Indonesia Unggul
Oleh: Nimas A. P. Ningrum
Penulis : Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
Editor : Dino Patti Djalal
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer, Jakarta
Tahun terbit : Cetakan I pada Desember 2008
Tebal : 335 halaman
Setiap presiden pasti mempunyai asa dan cara yang berbeda demi memajukan negara yang ia pimpin. Ir.Soekarno mempunyai pemikiran dan cita-cita yang tinggi terkait kemajuan Indonesia. Mengharapkan Indonesia sebagai negara mercusuar yang di segani oleh negara lain. Begitu juga dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), presiden keenam Republik Indonesia, menulis semua harapan yang ia sampaikan dalam buku kumpulan pemikiran dan tulisan pilihan ini.
Di tahun pertama kepemimpinan yang ditandai dengan bencana tsunami Desember 2004 adalah masa-masa yang sulit bagi seluruh presiden sekalipun. Berbagai rumor yang beredar mengklaim bahwa alam menolak kepemimpinannya membuat SBY seakan-akan dipaksa lengser sedini mungkin. Namun, Presiden Yudhoyono telah menunjukan kepemimpinan yang sabar sekaligus gigih guna memajukan Indonesia dalam kancah ekonomi global melalui upaya tata kelola pemerintahan yang bersih melampaui yang pernah dicapai sebelumnya, yakni implementasi langkah-langkah anti korupsi yang drastis.
Buku kedua setelah yang pertama berjudul “Transforming Indonesia” ini berisi pidato dan artikel internasional pilihan yang disampaikan selama tahun kedua masa bertugas Presiden Yudhoyono. ”Budaya Unggul” disebut-sebut dalam buku ini berupa sebuah konsep keyakinan dasar bahwa masing-masing dan semua rakyat “dapat-melakukannya”, suatu hasrat untuk menjadi yang terbaik. Budaya unggul menumbuhkan kesukaan belajar, semangat untuk meraih kesuksesan, dan kerinduan untuk berprestasi. SBY juga menganologikan pada kejayaan bangsa-bangsa lain baik sekarang maupun yang lalu bagaimana proses sebuah negara itu mencapai suatu kesejahteraan berbangsa – kesuksesan.
Buku ini memuat segala harapan yang di harapkan bisa dicapai melalui pidato-pidato yang memaparkan pemikiran baru Indonesia seraya memproyeksikan semangat baru yang lahir semenjak rangkaian pemilu 2004. Namun sayangnya, buku ini tidak disusun dengan misi mentransparansi pemerintahan yang jujur saja penuh tanda tanya. Meskipun disusun secara tematik berupa pembangunan negara, demokrasi dan reformasi, resolusi konflik, termasuk mengenai proses perdamaian Aceh, Islam dan Barat, ekonomi dunia dan tujuan pembangunan millenium, serta hubungan internasional namun, tidak sepenuhnya berdasarkan tema ke-Indonesiaan yang utuh dan dikupas secara komprehensif, melainkan hanya terlihat seperti dokumentasi pidato SBY yang disampaikan dalam beragam kesempatan pada medium 2005-2006, baik yang terjadi di dalam negeri maupun di dunia internasional. Juga di sampul bagian belakang berisi wawancara yang sudah dimuat dalam buku, kiranya sebagai penegasan terhadap kepemimpinan SBY yang bijak. Seakan-akan hanya membangun citra presiden dalam tulisannya sendiri.
Jika Pidato Bung Karno diperdengarkan berulang-ulang sebagai pembelajaran bagi generasi muda yang kritis dalam kurikulum 1968 yang bertujuan pada pembentukan manusia pancasila sejati, lantas buku kumpulan pemikiran yang berisi pidato SBY dalam berbagai momentum ini membuat pembaca ada pada zaman orasi Soekarno. Seolah-olah mendengarkan SBY berpidato dengan bahasa yang lugas, reflektif dan mudah dicerna namun ketidak detailan isi pidato membuat pidato-pidato ini bukan sebagai sebuah pidato yang bisa dikritisi, melainkan sebuah pidato yang mempersuasikan sebuah bangsa agar mau bersama-sama menjadi bangsa unggul di ranah internasional.
Demokrasi yang sebenar-benarnya dengan menerjemahkan harapan, energi dan optimisme yang sangat besar kedalam kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong kemajuan, pertumbuhan dan stabilitas berdasarkan persetujuan rakyat. Keluar dari berbagai faktor ketidaksempurnaan sebuah demokrasi itu, buku ini layak mendapat apresiasi. Pemikiran-pemikiran motivasi terkait reformasi dan relevansi dalam sebuah pemerintahan serta berbagai probematika sebuah negara pada saat pemerintahan SBY cukup membuat kita menyadari bahwa beban di pundak pemimpin itu tidak sesederhana umpatan-umpatan yang kita lontarkan lantaran kecewa. Keputusan itu telah diambil berdasarkan kondisi rakyat dengan mengabaikan segala resiko, itulah demokrasi. Seperti yang dikatakan SBY dalam buku ini halaman 4 yakni: upaya kita “mencapai keagungan (greatness) ditengah gejolak (turbulence)” saya berani menjamin great idea dalam buku ini yang patut anda baca.