RAMAI KELUHAN MABA TENTANG GAMA, KAPEL PKKMB FIA UB 2025: KAMI TIDAK MELAKUKAN PERPELONCOAN

MALANG-KAV.10 PKKMB FIA UB 2025 tengah ramai diperbincangkan publik setelah sejumlah mahasiswa baru menyuarakan keluhan terkait pelaksanaan Gama Time. Bahkan, tagar #HapusPerploncoanMabaUB sempat menjadi sorotan di media sosial X. Menyikapi hal tersebut, Awak Kavling10 mewawancarai Lazuardi Adzikri dan Haliza Putri, selaku ketua dan wakil ketua pelaksana PKKMB FIA UB 2025, pada Kamis (18/9) lalu untuk membahas lebih lanjut mengenai polemik ini.
Mengapa kesalahan maba—baik yang sudah atau belum diberikan sanksi—ditampilkan pada layar tanpa sensor dalam Gama Time?
Lazuardi: Memang benar bahwa di rangkaian itu terdapat Gama Time. Di rangkaian itu, kami menampilkan pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh mahasiswa baru. Tapi kami juga tidak menampilkan semua pelanggaran itu tanpa adanya sensor. Jadi, dari sekian banyaknya yang ditampilkan oleh kita, itu mostly memang disensor oleh kita. Dan kami selaku panitia, mengakui bahwa memang ada satu slide [dokumentasi pelanggaran maba] yang tidak kami sensor saat ditampilkan di Gama Time.
Mengapa sesi khusus “DOSA BESAR MABA” diberlakukan di FIA?
Haliza: Karena sebelumnya kami sudah sering melakukan peneguran terhadap maba. Namun, masih ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh maba di peraturan-peraturan tertentu. Nah [menurut kami], tujuan itu bukan untuk mempermalukan. Mungkin ada satu slide yang memang murni kesalahan panitia, karena itu [dokumentasi pelanggaran maba] bentuk video dan ternyata dari kecerobohan panitia itu lupa menyensor mukanya. Tapi di beberapa foto lainnya itu full disensor semua dan tujuannya bukan untuk mempermalukan tetapi menunjukkan bahwa pelanggaran-pelanggaran inilah yang dilarang untuk diulangi lagi. Karena ‘kan para maba sendiri juga sudah tahu kalau peraturan ini sudah tertera di buku saku Gama, serta pelanggaran-pelanggaran yang lainnya. Tapi mereka [maba] tetap melanggar peraturan itu. Dan itu cukup untuk menunjukkan kalau misalkan pelanggaran-pelanggaran yang mereka buat itu tidak boleh diulangi lagi dan pengawasan dari kita itu bukan sekedar membuat peraturan saja, tapi juga tentunya ada sanksinya dan juga ada pengawasan secara ketat seperti itu.
Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan konsep rangkaian acara PKKMB FIA UB 2025 termasuk pembawaan Gama yang kerap disebut militeristik oleh publik?
Lazuardi: Jadi, konsepnya di sini kurang lebih adalah mendisiplinkan dari teman-teman mahasiswa baru. Dan perlu dipahami juga bahwasanya ketika Gama Time, teman-teman Gama menyampaikan evaluasinya kepada teman-teman mahasiswa baru terkait dengan pelanggaran yang telah dilakukan oleh mahasiswa baru di dalam slide ataupun pemaparan dosa-dosa besar maba.
Haliza: Nah, untuk pembawaan Gama itu memang sudah kesepakatan dari seluruh panitia dan juga dari panitia dosen. Sebenarnya [pembawaan Gama] bukan militeristik ya, tapi memang kurang lebih tupoksi Gama ini sama seperti korlap komdis pada umumnya. Mungkin terkesan militeristik, namun kami tidak menekankan pada aspek militeristik.
Sebenarnya kalau dibilang militeristik juga tidak bisa, karena mungkin bisa dipahami dulu arti dari militeristik itu apa dan kita sudah sering mengadakan forum terbuka, seperti setelah rangkaian itu kita bakal nge-share form evaluasi dari DPM atau panitia pengawas. Dan kita juga sudah melakukan lingkaran danton yang di mana panitia membuka evaluasi terbuka bagi para mahasiswa-mahasiswa baru perwakilan dari setiap pleton untuk melakukan evaluasi terbuka sama kita. Jadi, memang kita ada evaluasi terbuka. Jadi, kalau misalkan mereka [maba] mau ada saran atau evaluasi itu bisa disampaikan secara terbuka. Jadi, sebenarnya mungkin untuk militeristik ini bukan militeristik.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap mahasiswa baru yang menilai bahwa Gama Time dalam PKKMB FIA ini militeristik dan harus dihapuskan karena dianggap tidak relevan?
Lazuardi: Kami tidak mau melakukan perpeloncoan di sini. Kami hanya ingin untuk mendisiplinkan dari teman-teman mahasiswa baru. Dan memang apabila dirasa perlu untuk dikaji lebih lanjut, kami pihak panitia inti akan melakukan diskusi dengan bapak dan ibu dosen selaku panitia dosen yang nantinya akan kami terapkan kembali kepada teman-teman mahasiswa baru terkait hal-hal tersebut. Namun, perlu digarisbawahi bahwasanya kami dari teman-teman panitia dan juga bapak-ibu dosen ingin mahasiswa baru ini disiplin.
Apakah dari pihak panitia memiliki evaluasi terkait naiknya tagar #HapusPerploncoanMabaUB?
Lazuardi: Untuk evaluasi sendiri, kami pihak panitia PKKMB dan bapak ibu dosen pastinya akan melakukan evaluasi lebih lanjut, entah itu dari rangkaian kita atau memang dari internal panitia PKKMB itu sendiri. Dan untuk segala bentuk hal yang telah terjadi, kami memang akan melakukan permintaan maaf kepada teman-teman mahasiswa baru secara keseluruhan. Jadi tidak terkhusus hanya kepada mahasiswa baru yang merasa tertekan, namun memang secara keseluruhan kepada teman-teman mahasiswa baru.
Kami mendapat kabar bahwa Gama memanggil sosok yang diduga sebagai mahasiswa baru di balik cuitan X pada akun menfess untuk diberikan hukuman. Apakah informasi tersebut benar?
Lazuardi: Jadi untuk hal tersebut sebenarnya bukan dari teman-teman Garda Mahasiswa yang memanggil mahasiswa baru, melainkan kami, Kapel dan Wakapel juga memanggil mahasiswa baru yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran itu pun sendiri bukan tentang cuitan menfess biasa, melainkan memang dari mahasiswa baru ini melakukan—istilahnya—penghinaan kepada teman-teman panitia, lebih tepatnya Gama, seperti “Gama pengangguran”; “Gama tidak punya otak”; dan itu dilakukan oleh teman-teman mahasiswa baru di grup angkatan mereka.
Untuk masuknya ke menfess itu sendiri, ada salah satu dari temannya, teman maba ini yang mengunggahnya ke dalam menfess. Jadi, karena memang kami rasa tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa baru ini tidak sesuai atau memang merendahkan teman-teman panitia, maka kami memanggil mahasiswa baru tersebut. Dan pemanggilan itu sifatnya diskusi dengan teman-teman yang melakukan pelanggaran. Dan memang selanjutnya kami memberikan hukuman terkait apa yang sudah dilakukan oleh mereka.
Haliza: Ya, jadi sebenarnya itu bukan cuitan yang dia [mahasiswa baru kirimkan melalui menfess] buat. Jadi, dia [mahasiswa baru lainnya] itu ngomong gitu di grup angkatan dia kalau misal, “Gama itu tidak punya otak” dan “Gama ini pengangguran”. Nah, setelah itu ada temannya yang nge–screenshoot terus bikin menfess. Jadi, yang kita panggil itu bukan [maba] yang bikin menfess-nya, tapi [maba] yang ngomong itu. Karena di situ [tangkapan layar yang tersebar di menfess] kebetulan ada namanya, ada nama yang bersangkutan, yaitu dua orang ini. Dan ada teman dari dua orang ini yang nyepuin dengan caption “too much nggak sih?” Kayak gitu.
Kami mendapatkan informasi bahwa salah satu mentor memberikan perintah kepada mahasiswa baru untuk menolak pers atau media yang meliput dengan alasan untuk tidak terprovokasi. Bagaimana tanggapan Anda terkait hal tersebut?
Lazuardi: Untuk mahasiswa baru sendiri memang dari kita memberikan informasi untuk tidak terprovokasi dan lebih hati-hati terkait dengan informasi yang beredar. Mengapa? Karena yang beredar di menfess sekarang itu sifatnya sudah memprovokasi dan melakukan doxing kepada teman-teman panitia, contohnya kepada teman-teman koordinator dan juga wakil koordinator Garda Mahasiswa. Oleh karena itu, kami rasa imbauan itu merupakan tindakan dari panitia untuk memberikan informasi kepada teman-teman mahasiswa baru untuk lebih berhati-hati lagi dalam menerima informasi. Jadi, itu sifatnya mengimbau.
Haliza: Dan begitu juga kami sering memberikan imbauan untuk teman-teman mahasiswa terkait dengan pers. Sebenarnya bukan untuk menolak diwawancara sama pers, tapi kami sudah memiliki wadah terbuka untuk mereka menyampaikan evaluasinya, seperti yang tadi sudah aku sampaikan melalui form dari DPM dan juga dari link kadanton tersebut.
Bagaimana tanggapan Anda dengan Gama yang masuk ke kelas untuk mengecek barang-barang yang dibawa oleh maba?
Lazuardi: Karena memang di dalam perkuliahan, kami menetapkan aturan pada teman-teman mahasiswa baru untuk [diadakan] pengecekan [barang] di dalam kelasnya. Kami bertujuan supaya teman-teman mahasiswa baru tidak kecolongan membawa rokok, pod, atau semacamnya. Dan hal itu perlu ditertibkan dengan melakukan pengecekan di dalam kelas. Namun terkait hal ini, apabila kami rasa memang masih perlu dilakukan evaluasi, maka akan kita lakukan evaluasi kembali.
Haliza: Jadi peraturan tertulis itu bukan diberlakukan selama rangkaian PKKMB saja, tapi selama periode rangkaian PKKMB maupun saat masa perkuliahan.
Kami mendapatkan informasi bahwa sebenarnya Koordinator Divisi Gama adalah orang yang tidak kompeten, namun ia berhasil menjadi panitia karena Wakil Dekan IIII yang memiliki latar belakang HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) menitipkannya. Apakah hal tersebut benar?
Lazuardi: Jadi, terkait dengan pemilihan panitianya sendiri itu memang ada screening dari bapak dan ibu dosen. Makanya untuk segala keputusan itu memang ada di bapak dan ibu panitia dosen. Jadi dari kita ketua dan wakil ketua pelaksana memang di awal, kita melakukan adanya open tender kepada teman-teman koordinator maupun wakil koordinator divisi masing-masing. Tapi untuk segala bentuk screening dan juga keputusan memang ada di tangan bapak dan ibu dosen.
Haliza: Jadi, sebenarnya untuk unsur panitia mahasiswa ini juga terlibat [dalam pemilihan posisi koordinator dan wakil koordinator di panitia mahasiswa] cuma sedikit. Dan sebenarnya memang lebih banyak kuasa dari unsur panitia dosen.
Jadi, apakah memang benar bahwasannya latar belakang HMI dari Wakil Dekan III turut serta berperan dalam mengangkat Koordinator Divisi Gama ini?
Lazuardi: Karena dari kami di sini [sebagai] panitia tidak melihat dari latar belakang teman-teman koordinator dan juga wakil koordinator. Di sini memang semuanya melakukan open tender dan juga semuanya telah diberikan amanah juga oleh bapak dan ibu dosen dan kita di sini bareng-bareng untuk ngejalanin amanah ini, seperti itu.
Haliza: Sebenarnya kalau misalkan itu kita enggak tahu ya. Karena takutnya jawaban kita malah jadi misinformasi.
Kami sempat mendapatkan informasi bahwa Koordinator Divisi Gama ini ternyata bukan staf Gama dari tahun sebelumnya di PKKMB. Bagaimana dia bisa terpilih di Koordinator Divisi Gama?
Lazuardi: Jadi, ketentuan harus mengikuti PKKMB tahun lalu itu hanya diberlakukan untuk ketua dan wakil ketua pelaksana. Namun, untuk koordinator dan juga wakil koordinator ini memang sifatnya tidak diwajibkan sebagai panitia PKKMB di tahun lalu, seperti itu. Jadi, siapapun bisa untuk mendaftar dan siapapun bisa untuk menjadi koordinator dan wakil koordinator.
Haliza: Oke, jadi sifatnya kalau untuk pemilihan CO [koordinator] itu tidak berdasarkan dari keterlibatan dia di tahun sebelumnya. Seperti CO perlengkapan, wakil koordinator humas, dan [CO/WACO] multimedia tahun ini juga bukan staf PKKMB [FIA UB] tahun lalu.
Di menfess, terdapat cuitan dari maba yang menyatakan bahwa ada kakak-kakak FIA yang mendokumentasikan maba berupa video sambil berbisik dan tertawa. Nah, apakah sosok “kakak-kakak FIA” yang dimaksud oleh maba termasuk dari panitia?
Lazuardi: Bukan. Untuk hal tersebut, kami tidak mengiyakan bahwasannya itu dilakukan oleh panitia. Jadi terkait pelanggaran, siapa pun termasuk mahasiswa bisa melaporkan apabila ada mahasiswa baru yang melakukan pelanggaran.
Haliza: Tapi sifat itu bukan menindak, tapi melaporkan.
Lazuardi: Dan sebenarnya, apabila pihak panitia melihat adanya mahasiswa baru yang melakukan pelanggaran pasti akan diperingatkan terlebih dahulu. Jadi tidak sembarangan meletak kita langsung memvideokan dan juga kita langsung memberikan poin kalau bisa.
Oke, dari kita ketua dan wakil ketua pelaksana di sini berterima kasih juga kepada teman-teman Kavling karena sudah mewawancarai kami. Dan harapannya juga, dari kita berdua mewakili segenap panitia PKKMB untuk sebisa mungkin dari teman-teman Kavling dapat lebih bijak lagi dalam menyampaikan informasi kepada media publik.
***
Menanggapi kesalahpahaman yang terjadi antara LPM Kavling10 dan Ketua Pelaksana PKKMB FIA terkait diksi “kami belum melakukan wawancara”, pihak Kavling10 menegaskan bahwa diksi yang dipakai adalah “belum”. Akan tetapi, meskipun Lazuardi belum menjawab pertanyaan yang kami berikan atau belum melakukan wawancara, ia telah bersedia untuk diwawancara. Dan terkait kesalahpahaman ini, pihak Kavling10 sudah melakukan diskusi dengan Ketua Pelaksana PKKMB FIA untuk meluruskan kesalahpahaman yang ada.
Penulis: Muhammad Tajul Asrori
Kontributor: Nabila Riezkha Dewi
Editor: Maria Ruth Hanna Lefaan