Belajar Batik, Hati-Hati Panasnya Malam
MALANG-KAV.10 Selembar kain katun di tangan kiri. Tangan lainnya mulai menarik garis, melenggak-lenggok sesuai keinginan hati. Tapi, guncangan itu terasa juga. Terkadang harus berhenti sejenak karena suhu panas mulai menembus telapak tangan.
Itulah pengalaman pertama beberapa mahasiswa saat belajar menggambar motif batik dalam Indikator Oktober Festival (IOF) di Gedung Widyaloka, Senin (21/12). Sebelum menggambar motif, para mahasiswa terlebih dahulu membuat sketsa motif di atas kain. Motifnya bebas dan sederhana agar memudahkan proses nyanting kain.
“Pertama kali yang perlu diketahui itu kain dan cantingnya. Kadang-kadang tangan merasa panas karena malamnya,” ujar Sriningsih Nanda, asisten yang memberi pembelajaran pembuatan batik kepada para mahasiswa.
Malam merupakan cairan yang dipakai untuk menebalkan gambar motif. Cairan lilin ini dipanaskan terus di atas kompor kecil selama menggambar motif. Malam kemudian dimasukkan ke dalam canting. Kain katun yang tipis sangat memungkinkan suhu panas malam mengenai telapak tangan.
“Kalau sudah biasa mungkin sudah bisa lancar. Saya dulu membutuhkan dua-tiga hari sampai tangan saya terbiasa,” kata Sriningsih.
Setelah proses pencantingan selesai, hasilnya sudah bisa langsung dilihat. Proses pembelajaran ini tidak sampai pada tahap pencucian dan pengeringan kain yang biasa dilakukan dalam membuat kain batik ukuran besar.
Sriningsih sendiri mengapresiasi semangat para mahasiswa. Menurutnya, batik sudah mendapat tempat di kalangan mahasiswa. Hal ini terbukti karena banyak mahasiswa mengenakan batik dalam kegiatan perkuliahan atau lainnya.
Selanjutnya, para mahasiswa, tambah Sriningsih, tinggal belajar bagaimana memproduksi batik. Diakuinya bahwa proses produksi minim sekali dilakukan. Padahal, proses produksi ini penting agar keberadaan batik ini tidak segera hilang. (eff)