Kurang Tidur, Tak Bisa Donor Darah
MALANG.KAV-10. Kurang tidur bisa membatalkan calon pendonor yang ingin mendonorkan darahnya. Dampaknya, pendonor akan merasa pusing bahkan pingsan setelah pendonoran.
“Biasanya, kurang tidur dialami mahasiswa yang lembur mengerjakan tugas,” ujar Yeni Novarida, Ketua Korps Sukarela (KSR) Universitas Brawijaya. Dia menambahkan,calon pendonor harus jujur terkait jam tidurnya, agar merasa baik setelah proses pendonoran.
Selain kurang tidur, ada larangan lain bagi calon pendonor. Larangan diberikan bagi calon yang memiliki tensi darah rendah dan baru mengonsumsi obat. Pendonor juga harus memiliki berat badan minimal 50 kg.
Setelah mendonorkan darahnya, pendonor tak bisa melakukan donor keesokkan harinya. Pendonor memerlukan waktu tiga bulan setelah pendonoran terakhir.
Walau merasa lemas setelah pendonoran, hal ini lumrah bagi setiap pendonor. Oleh karena itu, selesai pendonoran, pendonor mendapat konsumsi dan obat penambah darah untuk mengembalikan stamina. Namun demikian, donor darah ini berdampak baik bagi kesehatan, karena tubuh memroses pergantian darah baru.
Sebagai organisasi yang bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), KSR rutin melakukan kegiatan donor darah setiap tiga bulan. Donor darah ini terbuka bagi masyarakat umum dan mahasiswa. Kedepannya, Rabu, (24/4), KSR melakukan kegiatan donor darah di Gazebo UB.
Selama penyelenggaraannya, kegiatan ini mendapat antusias tinggi dari mahasiswa. “Kalau punya waktu luang, mahasiswa biasanya mampir mendonorkan darahnya,” ungkap Yeni. (eff)