Berbisnis Sesungguhnya Lewat Laboratorium Entrepreneur
MALANG-KAV.10 Universitas Brawijaya terkenal dengan slogannya Entrepreneur University sejak tahun 2013. Hal inilah salah satu alasan yang mendasari pengadaan sebuah laboratorium entrepreneur. Laboratorium tersebut direncanakan akan dibangun pada jurusan manajemen di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Sebelum ada perencanaan pembangunan Laboratorium Entrepreneur ini di FEB sendiri sudah terdapat beberapa laboratorium, salah satunya adalah Laboratorium Kewirausahaan atau yang biasa disebut dengan KWU Corner. KWU Corner ini merupakan tempat untuk berjualan secara legal bagi para mahasiswa FEB. KWU Corner ini berdiri dibawah Himpunan Program Studi Manajemen. Dalam sistematikanya para mahasiswa yang ingin menjual produk buatannya harus melakukan kontrak terlebih dahulu dengan himpunan sehingga dapat mengikuti KWU Corner.
Namun Kepala Divisi Entrepreneur BEM FEB M. Irfan Ifat, menjelaskan pada tahun 2014 hingga sekarang KWU Corner dalam keadaan vakum. Menurut Irfan, kevakuman ini karena keberadaan KWU Corner yang bersebelahan dengan ruang dosen dirasa mengganggu konsentrasi kerja dosen dalam ruangan. Oleh karena itu akan dilakukan renovasi terhadap gedung KWU Corner. Nantinya KWU Corner ini akan dijalankan kembali setelah mengalami beberapa perubahan yang dilakukan oleh FEB. Pihak BEM FEB sendiri juga mengusahakan KWU Corner tersebut dapat terlaksana.”Di tahun ini kami dari BEM sendiri, mau mencoba untuk mengaktifkan kembali KWU Cornernya, dengan cara berkoordinasi dengan pihak Dekanat,” kata mahasiswa jurusan akuntansi angkatan 2014 tersebut.
Vakumnya KWU Corner tidak menghalangi rencana pembangunan Laboratorium Entrepreneur yang akan dikembangkan dengan sistem Coworking Space. Menurut dosen FEB Sigit Pramono, melalui sistem Coworking Space, Laboratorium Entrepreneur akan berfungsi sebagai sebuah tempat berkumpul suatu kelompok dalam membahas sebuah pelaporan keuangan sekaligus tempat untuk mengembangkan ide bisnis di dalam Universitas Brawijaya. Kelebihannya laboratorium ini akan memberikan fasilitas software yang digunakan untuk pengolahan bisnis. Sigit menambahkan bahwa kegunaan Laboratorium Entrepeneur lebih ditekankan kepada pelatihan keterampilan, public speaking dan model bisnis. Untuk menunjang ketrampilan bisnis, mahasiswa akan dilatih dan didampingi bahkan akan dipertemukan dengan investor.
Sigit menjelaskan bahwa Laboratorium Entrepreneur kelak bisa dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa UB. Ia memberikan gambaran apabila ada mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) yang telah menghasilkan sebuah produk, akan tetapi tidak punya latar belakang bidang ilmu kewirausahaan untuk mempromosikan produknya. Maka mahasiswa FTP tersebut dapat memanfaatkan laboratorium entrepreneur untuk belajar tentang pemasaran. Disinilah salah satu bentuk kerjasama yang diharapkan dapat terjalin dengan dibangunnya Laboratorium Entrepeneur.
Keberadaan Laboratorium Entrepreneur ini juga diharapkan dapat menggeser paradigma lama mengenai entrepreneur yang diartikan hanya sebatas belajar berjualan. “Kita memang ada pergeseran paradigma ya, dulu paradigmanya adalah entrepreneur itu adalah belajar jualan, sekarang kita geser dengan dewasanya ilmu kewirausahaan itu, bahwa jika kalian ingin sukses berbisnis maka jangan belajar jualan tapi melatih keterampilan,“ ujar Sigit. (mfd/atw/lnf/ain)