PASAR GRATIS CULTURED UNDERGROUND: MELAWAN KONSUMERISME DENGAN SANTAI

0
Tim Fotografi Kavling10

MALANG-KAV.10 Satu tikar, gantungan baju, dan papan tulis bertuliskan ‘Pasar Gratis’ berada di teras budaya (Tebu) Rabu (29/5). Semua itu telah disiapkan Cultured Underground (CU), sebuah komunitas non-formal Fakultas Ilmu Budaya (FIB), untuk mengurangi sikap konsumerisme mahasiswa-mahasiswa FIB. Sedari sore, Pasar Gratis digelar untuk menyalurkan barang tak terpakai ataupun mengambil barang di sana secara gratis.

Muhammad Syalieq, pegiat CU, menjelaskan tentang konsumerisme orang-orang belakangan ini memicu adanya hoarding disorder. “Tentang hoarding disorder itu kayak kebiasaan menumpuk barang yang gak berguna itu sebenarnya,” terangnya. 

Mengenai konsumerisme, Syalieq mengaku dalam Pasar Gratis CU ini mereka menyelipkan protes atas sikap-sikap konsumerisme yang diidap orang-orang belakangan ini. Untuk mendapatkan suatu barang, kata Syalieq, barter dapat menjadi solusi untuk mengurangi sikap konsumtif. “Kalau kita kan kayak benar-benar cuma nyelipin itu dalam hal sederhana. Lu punya barang, itu gak kepakai, taruh aja di sini,” lanjut Syalieq.

Syalieq turut menerangkan jika adanya Pasar Gratis sendiri bisa mengatasi konsumerisme dan hoarding disorder secara bersamaan. Barang-barang yang menumpuk karena bosan atau memang sudah tidak terpakai inilah yang bisa disalurkan pada Pasar Gratis. “Kayak mungkin kalau dilihat contoh gampangnya galon deh. Galon dikos kan pasti gak cuma satu kan. Bisa aja taruh sini. Sebetulnya teman-teman yang baru ngontrak, yang baru ngekos juga butuh galon. Seremeh galon kayak gitu,” ujar Syalieq.

Syalieq pun melihat atensi yang cukup tinggi dari mahasiswa FIB dalam jalannya Pasar Gratis yang sudah terselenggara sebanyak tiga kali ini. Pasar Gratis pertama yang ia selenggarakan bersama teman-temannya tidak menyisakan satu barang pun. Mahasiswa-mahasiswa saling menaruh atau mengambil dari Pasar Gratis ini. 

Melihat atensi besar itu, Syalieq juga berhati-hati dalam memilih waktu penyelenggaraan acara ini. Ia menjelaskan, jika Pasar Gratis ini terlalu sering diadakan justru malah memicu perilaku konsumerisme itu sendiri. “Kita (bermaksud, red.) mencegah orang untuk bersifat konsumtif, tapi justru (dikhawatirkan, red.) orang-orang nunggu barang gratis. Itu aja sih. Jadi gak terlalu sering-sering banget juga,” jelasnya.

Semua kegiatan Pasar Gratis ini, kata Syalieq, tak pernah mengeluarkan dana sepeser pun. Kegiatan CU seperti layar tancap dan Pasar Gratis inilah yang menjadi acara kecil-kecilan yang sering ditunggu warga-warga FIB. Mengenai alasan diadakannya Pasar Gratis dan kegiatan-kegiatan kolektif lainnya, “Benar-benar suka aja sama ramai gitu. Kita cuma suka bikin itu ramai aja,” Pungkas Syalieq.

Penulis: Badra D. Ahmad
Editor: Dimas Candra Pradana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.