JJ Rizal : Mengenal Ali Sastroamidjojo sebagai Tokoh Diplomasi Indonesia
Bandung-KAV.10 Gedung Merdeka menjadi saksi bisu bagaimana mantan Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo menjadi salah satu negarawan yang sukses membawa nama Indonesia diperhitungkan lebih jauh dimata dunia. Pemaparan lebih mendalam mengena Ali Sastroamidjojo dan biografi dipaparkan langsung oleh sejarawan JJ Rizal di Acara Afternoon Tea : Bincang Santai dengan Saksi Sejarah Pelaku Konferensi Asia – Afrika,Selasa (28/4).
Pada kesempatan ini, JJ Rizal membahas mendalam peranan Ali Sastroamidjojo dalam pembangunan dasar-dasar perjuangan Indonesia yang tidak hanya fokus pada negara sendiri, tetapi telah melaju pada percaturan internasioalisme.” Dengan keadaan keluarga yang hidup dalam keluarga priyayi, tetapi Ia menolak segala fasilitas yang diberikan oleh kolonial dan mulai masuk pada tataran perlawanan terhadap ,” ujar Rizal.
Kajian tokoh ini sendiri adalah kelanjutan pembahasan buku biografi Ali Sastroamidjojo yang berjudul Tonggak-Tonggak di Perjalananku. Sebuah karya yang menurut Rizal dapat dikatakan sebagai biografi yang mempunyai isi yang cukup baik dan teliti. “ Ali Sastroamidjojo walaupun dalam keadaan sakit, tapi dapat membuat sebuah biografi yang hebat, tidak hanya sekedar bercerita tapi dapat mengisahkan tonggak-tonggak dalam perjalanan hidup seseorang,” ujar pria asal depok tersebut. Buku biografi tersebut terbit pada tahun 1975 dan langsung diedit oleh aktivis Manifesto Kebudayaan (Manikebu) yaitu Gunawan Muhammad.
Perjalanan hidup seorang Ali Sastroamidjojo sendiri dimulai saat ia bersekolah di Sekolah Hukum Universitas Leiden. Saat menjadi anggota Perhimpunan Indonesia (PI) bersama Muhammad Hatta dan kawan-kawan, Ali Sastroamidjojo telah melalui banyak hal terkait urusan hukum di negara tersebut. Tidak hanya PI, Ali Sastroamidjojo telah memulai pergerakan di ranah internasional dengan ikut aktif di Liga Anti ImperiAli Sastroamidjojo s Dunia yang membuat Ali Sastroamidjojo menjadi sosok yang mempunyai paham pembebasan terhadap rakyat-rakyat tertindas.
Selanjutnya, JJ Rizal memaparkan tonggak-tonggak sejarah Ali Sastroamidjojo pun makin terasa monumental saat Ali Sastroamidjojo mengubah keinginannya menjadi advokat maupun hakim menjadi seorang politisi. Oleh karena itu pada sekitar akhir 1920-an, Ali Sastroamidjojo bergabung bersama PNI yang berideologi Marhaenisme. Ideologi ini sendiri dipilih Ali Sastroamidjojo dan membuat adanya kesamaan pemikiran diantara Ali Sastroamidjojo dan Soekarno sebagai pemimpin partai tersebut..
Dalam aktivitas politik tersebut, JJ Rizal memaparkan bagaimana pemikiran Ali Sastroamidjojo tidak hanya pada definisi imperiAli Sastroamidjojo sm sebagai penindasa individu. Ali Sastroamidjojo melihat imperialism sebagai dampak yang menyebar di tataran internasional. Oleh karena gagasan pembebasan Ali Sastroamidjojo lebih pada cakupan Indonesia yang berdampak pada pembebasan di dunia luar. Oleh karena bersama dengan Soekarno, Ali Sastroamidjojo aktif mengumandangkan bagaimana perdamaian dunia menjadi cikal bakal utama pembentukan Undang-undang Dasar negara Indonesia yang menginginkan ada perdamaian dunia dan keadilan sosial.
Dalam cita-cita tersebut, akhirnya Ali Sastroamidjojo dapat mewujudkan impiannya setelah digelarnya Konferensi Kolombo yang dihadiri oleh 5 perdana Menteri saat itu. Negara-negara tersebut adalah Indonesia Srilangka, India, Pakistan dan Myanmar. Pertemuan itu menjadikan dasar pembentukan Konperensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang membuat dunia terkejut. Hal ini tidak terlepas dengan bagaimana Soekarno memahami Ali Sastroamidjojo yang dianggapnya mampu mengimplemetasikan garis perjuangan bangsa dalam percaturan global. Ali Sastroamidjojo sendiri sebagai diplomat yang mampu mengembang tugas negara dengan misi-misi khusus yang sejalan dengan cita-cita Indonesia. KAA sendiri adalah buah tangan karyanya yang sampai saat ini akan menjadi sesuatu yang tidak hanya membanggakan Indonesia, tetapi Negara-Negara Dunia Ketiga juga.(miy/ali)