Peran Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Revolusi Mental
MALANG-KAV.10 Bukankah revolusi mental mendorong percepatan perubahan mental menuju lebih baik? Saya harus mengatakan iya dan optimis kalau ini kita lakukan secara bergotong royong.
Pernyataan di atas disampaikan Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia pada saat mengisi kuliah umum di Gedung Widyaloka (27/9).
Puan memberi pemisalan. Tatkala UB kedatangan tamu, UB harus menyambut ramah tamu tersebut. Dan Puan sendiri mengakui keramahan UB yang menyambutnya datang ke kampus.
Puan juga mengingatkan bahwa tugas utama perguruan tinggi sebagai agent of change. Karakter generasi muda dibentuk selama duduk di bangku perkuliahan. Perguruan tinggi, tambahnya, ruang untuk mensosialisasikan gerakan revolusi mental. Syaratnya birokrasi kampus harus bersih dan anti-korupsi.
Salah satu peserta Lu’lu’i Zulaikho setuju dengan pendapat Puan. Namun, gerakan nasional revolusi mental bagi generasi muda dalam praktiknya masih belum terlaksana penuh.
“Masih banyak generasi muda yang memiliki perlakuan menyimpang,” ujar Lu’lu.
Riri Mutia, panitia acara berpendapat bahwa kendala tersebut terjadi karena era moderniasisi mulai dijadikan gaya hidup. Katanya, ini menyimpang dari budaya lokal.
“Generasi muda sekarang sudah mulai terkontaminasi dengan budaya asing (kebarat-baratan). Kita berharap supaya generasi muda yang sekarang bisa kembali lagi menanamkan nilai-nilai luhur budaya nenek moyang bangsa kita sendiri,” pungkasnya.
Kuliah umum ini megusung tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Revolusi Mental” dan dihadiri oleh lebih dari 500 orang peserta dari sejumlah civitas akademika dari dalam dan luar universitas. (sin/eff)