Secarik kertas ini kuraih

Begitu pula tinta hitam di sisi kiri furniture

Demikian bait demi bait ini kutulis

Untuknya, 600 kilometer jauhnya

Semakin jauh lagi dari nurani

Karena ia tak lagi dapat kugenggam jemarinya

 

Sebenarnya, penyesalan adalah mantra terlarang untuk dipendam bahkan diutarakan

Dari alur yang tak meloncat, masih runtut nyawanya

Kau-lah seharusnya meradang, gundah, melihatku semakin benderang

Namun bagaimana bumi ini berotasi

Memandangmu yang seharusnya ala kadarnya

Mengapa menjadi istimewa?

Seolah kau segalanya

Seolah kau sempurna

Seolah kau mahadaya

Bahkan,

Akupun dilema dengan lemahnya otakku kini

Kau memang berhasil

Selamat..

 

Bahwa aku tak pernah membuat nadimu bergetar

Bahwa semudah itu melepaskan dan mengikhlaskan

Namun mengapa semua tak sama

Ketika aku sudut pandangnya

Aku pecundang

Aku kalah

Aku lemah

Sajak oleh : Armareza Putriyani

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.