BUNTUT AKSI MASSA KASUS PELECEHAN SEKSUAL JEP DIWARNAI PENOLAKAN WARGA SEKITAR
MALANG-KAV.10 Massa aksi yang datang di sidang lanjutan kasus pelecehan Julianto Eka Putra (JEP) yang dilaksanakan pada Rabu (27/7), tak seramai minggu kemarin. Jalan di depan Pengadilan Negeri Malang Kelas 1A yang biasa menjadi tempat massa aksi berkumpul dan berorasi terpantau sedikit lenggang. Hal tersebut yang kemungkinan menjadi pemicu para oknum warga untuk berani mengintimidasi massa aksi.
Fuad Dwiyono selaku Korlap sekaligus ketua Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia (RPPAI) mengatakan bahwa terdapat adanya miskomunikasi dengan oknum warga sekitar sehingga menyebabkan terjadinya penolakan aksi. “Yang jelas ada miskomunikasi dengan oknum yang mengatasnamakan warga, mereka menuntut untuk menghentikan aksi ini karena menurut mereka kita mengganggu ketertiban warga” ungkap Fuad.
Padahal, sebetulnya surat pemberitahuan terkait aksi telah diberikan kepada instansi terkait sehingga ada yang mendasari aksi hari ini. Beliau juga menambahkan bahwa penolakan aksi ini bukanlah yang pertama kali. “Sebetulnya ini sudah kesekian kali, artinya bahwa surat pemberitahuan juga sudah kita kasih kemarin. Cuma tadi yang jadi persoalan kan karena ada gesekan (dengan warga, RED.) ” terang Fuad.
Setelah itu, Polres Malang menginisiasi diskusi antara warga dan massa aksi untuk menemukan jalan tengah, Fuad mengatakan untuk sepakat bahwa aksi tetap dilakukan dengan pertimbangan tidak menggunakan pengeras suara dan waktu yang tidak terlalu lama. “Tadi sudah ada kesepakatan bahwa tetap kita lakukan (aksi, RED.) tentu dengan pertimbangan suara yang tidak keras-keras terus juga waktunya tidak terlalu lama,” kata Fuad.
Fuad juga menerangkan bahwa sebenarnya penolakan aksi sudah terjadi di minggu lalu. Hanya saja penolakan aksi kali ini disertai intimidasi sampai pemasangan spanduk bertuliskan “Kami warga menolak aksi di sini”. “Sebetulnya, penolakan ini sudah dua kali. Yang kemarin ada, tetapi mereka tidak aksi untuk sampai mengintimidasi kita” terang Fuad.
Di akhir ia juga mengatakan bahwa intimidasi baru dilakukan sekarang karena massa aksi yang datang tidak seramai kemarin dan jumlah oknum warga yang menolak kali ini jauh lebih banyak dari sebelumnya.
Kami sudah berusaha untuk bisa mewawancara yang mengatasnamakan warga, tetapi mereka menolak untuk diwawancara.
Penulis: Dwi Kurniawan
Editor: Alifiah Nurul Izzah