Sisi Lain Manfaat Biopori
MALANG-KAV.10 Satu tahun yang lalu, team Creative Action for Environment (CARE), salah satu divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) telah melakukan riset sederhana tentang pemanfaatan biopori sebagai kompos. Riset yang diketuai oleh Ulwan Zuhdi ini dimaksudkan untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang pembuatan kompos dengan media lubang biopori kepada team CARE, khususnya bagi mereka anggota baru team CARE. Lubang biopori yang selama ini kita tahu berfungsi sebagai daerah penyerapan air dan bermanfaat bagi eksistem untuk memperbaiki kandungan yang ada di dalam tanah, juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembuatan kompos.
Selama riset tersebut, Ulwan dibantu dengan CARE mengadakan riset sederhana tentang fungsi biopori sebagai kompos, tepatnya satu tahun yang lalu. “Selama riset kami menggunakan botol plastik 1,5 liter sebagai media lubang kompos” tambahnya saat ditemui di Laboratorium Mekatronika dan Mesin Agroindustri pada hari Senin (16/12).
Lubang biopori sebaiknya menggunakan pipa jenis paralon. Pipa tersebut dapat digunakan sebagai tempat sampah organik yang berfungsi untuk membantu memperbaiki kandungan tanah yang kurang baik,dengan bantuan aktivitas mikroorganisme yang ada di dalam tanah. “Sebaiknya gunakan pipa atau botol plastik 1,5 liter, jangan menggunakan pipa besi. Karena sifat besi yang mudah berkarat pada temperatur tertentu dapat merusak kandungan yang ada di dalam tanah.” Ujar Ulwan Zuhdi, mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Brawijaya yang pernah melakukan riset biopori sebagai kompos ini.
Dalam pembuatan lubang biopori, kita harus bersabar untuk mendapatkan indikasi keberhasilan biopori yang telah dibuat. Dalam hitungan normal, biopori dapat terlihat keberhasilannya dalam waktu 4-6 bulan. Menurut Ruslan, salah satu dosen Teknik Sumber Daya Alam dan Lingkungan (TSAL), mengatakan “Gunakan jenis sampah organik yang mudah terdekomposisi agar biopori lebih cepat berhasil.”
Dalam riset yang telah dilakukan oleh team CARE 1 tahun yang lalu, mereka menggunakan jenis bahan organik kotoran sapi dan tambahan pupuk Efective Microorganisme (EM4). Namun, selama empat bulan pembuatan mereka belum melihat indikasi keberhasilan biopori yang telah dibuat. “faktor yang mempengaruhi keberhasilan biopori, diantaranya temperatur lingkungan dan tanah, dan infiltrasi air ke dalam tanah.” Jelas Ulwan yang pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan (KAHIM) HIMATETA Periode 2011-2012 silam.
Sayangnya, sampai saat ini pembuatan biopori sebagai kompos yang telah dilakukan oleh team CARE satu tahun yang lalu tidak berjalan secara continue dalam hal penggantian jenis sampah organik baru. “Padatnya kegiatan team CARE, sehingga mereka tidak sempat untuk mengganti jenis sampah organik baru dan kompos dalam biopori pun menjadi tidak terbentuk secara sempurna.” Tutup mahasiswa angkatan 2009 Teknik Pertanian Universitas Brawijaya. (rco)