PENGELOLAAN VOCAFE OLEH UB COFFEE KARENA BELUM STABIL

Vocafe adalah unit usaha baru milik Universitas Brawijaya (UB) yang saat ini pengelolaannya tengah diurus oleh UB Coffee. Hal ini memunculkan rumor dari para mahasiswa terutama yang berasal dari Fakultas Vokasi karena Vocafe tak hanya berperan sebagai unit usaha, melainkan menjadi Teaching Factory bagi mahasiswa di mana seharusnya memiliki prinsip dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa. Menindaklanjuti rumor tersebut, awak Kavling-10 pada Kamis (2/3) melakukan wawancara dengan Wakil Dekan III Fakultas Vokasi dan beberapa mahasiswa Vokasi yang sedang magang di Vocafe untuk mencari keterangan terkait hal tersebut.
Sebelumnya pada senin (20/2) yang lalu, Prof. Ir Widodo selaku Rektor Universitas Brawijaya meresmikan Vocafe sebagai salah satu unit bisnis baru yang terletak di Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya. Vocafe merupakan inovasi dan pengembangan bisnis terbaru yang merupakan kolaborasi antara Badan Usaha Non Akademik melalui UB Coffee dan Fakultas Vokasi. Menurut Kholid Mawardi, Wakil Dekan III Fakultas Vokasi, Vocafe menerapkan konsep Teaching Factory atau TeFa di mana Vocafe digunakan sebagai tempat belajar atau laboratorium dan juga sebagai unit bisnis.
Dari segi akademik, Vocafe direncanakan akan menjadi laboratorium untuk semua jurusan yang ada Fakultas Vokasi. Kholid menerangkan bahwa Vocafe akan dijadikan tempat belajar secara langsung oleh mahasiswa Vokasi seperti bagaimana cara memasarkan unit usaha Vocafe yang masih baru. Kemudian melihat konsep cafe saat ini dalam bidang digitalisasi, mempelajari sistem keuangan bisnis cafe, serta bagaimana mendesain interior sebuah cafe. Sementara itu menurut Agung, salah satu mahasiswa Vokasi yang magang parttime di Vocafe menjelaskan memang awalnya akan ada rencana untuk diadakan praktik langsung di Vocafe. Namun, untuk saat ini rencana tersebut belum terealisasikan. Dari segi kurikulum juga belum ada mata kuliah yang secara langsung diatur untuk menjalani praktik di Vocafe.
Menurut Kholid, pada dasarnya konsep TeFa yang ideal adalah dari mahasiswa dan untuk mahasiswa. Namun, saat ini secara realistis karena Vocafe merupakan sebuah usaha yang masih baru dan membutuhkan banyak hal untuk berkembang maka untuk sementara pengelolaan Vocafe akan dikawal oleh pihak Vokasi yang bekerjasama dengan pihak UB Coffee sampai pada kondisi yang stabil. UB Coffee dipilih karena sudah terbiasa dalam mengelola bisnis sebuah cafe. Kholid menerangkan bahwa saat ini pihaknya tengah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) dan manual prosedur. Ia melanjutkan bahwa nantinya jika kondisi Vocafe sudah stabil maka pengelolaan selanjutnya akan diserahkan kepada mahasiswa. Hal ini dibenarkan oleh Surya, salah satu mahasiswa Vokasi yang sedang menjalani magang parttime di Vocafe. Surya mengatakan bahwa sejak awal memang sudah diberitahukan bahwa Vocafe ke depannya akan diserahkan kepada mahasiswa, namun saat ini belum ada pembicaraan lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Berkaitan dengan sosialisasi Vocafe kepada mahasiswa, Kholid mengakui bahwa hingga saat ini dari pihak fakultas belum ada sosialisasi secara resmi. Pihak fakultas baru melakukan survei terkait layanan seperti harga pemasaran, produk yang akan dijual, dan lain sebagainya dari sudut pandang mahasiswa sebagai konsumen. Sampai saat ini respon mahasiswa terhadap keberadaan Vocafe masih sangat positif. Vocafe pun selalu memberikan kertas saran kepada para pembeli untuk mengetahui tanggapan dan saran para konsumen terhadap Vocafe. Kholid berharap agar Vocafe dapat menjadi unit bisnis yang stabil dan menghasilkan keuntungan, serta mahasiswa juga dapat mengelola Vocafe secara mandiri dan profesional agar mahasiswa dapat mengerti secara langsung mengenai bisnis itu dan menyiapkan alumni yang siap kerja.
Selain itu, dari sudut pandang mahasiswa, Surya juga berharap agar Vocafe dapat berkembang dan menjadi tempat para mahasiswa untuk beristirahat, mengerjakan tugas, serta bersantai dengan teman-temannya.
Penulis: Nicolas Deny dan Khairul Ihwan (Anggota Magang)
Kontributor: Adilah Diva Larasati
Editor: Dwi Kurniawan