Merawat Ingatan Kasus Penyerangan Novel Baswedan

BERPAYUNG HITAM - Massa aksi Kamisan Malang ke-37 menyuarakan isu penanganan kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan yang belum juga tuntas di depan Balai Kota Malang kemarin (12/4). Foto: Oky

MALANG-KAV.10 Cuaca mendung tak mematahkan semangat masyarakat dan mahasiswa yang tergabung dalam Komite Aksi Kamisan untuk melakukan aksi di depan Balai Kota Malang pada Kamis (12/04). Aksi kamisan ke-37 kali di Malang ini mengangkat isu satu tahun kasus penyiraman air keras yang dialami oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Perwakilan dari Komite Aksi Kamisan Abdurrahman Sofyan mengungkapkan aksi kali ini bertujuan untuk menuntut Kapolri Tito Karnavian untuk segera menyelesaikan kasus yang telah mangkrak satu tahun tersebut. Kiprah Novel yang banyak menangani kasus korupsi menjadi dugaan penyerangan terhadap dirinya.
“11 April lalu Novel disiram air keras, banyak motif. tapi dilihat dari unsur politiknya, Novel ketika itu menjadi tokoh penyidik terbaik di Indonesia, yang independen berkomitmen untuk memberantas korupsi,” ujar Sofyan.
Sofyan menyebut bahwa aksi ini diadakan di berbagai daerah. Selain menuntut pihak kepolisian, aksi ini juga sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap keseriusan pemerintah dan negara dalam menangani kasus hak asasi manusia (HAM).
“Semua Aksi Kamisan seluruh Indonesia, kecuali Bukitinggi dan Samarinda, menyuarakan tentang satu tahun Novel Baswedan. Disisi lain Jokowi malah sibuk pamer motor Cooper, ini yang dimanfaatkan tim oposisi,” tegas Sofyan.
Atha Guevara yang turut bergabung dalam Komite Aksi Kamisan menjelaskan aksi dilakukan dengan caranya masing-masing, baik melalui orasi, menulis grafiti, bernyanyi, hingga aksi diam dengan menggunakan baju dan payung hitam sebagai ciri khas. Ia pun berharap agar aksi kamisan di Kota Malang bisa lebih aktif dan rutin digelar.
“Ini menjadi awal komite aksi kamisan kita ingin bangkit, kita ingin hadir sebagai kelompok yang peduli dengan isu-isu kemanusiaan. Sehingga keberadaan aksi kamisan ini sendiri menjadi penting di Kota Malang.” Imbuh Atha.
Atha menambahkan aksi kali ini berlangsung secara damai dan mendapat respon baik dari Pemerintah Kota Malang. “Tidak ada kecaman, dan tidak ada respon negatif dari pemerintah dan tidak menggangu lalu lintas, sehingga tidak ada tindakan-tindakan reprsifitas itu tidak ada sampai hari ini mereka hanya hadir dan menyaksikan,” pungkas Atha. (odp/sad)