Permasalahan Perpustakaan UB


MALANG-KAV.10 Rabu (15/12) kemarin Perpustakaan UB melakukan sesi Open Sharing. Dalam acara ini diundang berbagai pihak mahasiswa mulai dari EM, UKM Universitas, Mahasiswa Internasional, serta mahasiswa difabel. Sesi open sharing dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dialami mahasiswa selama mengakses fasilitas perpustakaan.
Penyerahan kepengurusan baru kepada Iwan Permadi, dari kepala sebelumnya Johan Andoyo Effendi Noor, juga turut menjadi agenda.
Sesi open sharing dibuka dengan berbagai pertanyaan dan cerita dari mahasiswa, salah satunya dari mahasiswa difabel, Dewa Bagaskara. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini menjelaskan bahwa dia memiliki pengalaman kurang baik ketika pertama kali pergi ke perpustakaan karena saat itu di meja registrasi tidak ada pegawai yang menjaga. Hal ini ia sampaikan dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh penerjemah.
Selain itu, masih kurangnya informasi berupa tulisan petunjuk dan panduan di perpustakaan juga menyulitkan beberapa mahasiswa. Keluhan ini datang salah satunya dari mahasiswa internasional Program Studi Linguistik S2 Fakultas Ilmu Bahasa.
“Bagi saya tidak apa-apa karena saya cukup bisa memahami menggunakan Bahasa Indonesia. Tapi mungkin untuk teman-teman saya yang mahasiswa internasional, apalagi yang hanya pertukaran selama satu tahun atau satu semester, mungkin mereka tetap Bahasa Inggris, (dan akan kesulitan, red),” jelas Grady Mitchell, mahasiswa S2 asal Amerika Serikat ini saat diwawancarai awak Kavling10.
Terbatasnya akses Repository UB dan sedikitnya buku serta artikel internasional yang berbahasa Inggris juga memberikan kesulitan kepada mahasiswa internasional. Hal ini disinyalir karena buku pengantar kuliah yang ada UB kebanyakan masih menggunakan Bahasa Indonesia.
“Harus pakai Bahasa Inggris, wajib, terutama juga di UB mungkin harus pakai buku untuk kuliah harus pakai Bahasa Inggris, karena kebanyakan masih Bahasa Indonesia. Saya ada teman di Ilmu Politik mereka ketemu Bahasa Indonesia sulit. Ketemu buku sama, Bahasa Inggris (lebih cepat untuk ditangkap, red). Itu pengalaman teman saya,” jelas Magomedov Magomed, mahasiswa S2 Ilmu Politik asal Rusia kepada Awak Kavling10 selepas acara.
Fasilitas di perpustakaan juga menjadi keluhan bagi mahasiswa. Karena saat in masih adanya pembatasan terhadap jam operasional perpustakaan, terutama perpustakaan UB yang hanya buka sampai jam 10 malam, dan jam 8 malam ketika penerapan PPKM. fasilitas lain yang dikeluhkan adalah mengenai makanan dan minuman. Juga terkait larangan membawa makanan dan minuman dari luar, namun tidak ada tempat penjualan makanan dan minuman di dalam perpustakaan.
“Kalau di luar (negeri, red) boleh lebih lama di dalam perpustakaan. Di tempat saya perpustakaan buka 24 jam. Tapi kita ada untuk layanan di perpustakaan kota. Itu harus ada kopi atau makanan didalam, lebih gampang soalnya,” tambah Magomed.
“Baik, masukannya sangat positif ini akan kita terima, kita akan lanjutkan evaluasi setelah acara sharing session ini. Tentu kita akan tindak lanjut menyelesaikan keluhan-keluhan. Jika ada yang kurang jelas kita akan minta petunjuk kepada pak Johan dan juga kawan-kawan (bagian, red) Perencanaan di Rektorat karena memang itu terkait pendanaan.” jelas Iwan Permadi.
Terkait masalah keuangan, Iwan menjelaskan pendanaan rektorat yang sangat terbatas. Perpustakaan UB hanya mendapat dana sekitar Rp 1,3 M dari keseluruhan PNBP Universitas Brawijaya yang berjumlah Rp 1,3 Triliun pada tahun 2019. Bersama dengan hal itu, dana tersebut adalah dana terakhir yang diterima Perpustakaan UB hingga tahun 2021 ini.
“Berikan E-Complaint kepada kita, yang terbaru, supaya saya serahkan E-Complaint-nya kepada Pak Rektor supaya dibelikan (buku-buku, red) karena dananya hanya sekitar Rp 1,3 M, jadi tidak besar bapak ibu, adik-adik. Dari dana yang ada sekitar 1,3 T, kita hanya minta sekitar 1,5 M. itu sekian persen dari dana PNBP,” jelas Iwan saat menjawab pertanyaan di sesi Open Sharing pada Rabu (15/12).
Penulis : Faisal Amrullah
Kontributor : Khairunnisa Andari Putri
Editor : Priska Salsabila