Nostalgia Dolanan Tradisional di Nidayaku
MALANG-KAV.10 Jumat (23/5), Festival budaya bertajuk Nidayaku (Seni dan Budaya Ku) selalu mempunyai daya tarik tersendiri bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB-UB). Diadakannya perlombaan dolanan tradisional, membuat Nidayaku semakin menarik perhatian masyarakat FIB. Pasalnya, dolanan tradisional pada zaman sekarang mulai terpinggirkan seiring dengan maraknya permainan elektronik yang digandrungi para remaja saat ini. Bertempat di green grass dan lapangan parkir FIB, berbagai macam dolanan tradisisonal bisa diikuti tanpa dipungut biaya. Dolanan yang dilombakan diantaranya bakiak, gobak sodor, lompat tali, tarik tambang, dan bentengan. Adanya dolanan di festival Nidayaku bertujuan untuk mengembalikan kenangan-kenanangan peserta dan pengunjung pada permainan tradisional. “Kita ingin menumbuhkan kerinduan kita dengan dolanan tradisional,” kata Mushab Ali, Penanggung Jawab dolanan.
Adapun manfaat ketika bermain permainan tradisional seperti melatih kemampuan kita dalam berkomunikasi, menumbuhkan chemistry, memadukan dalam merancang strategi, kerja sama, dan saling bahu membahu. Pada dolanan gobak sodor misalnya yang mengandalkan kekompakan tim. Permainan yang berasal dari sepetak lapangan berbentuk persegi panjang dan disekat menjadi empat bagian yang sama ini sangat mengandalkan kecepatan dan kelincahan pemain. “Komunikasi dan strategi yang terjalin baik akan menjadikan tim tersebut menjadi pemenangnya,” tambah Amos panggilan akrab Mushab Ali. Berbeda lagi dengan permainan tarik tambang yang mengandalkan tenaga dan kekuatan otot dari masing-masing tim. Meskipun demikian, tarik tambang merupakan permainan yang paling banyak diminati peserta dan menyedot antusiasme paling banyak dari mahasiswa pada Nidayaku tahun 2014.
Terhitung ada ada 16 tim yang berpartisipasi pada dolanan tarik tambang, gobak sodor 8 tim, lompat tali 12 tim, bakiak 8 tim, dan bentengan 12 tim. Adapun hadiah yang akan diperebutkan berbagai macam bingkisan dan souvenir yang akan diberikan pada acara malam puncak Nidayaku (24/5).
Perlombaan tarik tambang tahun ini juga diikuti oleh dua mahasiswa asing asal negara bagian Amerika, Brandon dan Daniel. Meskipun dalam rangka pertukaran pelajar, mereka (Brandon dan Daniel.red) tertarik untuk berpartisipasi dan menjajal kekuatan ototnya melawan mahasiswa FIB UB. Meski dibantu dua mahasiswa lainnya, hasilnya pun tim mereka menjadi pemenangnya dalam lomba tarik tambang di Nidayaku 2014. Menurutnya, dolanan tradisional yang ada di Indoensia khususnya tarik tambang sangat luar biasa dan menjadi hal yang baru bagi mereka.
Amos juga mengajak para remaja sekarang untuk melestarikan dolanan tradisional, toh juga lebih bermnafaat dari pada games modern seperti saat ini. Terlalu sering bermian game modern seperti bermaian play station, game online, game di gadget dan game elektronik lainnya akan membuat penggunanya mejadi lebih anti sosial, dan kurang bisa mengendalikan emosionalnya. Berbeda dengan dolanan tradisional yang lebih mengajak berkomunikasi bersama-sama. “Hal yang paling berbeda ketika pemain dolanan tradisional kalah mereka akan tetap tersenyum, tapi kalo game elektronik mereka yang kalah akan terlihat kesal,” tutup Amos. (din)