Menangkap Pemburu dengan Avitourism
MALANG-KAV.10 Avitourism menjadi solusi pemecah masalah perburuan burung di Jawa Timur. Hal ini diungkapkan oleh Heru Cahyono dalam kuliah tamu tentang konservsi burung di Jurusan Biologi Universitas Malang (15/4). Lewat Avitourism, Heru telah banyak membuat banyak pemburu burung menjadi seorang pemandu wisata.
Avitourism merupakan salah satu pilihan wisata lingkungan bagi masyarakat. Inti kegiatan dari wisata ini adalah membawa wisatawan memasuki hutan. Pemandu wisata akan membawa wisatawan untuk ikut mencari titik-titik habitat burung. Kemudian wisatawan dapat mengamati secara langsung burung liar dan memotret burung tersebut. Selama kegiatan pemandu dan wisatawan sebisa mungkin untuk tidak mengganggu burung.
Heru memulai aksinya dari Kawasan Kondang Merak, Malang Selatan. Kini sedikitnya 60 orang pemburu telah beralih profesi menjadi pemandu Avitourism. Heru menyatakan menghabiskan dua tahun untuk proses pendekatan kepada warga agar di kawasan ini berhasil bebas dari pemburu burung. “Melakukan pendekatan ke pemburu itu memang perlu waktu lama, kita harus dekati dulu tokohnya. Barulah kita sedikit demi sedikit kita tanamkan nilai konservasi kepada mereka dan disebarkan di teman-temannya,” ujar inisiator kelompok pengamat burung Malang Eyes Lapwing (MEL) ini.
Untuk memulai langkah memutus rantai masalah penangkapan burung, Heru awalnya mencari informasi tentang penangkapan burung melalui pedagang burung hingga juru parkir pasar burung. Heru mencari informasi tentang pemburu melalui percakapan biasa. Ia mempraktikkan pendekatan etnografi. Setelah mendapatkan informasi yang lengkap Heru mengikuti kegiatan berburu burung bersama pemburu. Informan yang membuka jalannya untuk bertemu pemburu tetap ia jaga, bahkan dianggap sebagai keluarga sendiri. “Mencari sumber (informan .red) itu kadang juga sulit. Soalnya mereka juga takut kalau kita itu polisi hutan karena kita juga kan baru kenal,” ungkap Heru yang kini sedang mempersiapkan Avitourism di Pandaan, Pasuruan.
Untuk mengalihkan aktifitas pemburu menjadi pemandu, dilakukan Heru dengan memperlihatkan peluang ekonomi yang lebih menggiurkan. Heru mengajak wisatawan untuk diantar ke lokasi tempat berburu oleh pemburu burung. Setelah wisata selesai pemburu mendapat bayaran dari Heru dan wisatawan. “Intinya gini, coba tanya dulu ke pemburu. Tahu burung ini gak pak? Lalu kita ikut dia berburu dan keesokannya kita bawa wisatawan. Kita kasih tahu bagaimana hasilnya apa lebih menguntungkan?” kata Heru. Dampaknya, pemburu pun lebih tergiur akan aktivitas ini dan melanjutkan sebagai pemandu wisata. Sebab burung merupakan obyek untuk Avitourism maka secara tidak langsung pemburu mulai melarang penagkapan burung, demi menjaga pendapatan mereka. (krd/ain)