Menjawab Isu Kasus Covid-19 Rusunawa UB, Satgas Covid-19 UB: “Itu Bukan Cluster”


Tiga mahasiswa penghuni Rusunawa UB dilaporkan terpapar Covid-19. Ketiganya langsung dilarikan ke Safe House RSUB untuk menjalani isolasi. Ketua Covid-19 UB, Prof. Andarini sendiri pun tidak dapat mendeteksi dari mana virus Covid-19 yang menginfeksi tiga mahasiswa tersebut.
“Ya sama kayak mahasiswa yang lain, kenanya dimana kita nggak tau. Ya yang namanya mahasiswa ya keluyuran. Dia pergi ke cafe, atau kemana,” jelas Prof. Andarini saat diwawancarai via suara bersama awak Kavling10, Senin (07/02).
Pihak Satgas Covid-19 pun meyakinkan bahwa tidak akan ada lagi penambahan kasus di Rusunawa UB apalagi hingga membentuk cluster, mengingat ketiga mahasiswa yang terinfeksi langsung dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Brawijaya menggunakan ambulans.
“Kita isolasi di RSUB sejak seminggu yang lalu. Kemudian udah itu nggak menyebar, nggak ada itu penambahan kasus di Rusunawa. (Sebenarnya, red.) itu bukan cluster, kalau cluster tahu sendiri kan, (lebih, red.) banyak ya, kalau di situ (Rusunawa, red.) kasusnya lebih rendah”, tukas Prof. Andarini.
Mahasiswa yang terjangkit juga tidak memiliki gejala parah sehingga dapat dipulangkan langsung setelah hasil tes SWAB-nya negatif. Hal itu akan terus dipantau kurang lebih selama 7 hari kedepan.
Selaku Satgas Covid-19 UB, beliau juga menjelaskan bahwa gejala Covid-19 varian Omicron ini sedikit berbeda dengan varian Delta. Seringkali terjadi gangguan penciuman pada varian Delta. Sedangkan untuk varian Omricon sendiri memiliki gejala seperti flu pada umumnya dan terkadang mengalami diare serta kepala pusing.
Guna mencegah terjadi persebaran dan penambahan kasus, Satgas Covid-19 UB membentuk Google Form Tacker. Google Form tersebut akan digunakan untuk dapat men-screening mahasiswa yang bergejala agar segera melakukan karantina dan juga tes SWAB.
Prof. Andarini pun menghimbau kepada mahasiswa untuk memahami batasan-batasan dan protokol kesehatan yang ketat serta menjauhi tempat umum. Hal itu karena pihak kampus sendiri pun tidak dapat memantau keberadaan mahasiswanya saat berada di luar kampus. Ia pun mempersilakan kepada mahasiswa UB untuk memilih kuliah daring jika dirasa lebih efisien.
“Karena sekarang ada pilihan, kan? Boleh daring, boleh luring. Jadi memang meskipun di kampus kita beri batasan-batasan yang ketat, tetapi di luar, kita kan gak bisa mengendalikan mereka. Ya ngopi, ke tempat umum, repot itu,” tambahnya.
Penulis: Laras Ciptaning Kinasih
Editor: Alifiah Nurul Izzah