Alam Rusak, Hidup Rakyat Papua Terancam
MALANG-KAV.10 Dalam Diskusi Terbuka bertema “Membuka Luka Lama, Ada Apa Antara Freeport, Papua, dan Pemerintah” bertempat di halaman Gedung Prof. Yogi Sugito FISIP UB (8/3), mahasiswa Papua sekaligus Koordinator Green Papua, Yohanes Giyai mengungkapkan, “Akibat eksploitasi PT. Freeport masyarakat setempat yang masih sangat bergantung pada alam kehidupannya menjadi terancam.” Menurutnya pembuangan limbah tailing ke sungai dan laut dapat mengkontaminasi perairan dan sumber daya di dalamnya dengan racun-racun berbahaya. Jika ikan dan biota perairan terpapar racun logam, tentu akan berdampak buruk bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup pada alam.
Pernyataan Yohanes tersebut didukung oleh data dalam siaran pers Walhi berjudul “Keprihatinan Kelompok Masyarakat Sipil terhadap Konflik PT. Freeport dan Pemerintah Indonesia” yang diposting di laman situsnya pada 24 Februari 2017. Dijelaskan bahwa studi YALI Papua menemukan unsur logam berat berbahaya terdapat di dalam pangan lokal (tambelo) masyarakat Kamoro, sebagai dampak kontaminasi pembuangan limbah tanah (B3) hasil tailing dari wilayah Amungme yang masuk ke wilayah adat Kamoro.
M. Farhansyah, moderator dalam diskusi tersebut mengungkapkan, “Permasalahan di Papua memang dampaknya sangat banyak, masalah lingkungan salah satu yang paling vital.” Akibat eksploitasi, alam papua mulai rusak sedangkan sumber dayanya tidak dapat diperbarui. Yang mengherankan baginya, isu lingkungan justru sangat jarang dibahas oleh media yang lebih berfokus pada isu politik dan investasi.
Sengketa pemerintah dan PT. Freeport yang meruncing lagi baru-baru ini sendiri diawali dengan keputusan Indonesia yang tidak memberikan izin ekspor konsentrat sejak 25 Januari 2017. Indonesia mensyaratkan perusahaan tambang untuk mengubah status kontraknya dari KK (Kontrak Karya) menjadi IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) jika ingin melanjutkan kegiatan ekspornya.
Tak hanya soal dampak lingkungan, sepanjang diskusi ini berlangsung para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang mengkaji persoalan tersebut dari aspek politik, hukum, ekonomi, sosial, bahkan sejarah. Beberapa mahasiswa asal Papua turut hadir dan menyuarakan pandangannya seputar sejarah dan relasi antara Papua, Freeport dan Indonesia, serta situasi nyata di sana. (fel/ram/nur)