Budi Darma dan Agus Sarjono Kritik Pendidikan Indonesia
MALANG-KAV.10 Hari ini (15/02) Budi Darma dan Agus R. Sarjono datang ke Universitas Brawijaya dalam rangka mengisi materi praktikum kuliah tamu prodi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di gedung Yogi Sugito lantai 7. Dalam tema kritik sastra, Budi Darma, Novelis Besar Indonesia tersebut mengritik tentang mental-mental terjajah yang masih ada dalam ranah akademis. “Seperti yang dikemukakan Homi Bhabha bahwa sistem pendidikan kita masih meniru cara-cara kolonial.”
Beliau mengungkapkan di dalam proses penelitian skripsi, terutama di bidang sosial dan sastra, banyak peneliti terjebak dalam Hermonetic cycle. Dimana teori dijadikan dasar sebelum hasil analisis penelitian ditemukan, dan harus merubah teori. Di sisi lain hasil penelitian haruslah disesuaikan dalam dasar teori yang digunakan. Dalam sosial masyarakat sehari-hari, mental terjajah ini terefleksi dari penampilan figur dan idola dalam masyarakat yang ditiru oleh mahasiswa. “Dalam mental masyarakat negara-negara bekas jajahan selalu memandang bahwa rambut blonde dan kulit yang putih lebih baik.” Ujar Budi memberi contoh.
Agus R. Sarjono juga memberikan kritik bahwa masyarakat Indonesia kelas menengah saat ini kehilangan sense of irony. Hal ini mencerminkan bagaimana masyarakat yang cerdas mampu mengkombinasikan logika dan humor ke dalam pembicaraan sehari-hari. “Sistem pendidikan kita sendiri adalah humor paling besar di negeri ini.” Ungkapnya.
Dengan gaya yang kocak beliau menganalogikan, “Siswa bisa lulus tanpa harus berpikir, menguasai seluruh materi, dan membaca sampai selesai buku materi yang diberikan. Tetapi siswa Indonesia tidak bisa lulus, bahkan masuk kelas tanpa harus memakai seragam.”(dan/sin)