MENGUNGKAP REALITAS POLITIK LEWAT LELUCON
Poster Film ‘Wakil Rakyat’
(sumber gambar : Google Images 2013)
Oleh Ariska Puspita Anggraini*
Produser : Chand Parvez
Pemain : Tora Sudiro, Revalina S. Temat,Vincent Rompies,H. Jaja Mihardja,Gading Marten,Dwi Sasono,Wiwid Gunawan
Sutradara : Monty Tiwa
Penulis : Eric Tiwa
Tahun Rilis : 2009
Film Komedi Besutan Monty Tiwa ini mampu memberikan angin segar bagi orang-orang yang buta akan politik. Boleh dibilang film ini merupakan film bertema politik pertama sejak kebangkitan dunia perfilman abad 21 di tanah air ini. Film yang muncul bersamaan dengan Pemilihan Umum tahun 2009 ini mampu mengurangi ‘ketegangan’ menjelang pesta demokrasi yang akan berlangsung di tahun itu.
Dunia politik yang menjadi tema sentral dalam film ini mampu menghidupkan perjalanan seorang pemuda bernama Bagyo yang dimainkan secara apik oleh Tora Sudiro. Dalam skenario yang ditulis bersama dengan Eric Tiwa, sang pemeran utama di buat jatuh bangun dalam menjalani kehidupan yang sama sekali tak pernah diinginkanya.
Film yang diproduksi oleh Starvision tersebut menceritakan kisah seorang sarjana ekonomi dari Jawa bernama Bagyo yang menjalani kehidupan di ibu kota. Sayangnya, di Jakarta Bagyo hanya bekerja sebagai Cleaning Service. Suatu hari, gedung tempat Bagyo bekerja digunakan untuk Rapat Kerja Nasional (Rakernas) sebuah partai politik bernam PSK (red:Partai Sosial Kerakyatan).
Sebuah Insiden yang diakibatkan oleh seekor kucing mewarnai Rakernas PSK tersebut. Hal itu membuat pimpinan partai marah besar sehingga Bagyo dituduh sebagai penyebab insiden dan dipecat. Pemecatan tersebut membuat rencana pernikahanya dengan Ani ___yang diperankan oleh Revalina, gagal.
Di tengah kesulitan itu, bencana lain datang. Bagyo kecopetan sehingga membuat ia menjadi kalap dan mengejar kawanan perampok tersebut. Kebetulan para penjahat tersebut juga sedang merampok seorang artis ibu kota yang diperankan oleh Wiwid Gunawan. Aksi itu gagal karena Bagyo tiba-tiba menghajar kawanan perampok tersebut hingga babak belur. Aksi berani Bagyo menjadi berita di berbagai media massa sehingga dia disanjung sebagai pahlawan dan menjadi terkenal.
Ketenaran Bagyo pun dimanfaatkan oleh partai politik bernama Partai Perjuangan Tiada Henti (PPTH) yang merupakan lawan dari PSK untuk mendukung masa dalam pemilihan legislatif. Dalam perjalananya untuk menjadi wakil rakyat, Bagyo menemukan kenyataan lain bahwa ada yang lebih penting selain nama besar dan popularitas.
Akting para mantan pemain srimulat dalam film tersebut juga turut menjadi penyegar. Film tersebut benar-benr mencerminkan asas demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya pemilihan umum dan kebebasan pers serta keterbukaan informasi publik.
Di sisi lain, film ini juga menyajikan asas demokrasi yang belum sepenuhnya dijalani oleh negara ini. Contohnya, masih terdapat kesenjangan antara penduduk kota dan desa. Selain itu, film ini juga menunjukan kepada penonton bahwa sila keempat masih belum berjalan dengan baik. Hal tersebut ditunjukan dalam adegan tidak adanya musyawarah antar anggota partai saat penunjukan calon legislatif.
Lewat wakil rakyat, sang sutradara ingin menyampaikan pesan bahwa menarik simpati masyarakat tak cukup hanya dengan bagi-bagi sembako gratis dan mengumbar janji manis selama kampanye. Melalui karakter Bagyo, para caleg diajarkan bahwa untuk merebut suara rakyat harus menggunakan pendekatan hati, berempati terhadap penderitaan rakyat dan strategi yang tidak menyakiti rakyat. Wakil Rakyat benar-benar mengajak penonton untuk merenung sekaligus menertawakan realitas politik yang ada di negara ini.
*Anggota UAPKM-UB dan Mahasiswa FIB 2012