Potret Parkiran FIB
MALANG-KAV.10 Sekarang ini, hampir semua mahasiswa membawa kendaraan ke kampus. Mahasiswa tentu membutuhkan lahan parkir di kampus. Namun, ternyata masalah lahan parkir di UB sendiri masih ada, salah satunya di Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
FIB mempunyai dua lahan parkir, bagian utara dan selatan. Setiap harinya selama perkuliahan aktif, tempat parkir resmi maupun sepanjang bahu jalan tampak disesaki kendaraan bermotor.
Ternyata banyak mahasiswa selain mahasiswa FIB yang memarkir kendaraannya di lahan parkir FIB, contohnya seperti mahasiswa dari fakultas MIPA yang berkuliah di gedung MIPA. Fakultas MIPA sendiri hanya sepelemparan batu saja dari FIB.
“Lahan parkir FIB ya belum cukup untuk menampung seluruh motor mahasiswa FIB, soalnya yang parkir di lahan parkir FIB, khususnya di lahan parkir bagian selatan ini bukan hanya mahasiswa FIB saja. Banyak juga mahasiswa fakultas lain, misalnya seperti mahasiswa fakultas MIPA yang kuliahnya di gedung MIPA depan, parkir disini,” ungkap Muhammad Zainudin, penjaga lahan parkir FIB bagian selatan.
Lalu ia menjelaskan lagi, mahasiswa dari fakultas lain boleh saja parkir di lahan parkir FIB, sebab kalau tidak begitu, kasihan tidak dapat tempat parkir. “Khususnya mahasiswa yang kuliahnya di gedung MIPA depan, karena sekarang mereka memang sedang tidak punya lahan parkir,” katanya lagi.
Dulu gedung MIPA sebenarnya memiliki lahan parkir. Hanya saja lahan parkir tersebut dipakai untuk pengerjaan pembangunan gedung baru MIPA. Penuhnya kendaraan di dalam parkiran resmi FIB membuat sebagian mahasiswa memilih tempat tidak resmi yang berada di seberang lahan parkir selatan.
Petugas yang berjaga tidak sampai mengawasi parkiran yang memakai bahu jalan tersebut. Hal ini memungkinkan peluang kendaraan motor hilang itu besar.
“Menurut saya tidak apa-apa kalau mahasiswa fakultas lain mau parkir di lahan parkir FIB, karena lahan parkir tiap fakultas ‘kan berbeda. Ada yang lahan parkirnya kecil tapi mahasiswanya banyak, ada juga yang lahan parkirnya luas tapi mahasiswanya sedikit. Jadi, ya, boleh saja,” ungkap Nelin Agustin, mahasiswa Sastra Inggris. (zia/eff)