Descartes dalam prinsip filsafatnya mengutarakan tentang betapa pentingnya keberadaan sebuah pikiran, atau kegiatan berpikir. Ia percaya bahwa untuk mematahkan suatu ketidakberadaan dapat dibuktikan dengan adanya proses berpikir ini.

Pikiran membawa pada pertimbangan, pertimbangan membawa pendapat, pendapat berujung pada kesimpulan, dan suatu kesimpulan akan semakin mendekatkan kita pada kebenaran. Kebenaran tersebut akan terus dicari, entah dari zaman Yunani Kuno, sampai pada Posmodern mencoba yang untuk menghancurkan utopia-utopia yang terbangun selama ini. Dari ujung ke ujung, manusia tak selesai berpikir, tak selesai menggabung dan membentur, membangun dan menghancur, menuai dan melebur dalam percintaan bahkan peperangan, kemudian menghasilkan kisah dan sejarah yang kini hinggap di buku-buku pelajaran sekolah.

Sejalan dengan pendapat Descartes pada awal paragraf tadi, dalam sebuah parade romantisme, sejarah dan tragedi sejatinya tak mampu dipisahkan dari esensi pikiran manusia itu. Menguraikan semua dalam kata-kata merupakan pasal yang pelik. Namun buah pikiran tanpa keinginan untuk mengabadikan akan menjadi langkah yang sia-sia, kecuali anak dan muridmu mau dan berniat menghafalkannya—hasil berpikir itu.

Namun tak menghafal pun bukan lagi suatu persoalan, sebab manusia telah dikaruniai kemampuan untuk memegang pena dan mengetik di depan layar: keabadian di depan mata.

Maka, dalam rangka mengabadikan buah pikiran tersebut, Piksilasi mencoba memotret beberapa peninggalan sejarah yang sarat akan tragedi cinta dan kemanusiaan, yang mengandung gerakan romantismenya. Mungkin beberapa orang akan bertanya-tanya mengapa dan apa pentingnya mengangkat tema yang lekat dengan apa-apa yang berunsur cinta. Barangkali jawabannya akan ditemukan dalam buletin ini, barangkali pula tidak. Pembaca bebas memberikan refleksi atau hanya menjadikannya hiburan semata. Namun kami harap, dengan inilah cinta dan hasil pemikiran kami tercurahkan dengan tidak sia-sia, terabadikan lebih tepatnya.

Tidak pula menjadi soal siapa yang mencinta dan siapa yang dicinta, siapa yang mencinta dan ditinggalkan, siapa yang dikenang dan yang dilupakan. Di hari ini, titik ini, kami bawakan himpunan karya dari kepala-kepala manusia, yang bersatu membawa dan menginterpretasikan kompleksitas dari romantisme itu sendiri.

Baca Buletin Piksilasi Edisi I 2023 melalui halaman situs ini atau unduh buletin secara cuma-cuma dengan mengakses tautan ini. Selamat membaca.

Jika anda membaca melalui ponsel, swipe ke samping untuk menuju halaman selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.