INSPIRASI KARTINI MUDA BRAWIJAYA
MALANG-KAV.10 Rabu (23/4), gedung Samantha Krida terlihat ramai oleh pengunjung. Pagi pukul 09.00 WIB terselenggara seminar Kartini Muda Brawijaya yang merupakan agenda tahunan dari Kementrian PSDM EM UB (Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya).
Ketua Pelaksana,Like Mutiaristi menjelaskan bahwa seminar ini mendatangkan Tri Rismaharini, Siti Nurlathifah, Asma Nadia, dan Retty Ratnawati. Keempatnya adalah icon perempuan perubahan Indonesia.Hanya saja dikarenakan alasan tertentu, salah satu dari keempatnya berhalangan untuk hadir. “Tadinya Bu Risma adalah gueststar di acara ini, hanya saja karena kesibukannya sebagai orang pemerintahan beliau gak bisa datang,” jelasnya.
Seminar ini, pertama diisi oleh Siti Nurlathifah, seorang mahasiswi difableberprestasi dari Fakultas Ilmu Budaya UB. Didampingi konselornya, Siti menceritakan awal hidupnya menjadi seorang tunarungu di usia 7 tahun. Bagaimana keluarganya mensupport dirinya. Bagaimana ia berjuang untuk belajar dan berkarya dalam keterbatasannya sebagai tunarungu. Isak tangis peserta mewarnai sesi ini.Lambaian tangan di atas kepala pun diberikan para peserta sebagai bentuk apresiasi (pengganti tepuk tangan) terhadap perjuangan dan prestasi Sang Model Hijab yang tunarungu ini.
Sesi selanjutnya, diisi oleh penulis sekaligus penerbit buku,Asma Nadia. Perempuan yang masuk dalam daftar 500 muslim berpengaruh di dunia ini, menjelaskanbagaimana menjadi perempuan yang menginspirasi.“perempuan yang menginspirasiitu, adalah dia, perempuan muslimahala Aisyah Radiallahu Anhu” tuturnya.
Sang Hijab Traveller ini juga mengisahkan awal mula hidupnya sebelum menjadi penulis dan mengapa ia memutuskan untuk menjadi penulis.Lantas ia memotivasi peserta agartidak menunda waktu untuk segera mandiri, berdaya, dan berkarya sejak dini. “Kalau kamu mandiri, kalau kamu berdaya maka kamu pasti bermanfaat untuk umat. Karena kamu adalah jawaban (dari) setiap PR umat,” ujar Nadia.
“Tetap sehat dan aktivis” oleh Retty Ratnawati, merupakan materi penutup dalam acara ini. “Secara biologis, lelaki dan perempuan memang beda. Tapi secara egaliter dalam profesi, mereka sama,” ujarnya. “Perbedaan biologis inilah yang memungkinkan keduanya (lelaki dan perempuan) memiliki jenis penyakit yang berbeda,” tambahnya. Perempuan dengan kodratnya 2H2M (Haid, Hamil, Melahirkan, Menyusui) menyebabkan ia cenderung medicalization (mau tidak mau selalu berhubungan dengan medis). Kesehatan penting bagi siapa saja, terlebih bagi mahasiswa aktivis dengan tingkat aktifitas yang tinggi. Kenali diri secara fisik, psikologis, dan lingkungan, buat positive life style, up date diri, dan jaga komunikasi baik secara horizontal (sesama) dan secara vertikal (Tuhan) adalah tips kesehatan dari Dosen Fakultas Kedokteran UB tersebut. (anl)