2014: SIAPA DI BALIK PRESIDEN
Oleh : Haroki A.Mardai
Sutradara : Rahabi Mandra & Hanung Bramantyo
Produser : Celerina Judisari
Penulis : Rahabi Mandra & Ben Sihombing
Produksi : Dapur Film & Mahaka Pictures
Pemain : Ray Sahetapy , Atiqah hasiholan , Rio Dewanto , Maudy Ayunda , Rizki Nazar
Di tengah larisnya genre melodrama & mistik tidak banyak film di tanah air yang berani mengangkat masalah politik ke atas layar lebar. Hal itu dapat kita rasai dalam dua dekade pasca reformasi. Untuk itulah produser film berjudul 2014 Siapa Di Atas Presiden (SDP) Celerina Judisari agaknya patut mendapat apresiasi.
Selama ini nama Celerina Judisari memang masih asing di telinga jagat perfilman indonesia. Begitu pula dengan Rahabi Mandra yang duduk di kursi sutradara. Bagi Rahabi film ini adalah film perdananya yang berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo, sutradara yang telah melahirkan sejumlah film fenomenal sekaliber Habibie & Ainun dan Soekarno Indonesia Merdeka.
Tentu dengan mengangkat cerita berlatar belakang konflik politik yang tejadi di indonesia bukanlah perkara mudah. Apalagi harus melibatkan sejumlah nama institusi negara ke dalam naskah. Selama ini cerita seperti itu masih dapat di katakan tabu di indonesia. Sekaligus menjadi ujian pertama yang menantang bagi Rahabi. Begitu pula menurut berbagai macam sumber yang menyebutkan film ini akan di jadwalkan tayang pada tahun 2014 lalu. Namun akhirnya di undur mengingat panasnya situasi politik saat itu. Film ini baru berhasil di putar di berbagai bisokop pada awal tahun 2015.
Film ini di awali dengan dilema yang di alami Ricky Bagaskoro ( Rizki Nazar ), pelajar SMA tingkat akhir untuk mengejar mimpinya menjadi pengajar bagi anak anak di pedalaman Papua atau mengikuti keinginan sang ayah, Bagas Notolegowo (Ray sahetapy), untuk melanjutkan kuliah setinggi tingginya dan berharap mengikuti jejaknya di dunia politik. Bagas memang sedang mencalonkan diri untuk menjadi Presiden Indonesia periode 2014 – 2019 . Dengan hal itu hubungan Bagas dan anaknya menjadi tidak harmonis. Persaingan menuju kursi presiden memang sangat ketat antara Bagas Notolegowo, Faisal Abdul Hamid ( Rudy Salam ) dan Samsul Triadi ( Akri Patrio ). Dalam sebuah tahapan memang di pelukan kewaspadaan. Namun nyatanya Bagas kurang waspada dalam suatu hal. Dalam sekejap Bagas terjebak dalam satu konspirasi pembunuhan yang harus menyeretnya ke meja hukum dan masuk ke dalam penjara, ditengah elektabilitasnya yang begitu tinggi dari calon calon yang lain.
Kehancuran Bagas membangkitkan keingintahuan Ricky untuk menelusuri kasus tersebut bersama Krisna Dorojatun ( Donny Damara ) seorang pengacara idealis yang banyak memenangkan kasus kasus kemanusian. Yang sekaligus mengawali perkenalan Ricky dengan Laras ( Maudy Ayunda ) anak dari Krisna yang pada akhir cerita menjadi sepasang kekasih.
Ricky dan Laras kerap merepotkan pihak kepolisian, terutama Iptu Astri (Atiqah Hasiholan) Pihak kepolisian yang menangani kasus ini. Pada akhirnya Ricky, Laras dan Iptu Astri bekerja sama untuk mengungkap pihak ketiga dalam kasus ini yang telah berhasil menyetir banyak pihak tak terkecuali instansi penegak hukum dan menjatuhkan banyak korban .
Secara garis besar film ini dapat di katakan drama laga, keluarga, percintaan yang mengangkat latar belakang pemilihan presiden tahun 2014 lalu. Tiga orang kandidat bersaing ketat merebut hati rakyat dengan caranya masing masing. Suasana semakin menengangkan mendekati hari H. Perpindahan scene yang terus bergerak melalui tampilan menjelang 60 hari hingga menjelang 3 hari merupakan keunggulan dalam film ini. Artinya suasana tegang di balut dan di rancang dengan sempurna oleh sutradara seolah-olah para penonton terbawa emosi ke dalam konflik.
Namun film yang di bumbui dengan berbagai latar belakang cerita ini terasa penuh sesak dan tidak fokus. Seperti dalam ulasan sebelumnya film ini berbau keluarga, pemilu presiden, pembunuhan, laga, cinta dan masih banyak lagi.Ini membuat film yang berdurasi sekitar 60 menit ini terkesan sangat melelahkan. Sehingga membuat penonton tidak mampu melihat plot yang meyakinkan .
Untuk di sebut sebagai film laga, koreografi kurang intens. Untuk di sebut film detektif, pemecahan masalahnya terlalu konyol. Untuk di katakan drama percintaan, Ricky dan Laras kurang romantis. Untuk di katakan film thriller pembunuhan di dalamnya sama sekali tidak sadis. Untuk di sebut film berlatar politik, sutradara & penulis skenario terasa kurang melakukan riset.
2014 Siapa Diatas Presiden ( SDP ) mungkin tidak secerdas Sherlock Holmes atau Davinci Code. Tetapi film ini memiliki visualisasi yang lumayan berkelas yang enak di pandang mata. Sejauh untuk membangkitkan gairah anak anak muda untuk peduli terhadap situasi politik di tanah air, 2014 Siapa Di Atas Presiden layak untuk di tonton.