Mahasiswa Yang Dirobotkan

0

Oleh: Muhammad Rizal*

Mahasiswa, kata yang tidak asing lagi oleh kita semua sekarang ini dikalangan kampus biru ini tercinta. Kampus yang berisikan para intelektual-intelektual atau mahasiswa yang bersifat kritis dan diharapkan mampu memahami keadaan kampus dan sekitarnya dengan berbagai cara untuk menyampaikan aspirasinya. Disampaikan dalam bentuk demo secara kelompok, bentuk turun kejalan berbondong-bondong serta model lainnya yang menjadi primadona bahwa mahasiswa bisa menjadi perubah keadaan.

Kegiatan perkuliahan pun biasanya ditinggalkan untuk kegiatan yang mereka geluti, terdapat kegiatan olahraga, kegiatan karya tulis, kesenian, dan masih banyak lagi kegiatan mahasiswa yang mereka anggap sebagai wujud kenalurian mereka sebagai mahasiswa dengan bakat yang mereka miliki. Yang memiliki kemampuan lain diluar kegiatan rutinitas mereka yang jenuh dengan aktivitas kampus. Namun, sekarang ini mahasiswa seperti kehilangan semua itu dengan wujud peraturan-peraturan yang semakin kesini semakin menghilangkan sifat asli kita semua sebagai mahasiswa yang bergairah untuk memahami kejadian yang merugikank halayak banyak.

Peraturan yang sekarang ini sedang menjadi pembicaraan hangat di semua mahasiswa adalah adanya aturan mahasiswa baru, dimulai dari angkatan 2014 bahwa mahasiswa harus mampu lulus maksimal lima tahun. Ditambah, menurut isu yang berkembang beban mata kuliah yang diberikan pun akan bertambah banyak, walaupun jenjang waktu perkuliahannya dikurangi menjadi maksimal lima tahun. Tentuhal ini,memberatkan para mahasiswa baru yang baru merasakan dunia kampus yang katanya penuh dengan pemikiran kritis dan idealis.

Mahasiswa tanpa di sadari, pelan-pelan digiring untuk menjadi manusia yang berisfat kritis dan idealis menjadi mahasiswa yang tidak peduli serta terkesan menuju sifat pragmatis. Kenapa sepertiitu? Coba kita bayangkan bersama, seandainya aturan tersebut akhrinya akan bertahan dan menjadi kebijakan yang dipertahankan bahwa mahasiswa harus mampu lulus dibawah atau maksimal lima tahu, mahasiswa akan berlomba-lomba lulus lebih cepat tanpa memperdulikan keadaan disekitarnya dan bisaja ditidakakan mengikuti kegiatan organisasi secara total karena kesibukan kampus yang sudah memberatkan mereka.

Banyaknya tugas kuliah, tugas secara kelompok atau pribadi, tugas diluar perkuliahan seperti kegiatan organisasi dan minat bakat pun menjadi tumpang tindih didalamnya. Ini membuatmahasiswa pun akhirnya memutuskan untuk memilih antara tugas kuliah atau tugas organisasi mereka.Mahasiswa pun perlahan dituntun untuk menjadi robot baru yang menurut akan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pihak kampus. Oleh karenanya, mahasiswa yang tidak memiliki sikap dan pemikiran yang kuat pun akhirnya akan mengikuti arus aturan yang ada ini.

Proses menjadikan mahasiswa ini sebagai robot pun di awali dengan adanya kebijakan bahwa mahasiswa yang lulus diatas empat tahun akan mengalami kenaikan biaya perkuliahan sesuai dengan beban yang diberikan oleh mahasiswa itu sendiri. Selainitu, adanya kebijakan-kebijakan yang sekiranya mampu mengikat mahasiswa ini untuk melupakan atau cuek terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh pihak rektorat. Jika kita mau mendalami lebih jauh, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sekarang ini sangat menguntungkan para pelaku industri berskala kecil, menengah, atau besar.

Kenapa? Karena salah satunya adalah dengan terdapat mahasiswa/i yang lulus dengan usia lebih muda maka nilai dari fungsi mahasiswa yang baru lulus ini akan lebih tinggi. Dikarenakan, industri yang sekarang ini saling bersaing membutuhkan para mahasiswa yang lulus dengan lebih muda agar dapat “digunakan” lebih lama dengan ide yang kreatif dengan harga murah. Para anak-anak sarjana baru ini pun, dengan terpaksa harus menuruti semua peraturan-peraturan untuk mendapatkan pekerjaan tertentu sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh para pelaku industry ini.

Inilah robot model baru yang diharapkan oleh para pelaku industri, bahwa para lulusan ditingkat perguruan tinggi hanya digunakan sebagai pekerja kelas bawah di bawah kangkangan industri modern yang pragmatis dan menginjak-injak harga diri seorang mahasiswa. Memang, penulis tidak memungkiri bahwa untuk bisa bertahan kita mesti mendapatkan penghasilan sendiri, entah menjadi karyawan, menjadi pekerja lepas, atau berwirausaha dengan semangat untuk mempertahankan apa yang dicita-citakan oleh kita semua dari dulunya.dad 001

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.