Makna di Balik 60+

Kampanye Earth Hour beralngsung di jalan bundaran UB. (Dok. Maya/KAv.10)

MALANG.KAV-10 Lambang 60+ pada Earth Hour menyimpan makna. Gelap gulita di UB pun hanya sekadar seremonial bagi mahasiswa, selebihnya balik kepada gaya hidup mahasiswa.
Angga Pratama menjelaskan, angka enam puluh menandai pemadaman selama satu jam di selruuh dunia. Tanda tambah menjadi semacam gaya hidup. Dia menyampaikannya saat memberi materi dalam Switch Off Brawijaya, acara Earth Hour di UB, semalam (19/3).
“Dan menghemat energi ini sendiri pun bukan hanya untuk mematikan lampu saja. Untuk teman-teman yang nge-kost di sekitar UB tidak harus menggunakan sepeda motor, bisa berjalan kaki atau bersepeda. Kan fasilitas di UB sudah mulai baik dengan adanya parkiran sepeda,” ungkapnya.
Irvaldi Rana Saputra, Ketua Pelaksana Switch Off Brawijaya, menyoroti pemakaian energi listrik kampus yang dianggapnya berlebihan. Dalam sebulan saja, katanya, anggaran untuk membayar listrik bisa mencapai milyaran rupiah.
“Kita ingin menyadarkan bukan hanya kepada mahasiswa, tapi juga para stake holder universitas bahwa kita harus bisa lebih menghemat energi,” ujarnya.
“Biar kita bisa tahu pemadaman sejam sangat berguna bagi perubahan iklim dunia,” kata Berlina, peserta dari FPIK. Ia juga menyarankan penggunaan goodie bag saat berbelanja untuk menghemat penggunaan plastik. “Terus mengisi ulang baterai ponsel, kalau sudah penuh langsung dimatikan. Menggunakan listrik sehemat mungkin dan sebijak mungkin,” tambahnya.
UB patut berbangga karena menjadi salah satu titik penyelenggaraan Earth Hour. Tahun ini World Wide Foundation (WWF) mengangkat tema “Change The World in One Hour”. Earth Hour Malang bekerja sama dengan Kementerian Sosial Masyarakat EM UB menyelenggarakan kampanye Earth Hour di UB.
Pemadaman ini seremonial untuk mengingatkan seluruh warga dunia pentingnya menghemat listrik. WWF spontan melakukan gerakan ini. Nizar, perwakilan Earth Hour Malang berharap kampanye hemat listrik menjadi gerakan dinamis. (mum/nan)