Republika Bermasa
Republika bermasa
Diapit oleh barisan pendusta
Kini apa arti Pancasila
Hingar saja tak bersaing
Kata nirwana disana lucu polah bangsa
Seperti antrian tarian angsa
Ada juga yang tertawa, hahaha bangga
Anak negeri buncah katanya
Ada yang tanya tidak memanusiakan manusia
Itu bukan benar adanya
Badannya semakin panas terlihat
Keringatnya berjatuhan dan menggenang
Rindu katanya dengan dekapan cendekiawan
Tapi, cendekiawan yang betulan
Bukan sekedar omongan slogan
Berdecak bak bangga pada negeri kepulauan
Yang setiap harinya bermoralkan tindakan
Banyak lagi sekarang keasingan angan
Satu demi satu ketidak pedulian
Membayang kemudian bersarang.
Republika bermasa
Angsa tidak lagi menari, ia terbang dan berlayar
Pendusta tetap sama dan tak bergerak rendah seperti angsa
Kala itu sebenarnya siapa yang berpenghuni?
Angsa ataukah manusianya
Bahkan, susah terasa berbingar pada kemaluan
Andalkan saja kata orang, kata tetangga
Andalkan juga otak remaja luar biasa, yang entah datang dari mana
Atau apakah ingin mengandalkan angsa dan kemudian ditinggal terbang?
Republika bermasa
Negara kini adalah permata
Kemuliaannya kini tersohor dimana-mana
Sayang hanya uang yang berkuasa pada kemuliaannya
Biarkan republika bermasa, biarkan hingar dan membakar
Biarkan semuanya datang dan berdera
Agar negara masih tetap menjadi utuh dengan sebutannya menggema
Republika bermasa.
Oleh Lulu Nafis Fauziah
Malang, 29 November 2016
Pukul 22:50 WIB