LongTrip Art : “Rumah” untuk Berkarya
MALANG-KAV.10 LongTrip Art, nama yang mempunyai arti sebagai sebuah perjalanan jarak jauh, perjalanan berkesenian yang masih jauh dan harus ditempuh bersama-sama. Mengambil kata ‘rumah’, menjadi dasar utama komunitas ini untuk jadi tempat anak muda di kota Malang dalam berkarya. Komunitas ini berdiri pada tanggal 21 Januari 2013. “Kalo di Malang saya buat kayak gini lebih asik, jadi setiap grup punya manajemen sendiri tapi mereka dibawahi satu rumah, jadi ini rumah dari banyak kamar,” begitu kata Noerman Rizky Alfarozi, ketua komunitas LongTrip Art.
Berawal dari sebuah cita-cita beberapa anak muda yang peduli dan cinta dengan dunia seni khususnya seni pertunjukan, mereka menginginkan adanya sebuah tempat yang dapat mewadahi dalam berkarya dan berbagi ilmu tentang seni itu sendiri. Mereka juga berkeinginan membangun atmosphere seni di kota Malang, selama ini atmosphere seni yang ada kebanyakan selalu di area-area festival dan lomba-lomba, ini yang menurut mereka kurang bagus, “Karena bagaimanapun kita berkesenian harus di area yang memang keinginan untuk membuat karya bukan untuk dilombakan,” ujarnya
Komunitas yang baru seumur jagung ini memiliki ‘kamar’ ( grup yang dibawahi LongTrip Art-red ) yaitu kelompok musik Psycoetnyc dan #DjombloEnsemble serta kelompok Teater Keong. Meskipun kelompok ini baru dibentuk, jumlah anggotanya cukup banyak, dan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mulai dari anak smp sampai yang sudah bekerja, “Daripada lontang-lantung gak jelas ya mending ikut kegiatan yang positif kayak gini mbak,” ungkap Adit anggota LongTrip Art yang berasal dari SMA Negeri 7 Kota Malang.
Kegiatan yang sudah dilakukan oleh komunitas ini antara lain melakukan pentas awal di Hari Air Se-dunia dengan judul Ludrug Ontran – ontran Kali Brantas. Dengan tema hari air, mereka mencoba menyuguhkan pementasan ludruk yang erat kaitannya dengan air, sebagai suatu sumber kehidupan.
Beberapa minggu yang lalu mereka juga melakukan pentas introduksi atau pentas perkenalan LongTrip Art, di dalamnya menyuguhkan pertunjukan tari Topang Topeng, karya ini merupakan sebuah koreografi yang menggunakan pendekatan dance theater. Ide penggarapannya berangkat dari kehidupan nyata manusia yang tak pernah lepas dari topeng. Antara satu tempat dan tempat lainnya seolah-olah manusia harus berganti wajah dan bertopang pada sebuah topeng. Selain menyuguhkan pertunjukkan tari, pada pentas ini mereka juga menampilkan pertunjukan teater yang berjudul “Primitif”.
“Kedepannya saya berharap komunitas ini bisa menjadi wadah untuk berkesenian yang lebih besar, dan kami ingin dikenal orang tanpa di blow up pemerintah,” tutur Noerman.(hkw)