KRISIS KUANTITAS DOSEN MENERPA PRODI ANTROPOLOGI: MAHASISWA TERPAKSA DIBIMBING DOSEN DARI LUAR JURUSAN

MALANG-KAV.10 Program Studi (Prodi) Antropologi tengah mengalami krisis kuantitas dosen. Kurangnya dosen dalam membimbing skripsi mengakibatkan dua dosen dari luar prodi Antropologi diikutsertakan. Terdapat Sigit Prawoto dari Sastra Perancis yang akan membimbing sembilan mahasiswa Antropologi serta Yohanes Padmo Adi Nugroho dari Sastra Jepang yang akan membimbing sembilan mahasiswa lainnya.
Melihat permasalahan ini, Nindyo Budi Kumoro—Kepala Prodi Antropologi—menjelaskan bahwa dua hingga tiga tahun lalu di Antropologi masih terdapat dua belas dosen. Dosen-dosen tersebut tersusun atas sembilan dosen tetap dan tiga dosen non-tetap. Namun pada semester lalu, jumlah dosen menjadi berkurang. Beberapa dosen berhalangan sebab sakit dan sekolah lebih lanjut di luar Malang. Kondisi ini membuat tersisanya lima dosen yang mampu melakukan pembimbingan skripsi.
Nindyo mengaku telah beberapa kali mencoba mengajukan formasi dosen baru ke universitas. “Lagi-lagi itu adalah keputusan yang tidak bisa ditetapkan oleh prodi. Beberapa kali ada bukaan dosen baru di universitas, Antropologi tidak mendapat formasi,” jelas Nindyo. Ia mengaku tidak tahu-menahu mengenai pertimbangan keputusan universitas tidak dapat memberikan dosen baru di Antropologi.
Melihat formasi dosen baru tidak bisa diupayakan, fakultas memberikan solusi dengan penambahan dua dosen di luar Antropologi yang memiliki latar belakang akademik terkait. “Pak Sigit mendapatkan gelar S3-nya di bidang Antropologi di Prancis dan Pak Padmo itu S2-nya itu fokus di cultural studies. Beliau berdua ini memang sebelumnya ada di sastra, kajian sastra,” jelas Nindyo. Melihat keilmuan antropologi mereka berdua, Nindyo pun setuju untuk memasukkan dua dosen tersebut.
Ibnu Batuthah, salah satu mahasiswa bimbingan Sigit Prawoto, resah atas pemilihan dosen pembimbing yang dia dapat. Hal ini karena beragamnya tema skripsi mahasiswa yang dibimbing Sigit. “Tema [skripsi]-ku gerakan sosial, temanku migrasi, terus ada yang budaya. Kita dapatnya bertujuh dan tujuh-tujuhnya tuh beda tema,” tuturnya. Ibnu pun membandingkan dengan semester lalu di mana pemilihan dosen pembimbing didasarkan pada tema-tema skripsi mahasiswa yang seragam.
Ibnu kemudian bercerita bahwa ia sempat mengisi formulir saran pembimbing di SIAM sebelum tugas akhir dimulai. Formulir ini berguna untuk menyesuaikan dosen pembimbing dengan judul skripsi yang diambil. Namun dari ketiga dosen yang ia ajukan, tidak ada satupun yang ia dapat.
Ibnu juga telah satu kali melakukan bimbingan. Selepas bimbingan, ia merasa bahwa arahan dari dosen terkait masih kurang instruktif dibanding dosen Antropologi. Alhasil, mereka bingung dalam menerima instruksi bimbingan skripsi. Akan tetapi, ia mencoba memahami kesulitan prodi untuk memenuhi kurangnya dosen pembimbing.
Di sisi lain, Ancelmus Iyai, salah satu mahasiswa bimbingan Yohanes Padmo Adi Nugroho, mengaku belum memiliki kendala selama bimbingan bersama dosen terkait. Namun, ia menyayangkan terbatasnya jumlah dosen Antropologi sehingga ia tidak bisa mendapatkan dosen yang lebih sesuai dengan topik skripsinya.
Penulis: Gracia Cahyadi
Kontributor: Mariana Safina
Editor: Badra D. Ahmad