BUKAN SEBUAH JAWAB


(inspirasi dari puisi “Sebuah Tanya” karangan Soe Hok Gie)
Akhirnya hari yang tak biasa itu tiba dengan tiba-tiba
Pada suatu ketika yang tak pernah kuketahui
Sebab tak mungkin aku menebak kapan pergimu
Kuharap suaramu masih sekeras dahulu
Selantang suara mesin tik yang pada tombolnya tercetak sidik jarimu
Sebanyak guratan pena di atas catatan sejarahmu
Dan umurmu panjang bersamanya
(gas pun berhamburan menggoyahkan nyawamu pada puncak kematian, puncak Mahameru
Kau memilih tempat yang baik untuk gugur
Tempat yang tinggi, tempat yang benar
Tepat sebelum Tuhan makin memanjangkan usiamu)
Kuharap perlawanan hari ini masih seperti dahulu
Ketika kepalan tanganmu lebih tinggi, dan milikku lebih tinggi lagi
(lampu kota makin nyala, cahayanya menyoroti sisa Jakarta
Tetapi Jakarta bukan lagi milik kita, yang terlalu tua untuk bermimpi
Aku masih tak bicara
Tidak selain basah yang meramaikan sepi)
Tiap saat masih kuamini:
Memang tak ada kata yang lebih puitis selain bicara pada kebenaran
Entah di langit mana ia terletak
Yang pasti kau tau bukan di sini
(hari masih saja gelap
Kulihat semuanya lelap
Wajah-wajah yang tak kau kenali membisu
Berbahasa abu-abu
Seperti malam yang kelam)
Sayangku, aku masih jalan terus—tak tau kapan henti
Tetapi kenang-kenanganmu menjiwai sajak ini
Sementara harapmu, wajah yang beruntung itu
Beristirahatlah bersama ketenangan yang tak lagi biru.
Penulis: Adila Amanda