beberapa mahasiswa menilai panitia kurang melakukan sosialisasi.
“Jika tambah mempersulit dalam sistem pencoblosan tidak usah dilanjutkan,” ungkap Tisa Wardani, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris 2012. Sampai jam 17.30 dari beberapa fakultas di UB, rata-rata pemilih baru terdaftar sekitar kurang lebih 450 hingga 750 ditiap fakultas.(dan/ima/miy)