MALANG MENGHITAM: SETELAH 19 TAHUN MENUNTUT KEADILAN
MALANG – KAV.10 Hari ini, sembilan belas tahun lalu, seorang aktivis pejuang hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib, dinyatakan meninggal setelah diracun di udara. Mengawali serentetan acara memperingati September Hitam, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Siar mengadakan Dinar (Diskusi dan Nonton Bareng) perihal alm. Munir dengan menghadirkan keluarga, Suciwati, pada Selasa (5/9).
Film dokumenter yang ditayangkan berjudul “Bunga Dibakar”, yang merekam jejak perjuangan Munir sebagai aktivis. Memberikan keterangan lebih lanjut, Suciwati hadir sebagai narasumber.
“Suami saya dibunuh dan melibatkan intelejen negara,” ujar Suciwati di acara yang digelar di Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang itu. Ia menambahi, bahwa hasil autopsi kematian suaminya tidak langsung ia dapatkan. “Ada usaha menutupi itu dari saya, padahal saya kan keluarga, berhak untuk tahu,” tambahnya.
Suciwati adalah orang yang menginisiasi adanya aksi Kamisan. Hal itu ia buat untuk menuntut keadilan yang sampai saat ini belum terwujud. Ketidakwujudan keadilan itu, menurut Suciwati, disebabkan lembaga yudikatif yang kurang kompeten. “Pelaku pelanggar HAM seringkali dibebaskan karena hakim tidak kredibel dan kurang mengerti HAM,” jelas Suciwati.
Pemerintahan Joko Widodo, telah melakukan penyelesaian non-yudisial pelanggaran HAM masa lalu. Namun, Suciwati menilai tindakan ini cenderung memecah belah para korban dan tidak jelas. “Kasus yang disebut juga tidak jelas,” tambahnya.
Lebih lanjut lagi, Suciwati berpendapat bahwa pemerintah selalu memiliki hutang dalam penyelesaian kasus HAM berat. Ia juga menyinggung beberapa kandidat yang digadang-gadang sebagai calon presiden di kontestasi Pemilu 2024. “Semua calonnya gagal buat saya,” terangnya.
Kegagalan para Capres ini, bagi Suciwati, disebabkan oleh beban persoalan yang telah tersemat di masing-masing calon. Belum lagi, “Tidak ada jaminan para pelaku pelanggaran HAM berat tidak berada di lingkaran mereka,” jelasnya.
Joko Widodo, yang kala itu menjadi calon presiden, menjanjikan adanya usaha penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Akan tetapi, Suciwati menganggap bahwa presiden tidak memiliki program untuk menyelesaikan persoalan tersebut. “Ia justru mengumpulkan para pelaku di lingkarannya,” terang Suciwati menanggapi beberapa pertanyaan.
Pembunuhan Munir Said hampir dua dekade lalu itu menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM berat yang sampai sekarang belum terselesaikan. Kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya juga mengalami nasib serupa, terlebih Tragedi Kanjuruhan yang baru satu tahun. “Ada upaya tidak bertanggung jawab atas hilangnya 14 orang yang hilang ini,” ucap Munir dikutip dalam film “Bunga Dibakar”.
Penulis: Moch. Fajar Izzul Haq
Editor: Alifiah Nurul Izzah