Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UAPKM) merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang bergerak di bidang jurnalistik. Lebih dikenal dengan nama Kavling10, UAPKM berdiri pada 16 April 1983 dengan SKK no. 002/SK/BKK/1983. Secara umum struktur organisasi dalam lembaga ini terdiri dari Biro Umum, Redaksi, Departemen Manajemen Sumber Daya Manusia, Departemen Penelitian dan Pengembangan, Departemen Eksternal, dan Departemen Kreatif.
UAPKM dapat mudah dikenali dari logonya. Logo UAPKM berbentuk segitiga terbali dengan latar warna merah dengan tangan menunjuk ke atas dan di bawahnya terdapat pena. Makna dari bentuk segitiga terbalik melambangkan salah satu bentuk penyusunan berita. Warna merah diartikan sebagai keberanian. Sedangkan tangan menunjuk ke atas merupakan simbol tekad untuk menjunjung tinggi kebenaran. Dan tanda pena, merupakan perlambang alat perjuangan yang digunakan dan simbol dari dunia tulis menulis.
UAPKM memiliki beberapa produk dan media. Media yang diterbitkan oleh Kavling10 adalah media tulis dan media grafik visual, audio, dan audio-visual. Di era modern digital, Kavling10 eksis di berbagai macam platform media sosial. Sehingga, demi efisiensi, produk-produk Kavling10 tidak lagi terpaku pada produk cetak, terlebih di era tahun 2019. Meski pun bukan berarti produk cetak diberhentikan sama sekali.
Produk tulisan jurnalistik maupun non-jurnalistik diterbitkan dalam berbagai bentuk dan produk. Pertama adalah Majalah Kavling10. Majalah ini merupakan produk tahunan yang diterbitkan oleh Redaksi. Selanjutnya UAPKM memiliki dua bulletin yang diterbitkan dua bulan sekali secara bergantian. Yang pertama adalah Bulletin Ketawanggede yang memuat berita-berita dalam kampus secara mendetail dan komprehensif. Sedangkan yang kedua adalah Buletin Piksilasi. Buletin ini memuat karya esai fotografi dan sastra yang kreatif dan menarik. Produk jurnalistik lainnya adalah berita harian aktual yang diterbitkan melalui situs website www.lpmkavling10.com. Dan melanjutkan tradisi dari tahun ke tahun, Kavling10 juga menerbitkan bulletin PKKMABA yang Bernama Juros, Jurnal Ospek. Buletin terakhir ini terbit tiga edisi berturut-turut selama masa PKKMABA.
Produk visual Kavling10 banyak diterbitkan melalui media sosial yang dimiliki. Yang pertama adalah ilustrasi, komik, dan infografis. Sedangkan untuk produk audio, Kavling10 juga merambah platform Spotify dengan konten Poskamling. Sedang untuk produk audio-visual (video) di antaranya adalah Pinggir Kota dan Babat. Pinggir Kota berisikan konten video yang mengangkat isu-isu kaum marjinal dan terpinggirkan. Sementara Babat (Brawijaya Berpendapat), merupakan video yang mengangkat isu kampus dengan mewawancara warga Universitas Brawijaya.
Berdirinya UAPKM tidak ditandai dengan potong pita dan pesta gegap gempita. Melainkan represi orde baru pasca peristiwa Malari (Malapetaka lima belas Januari) tahun 1974. Bekunya IPMI, yang merupakan wadah aktualitas pers mahasiswa nasional, juga turut melatarbelakangi. Enam pemuda mahasiswa Universitas Brawijaya sadar akan pentingnya suara kritis dari kalangan mahasiswa. Mereka adalah Kumara (Fakultas Hukum), Hasyim (Fakultas Ilmu Administrasi), Riza Pahlevi (Fakultas Ilmu Administrasi), Andar Pradana (Fakultas Hukum), Deny FAM (Fakultas Hukum), dan Mondry (Fakultas Peternakan). Melalui kesadaran itu, mereka mendirikan UAPKM sebagai organisasi kelompok studi mahasiswa Universitas Brawijaya di bidang jurnalistik.
Sedikit sekali catatan sejarah gerakan awal dari UAPKM. Pada tahun 1985, pada masa kepemimpinan Agus lelono, terdapat penambahan diksi “Kampus” pada UAPKM yang saat itu masih Bernama Unit Aktivitas Pers Mahasiswa. Kemudian, melalui surat edaran Dikti no. 849/9/T/1989 tentang perubahan nama dan juklak kerja organisasi kemahasiswaan, maka kata “pers” harus digantu dengan kata “penerbitan”. Nama Lembaga Pers Mahasiswa ini pun berganti menjadi Unit Aktivitas Penerbitan Kampus Mahasiswa (Unitas Penpusnawa). Hal ini menjadi hambatan, karena dengan perubahan nama itu juga berpengaruh pada AD/ART Perpusmawa, yang pada akhirnya menekankan pada konsep kerja belaka (kuli-kuli penerbitan) serta tidak mengena pada konsep jurnalistik yang sesungguhnya. Maka pada periode Kuntarto Adi (1997-1998), nama Unit Aktivitas Penerbitan Kampus Mahasiswa diganti kembali pada Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UAPKM). Sejak saat itulah, nama UAPKM ditetapkan hingga saat ini.
Di dalam nama UAPKM terselip nama “Kavling 10” sebagai identitas pengenal. Dalam sejarahnya, Nama Kavling 10 adalah nama sebuah diskusi eksternal yang melibatkan semua pihak, khususnya mahasiswa. Nama Kavling 10 diambil dari nama sekertariat yang terletak di gedung UKM no Kav.10. Pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, nama Kavling10 mulai melekat menjadi identitas tersendiri bagi awak UAPKM. Sekertariat UAPKM terletak di daerah Ketawanggede. Orang-orang lebih mengenal istilah Ketawanggede sebagai identitas bagi awak UAPKM pada saat itu. Hingga hari ini, nama Kavling10 tetap diperdengarkan dan masih dipakai oleh awak UAPKM sebagai identitas memperkenalkan diri.
Selain nama, berbicara tentang sejarah gerakan pers mahasiswa tentu selalu identik dengan media sebagai alat perlawanan. Dari arsip sejarahnya, awal UAPKM bergerak dalam hal penerbitan media pada tahun 1989. Mimbar Mahasiswa yang menjadi ujung tombaknya. Kemudian menyusul majalah Ketawanggede pada tahun 1992 pada kepengurusan Asep Wahyu. Namun tak bertahan lama, setelah cetak 3 edisi berturut-turut, tahun 1994 majalah Ketawanggede dibreidel dengan alasan tertentu. Tidak diketahui secara persis bagaimana media di bawah tahun 1989. Faktanya tahun 1986-1989 marupakan fase di mana seluruh organ pers mahasiswa berkumpul dan berfikir bagaimana menjawab tantangan tentang pengerdilan peran intelektual di kampus oleh rezim represif orde baru.
Mimbar mahasiswa adalah media yang masih dipakai awak UAPKM dalam menyalurkan tulisannya di saat majalah Ketawanggede dibreidel. Eksistensi Mimbar mahasiswa terhenti pada tahun 2009 saat Faiz Nashrillah menjabat Pemimpin Redaksi terakhir. Bukan karena pembreidelan, Mimbar Mahasiwa dihentikan karena rektorat selaku partner dalam penerbitan Mimbar berusaha untuk mengintervensi konten dari berita yang dimuat. Alasan lainnya adalah kemandegan cetak selama dua tahun berturut-turut. Maka, diputuskan untuk diberhentikan karena menghambat aktivitas dan kreativitas awak UAPKM. Kemudian Mimbar Mahasiwa diganti dengan media buletin Kavling10 yang terbit setiap dua bulanan. Setelah cetak tiga edisi, buletin diputuskan untuk ditransformasikan ke format majalah. Maka hingga beberapa saat, majalah Kavling 10 masih tetap dalam format majalah.
Selanjutnya, nama “Ketawanggede” kembali dimunculkan menjadi media yang berbentuk manuskrip tembok. Ini dilakukan ketika Kronik Kampus (bulletin harian UAPKM) mengalami kemandegan dalam penerbitan. Kronik Kampus adalah bagian dari sejarah media yang dimiliki oleh UAPKM. Kronik Kampus mulai terhenti saat periode Uma Nadhif (2009-2010). Selanjutnya bentuk dan penamaan masing-masing media terus mengalami transformasi di tiap periode kepengurusan.
Pemimpin Umum
Adila Amanda Saputri
Sekretaris Umum
Ahla Sabila
Bendahara Umum
Asa Amirsyah Al-Kindi
Departemen Redaksi
Pemimpin Redaksi
Dimas Candra Pradana
Redaktur Pelaksana Harian
Maria Ruth Hana Lefaan
Redaktur Pelaksana Khusus
Ahmad Ahsani Taqwiim
Redaktur Pelaksana Fotografi dan Sastra
Muhammad Fitra Fahrur Ramadhan
Departemen Penelitian dan Pengembangan
Kepala Departemen
Aurora Renjani Kirana
Wakil Kepala Departemen
Khairul Ihwan
Departemen Manajemen Sumberdaya Manusia
Kepala Departemen
Rafi Maruf Nugraha
Kepala Divisi Kaderisasi
Florantina Agustin Nilam Sari
Departemen Eksternal
Kepala Departemen
Dhito Priambodo
Kepala Divisi Jaringan
Lizana Aliya Benasti
Kepala Divisi Marketing Komunikasi
Muhammad Zaki