Momentum Perlawanan Pers Mahasiswa dalam Dies Natalis PPMI XXIII

0

Dies Natalis PPMI XXIII

Dies Natalis PPMI XXIII
Dies Natalis PPMI XXIII

SEMARANG-KAV.10 Pers Mahasiswa Bangkit dan Melawan Pembungkaman menjadi jargon dan pemantik semangat jurnalis mahasiswa se-Indonesia dalam rangka Dies Natalis ke-23 PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia) Nasional. Perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa seluruh Indonesia datang untuk berkontribusi langsung dalam ajang akbar selama empat hari di Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), Jumat (29/1).

Acara tersebut resmi dibuka oleh Wakil Rektor III UNIMUS Djoko Setyo Hartono yang membacakan pesan tertulis dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang tidak dapat hadir. Singkat Djoko menyampaikan pesan Ganjar. “Kritik itu vitamin bagi saya,” ujar Djoko membaca pesan Gubernur Jawa Tengah tersebut. Dalam pesannya tersebut Ganjar mengungkapkan, ia mempercayai bahwa pers mahasiswa masih idealis dan tidak partisan.

Lebih-lebih, pers mahasiswa bisa berperan besar pada kepentingan masyarakat. Meski tidak menampik kenyataan yang sedang terjadi, Persma masih bergumul dengan kemelut masalahnya sendiri. Paska pembukaan, diskusi terkait isu dan permasalahan kekerasan serta ancaman terhadap kebebasan berpendapat bergulir deras dengan pendapat-pendapat.

Abdus Somad, Sekjen PPMI Nasional dalam wawancara secara langsung mengingatkan bahwa keterbukaan dalam kampus sangat diperlukan sebagai wujud berjalannya demokrasi di dalam kampus. Selain itu pula, keterbukaan diharapkan dapat membantu pers mahasiswa untuk mencari data dan informasi untuk pemberitaan.

Disinggung juga mengenai ketergantungan mahasiswa terhadap kampus tentang dana yang dibutuhkan oleh pers mahasiswa. Menurut Somad, media online dapat menjadi inovasi bagi pers mahasiswa agar tidak lagi bergantung sepenuhnya terhadap kampus. Namun harus tetap berkarakter kritis, mendalam, dan tidak hanya mengikut arus, tegas Somad.

“Pers mahasiswa harus keluar dari ring kampusnya,” pesan Sekjen PPMI ini. Somad menjelaskan bahwa media secara nyata dapat membatasi pola pikir masyarakat dan masyarakat harus cerdas dalam memilih media. Harapannya, pers mahasiswa dapat menjadi pilihan masyarakat dalam memilih berita sehingga pers mahasiswa tidak hanya berada dikalangan mahasiswa tetapi juga dikalangan masyarakat secara luas.(gph/ain/miy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.