E-Vote Perdana Pemira UB, Masih Butuh Evaluasi
MALANG-KAV.10 Usai sudah euforia Pemilihan Mahasiswa Raya UB tahun 2015 dalam hitungan jam. Untuk pertama kalinya, Pemira di UB selesai satu hari lewat e-vote. Tidak lagi ditemui potret tahun-tahun sebelumnya ketika perhatian dan antusiasme mahasiswa untuk Pemira bisa dirasakan hingga berminggu-minggu, demi menyambut Presiden EM dan anggota DPM Pusat terpilih. Mulai dari pemungutan suara dilanjutkan dengan sosialisasi perhitungan hasil, hingga penetapan pemenang telah dipastikan kemarin (16/12). Namun demikian, metode e-vote ini masih memerlukan banyak evaluasi untuk kedepannya.
Selama pemungutan suara Pemira, sistem e-vote mengalami pelbagai kendala. Gangguan jaringan saat pemungutan suara berlangsung ditemui hampir disetiap TPS (Tempat Pemungutan Suara). Hal ini diakui Ketua DPM M. Dito Suryo Saputro melalui hasil pantauan langsung pihaknya dan dari laporan Panitia Pelaksana serta Panwas.
“Hampir di setiap fakultas, semua fakultas kecuali fakultas hukum mengalami error. Bahkan Hukum pun tidak seratus persen tidak error,” ujar Dito. Sejauh ini panitia pelaksana maupun DPM tidak memiliki akses terhadap e-vote Pemira, panitia juga tidak memahami cara perbaikan ketika error server terjadi karena langsung di kendalikan Rektorat.
“Jadi tim PPTI (Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi .red) punya staf yang ditempatkan di masing-masing TPS untuk memperbaiki, ” jelas Dito.
Lebih jauh, Dito menjelaskan bahwa penyelenggaraan Pemira melalui e-vote yang dilakukan tahun ini murni merupakan bentukan Rektorat. Sedangkan panitia pelaksana dan DPM hanya diperbolehkan memberi masukan dan mempersiapkan teknis di lapangan tanpa ikut campur terkait sistem e-vote. Ia merasa kecewa karena realitas pelaksanaan e-vote di lapangan tidak sesuai janji dari rektorat.
“Yang katanya error-nya pasti sedikit. Rektorat mengatakan sistem ini sistem yang paling simpel banget, dibanding SIAKKAD- SIAM (Sistem Informasi Akademik Mahasiswa .red). Tapi ternyata kita ditipu,” sesal Dito.
Bagi Dito dan jajaran DPM permasalahan pelaksanaan Pemira begitu kompleks mulai dari sistem baru yang kurang sosialisasi karena waktu, simulasi kepada mahasiswa tidak masif, sampai saat pelaksanaan server error yang harus di restart, DPT yang tidak sesuai, dan penundaan dibukanya TPS.
Dari fakta yang ada Dito menilai sistem ini sudah gagal. Ia juga mempertanyakan sekaligus menyayangkan keinginan menggebu pihak Rektorat, sehingga tidak mempertimbangkan posisi DPM yang menolak tergesa-gesa melaksanakan e-vote Pemira tahun ini.
Ketua Pelaksana Pemira 2015 Ahmad Chaiz tidak menyanggah terjadinya beberapa kendala dalam e-vote Pemira tahun ini. Ia membenarkan ketika beberapa saat e-vote Pemira mengalami system error sehingga pemungutan suara terhenti untuk sementara.
Terkait dengan sosialisasi dan simulasi Chaiz menjelaskan panitia menggunakan video tutorial dan simulasi langsung di lantai delapan gedung rektorat oleh panitia. Chaiz mengakui masih banyak keterbatasan dalam pelaksanaan e-vote Pemira tahun ini. Dalam tataran teknis, Chaiz menggaris bawahi ketepatan waktu menjadi penting dalam e-vote.
“Ketika itu dimulai akumulasi dari jam 08.00 sampai jam 16.00, karena banyak error, kita naik untuk minta tambahan waktu. Itu pun harus melalui setting dulu selama 30 menit. Jadi nggak bisa ketika server mati kita tiba-tiba minta diperpanjang,” jelas Chaiz. (bun/ain/ziz)