morrissey_satellite_of_love_cover-500x500
Oleh: Haroki A. Mardai

                Ketika itu usiaku 20 tahun dan masih perjaka. Ku bilang perjaka karena aku belum pernah sekalipun tidur dengan seorang perempuan di dalam sebuah kamar. Tidak seperti teman-teman di kampusku, mereka semua sudah tidak perjaka dan hampir seluruhnya pernah tidur dengan seorang perempuan di luar pernikahan. Sebenarnya aku juga ingin merasakan hal seperti itu, tetapi aku selalu tidak mengerti bagaiamana memulai percakapan dengan seorang perempuan untuk melakukan hal itu. Selama usiaku saat ini aku belum pernah memiliki pengalaman untuk berpacar-pacaran, memadu kasih atau merasai jatuh cinta pada seseorang.

Tetapi bukan itu permasalahannya, permasalahannya adalah karena aku memang tidak memiliki nafsu dan tidak pernah bisa jatuh cinta kepada seorang perempuan apalagi laki laki. Tanpa bermaksut merendahkan penyuka sesama jenis, tetapi menurutku laki laki itu sangat bau, aku tidak bisa membayangkan bagaimana laki-laki dapat jatuh cinta dengan seorang laki-laki, sudahlah tidak usah di bayangkan, perutku sudah terasa mulai mual. Aneh juga, tidak ada seorangpun saat ini yang bisa menjawab pertanyaanku. Mengapa aku tidak bisa merasakan nafsu dan tidak bisa merasakan jatuh cinta ? Dengan hal seperti itu bukan berarti burungku tidak bisa berdiri, ia selalu berdiri di saat aku baru terbangun dari tidurku dan hal itu sangat menjengkelkan. Bayangkan saja, setiap pagi aku selalu pergi ke kamar mandi karena kebelet kencing. Sementara kamar mandi berada di ujung asrama. Kadang pula air kran di kamar mandi di sepanjang deretan lantai tiga mati dan aku harus turun ke lanatai bawah. Sejauh itu aku harus berjalan dengan burung yang masih berdiri. Hal itu seringkali kepergok oleh penghuni yang lain dan yang paling sering melihatnya adalah nyonya Mc Laurent,  ia adalah tukang bersih bersih dan buruh cuci baju di pagi hari. Aku sudah mencoba memiringkannya ke atas, ke kiri, ke kanan tetapi hasilnya sama saja tetap terlihat sangking besarnya. Baiklah untuk kali ini aku menyerah dan memilih untuk tidak peduli dengan lingkungan sekitarku.

Di dalam kamar aku tinggal sendirian sementara Ben kepoanakanku seringkali tiba ke kamarku untuk sekedar numpang menonton film porno yang baru saja di belinya. Dengan keadaan orang yang tidak bisa bernafsu dan jatuh cinta seperti ini, kadang membuatku sangat sakit hati. Tetapi aku biarkan saja, karena hidup keponakanku Ben ini sudah sangat menderita sejak kecil.  Ia tidak kuliah sepertiku di Universitas Cambridge, tetapi ia sudah bekerja sebagai penjaga pepustakaan di sudut kota London sejak sebelum aku masuk kuliah. Tidak perlu ku ceritakan panjang lebar tentang keponakanku yang berotak mesum ini. Yang jelas ia adalah anak dari hasil perceraian kedua orang tuanya. Kedua-duanya tidak ada yang ingin merawat dan mengakuinya sebagai anak, karena Ben tidak terlalu tampan sebagai lelaki dan tidak terlalu cantik sebagai perempuan dia hanyalah seorang Banci yang doyan menonton video porno.

Ben pernah berakata padaku, bahwa ia penyuka sesama jenis. Mendengar hal itu aku menjadi sedikit menjaga jarak dan agak takut,  tetapi ia bilang bahwa  aku tak perlu khawatir dia akan jatuh cinta kepadaku karena aku bukanlah tipenya dan ia sudah memiliki pacar sendiri. Ben mengaku sudah pernah tidur dengan seluruh lelaki penyuka sesama jenis yang ada di London termasuk penyanyi sehebat Morrissey. Aku sih tidak percaya, apa yang membuat Morrissey mau meniduri seorang lelaki berbadan kurus dengan pantat yang tumpah ke kanan dan kiri seperi seekor bebek dan bulu mata setebal merak ini. Akan tetapi aku iyakan saja agar hatinya bahagia.

Rasa risihku tidak berhenti sebatas itu. Di losmenku seolah wisma muarahan yang di penuhi oleh para pelacur. Setiap malam, siang maupun pagi di sebelah kamarku selalu terdengar suara suara menjengkelkan. Suara desahan, rintihan dan masih banyak lagi suara suara menjijikkan. Mereka akan baru memelankan suaranya ketika aku menggedor dengan keras pintu kamarnya .

“ Berisik,anjing! “

Setelah itu biasanya Ben akan menertawaiku dan menyindirku.

“ Makanya punya pacar , tidur kek dengan perempuan , kasihan tuh anunya masih tumpul “

Lalu aku berlalu dengan wajah yang tidak enak dan memilih pergi keluar Losmen. Jika pagi aku akan memilih ke kampus dan membaca buku di perpustakaan kampus meski tidak ada jam kuliah. Jika sore aku akan berjalan jalan dengan sepedaku mengitari sekitaran kota London dan duduk di pinggiran sungai sambil melihat matahari terbenam.  Jika malam menjelang aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton opera, sirkus, film di bioskop dan yang terakhir mencari piringan hitam di toko musik St James Records.  Itulah hal hal yang aku lakukan ketika aku mulai merasa tidak nyaman di dalam losmen dan sedang tidak ada kegiatan.

Kadang ketika aku menghabiskan waktu sendirian dan menyaksikan sepasang kekasih sedang berciuman di depanku, aku merasai hidupku sangat kesepian. Kesendirian memang tidak enak. Tetapi aku tidak akan memaksakan diri untuk berteman dengan seseorang, karena pada akhirnya aku hanya akan menemukan kekecewaan. Tak apalah tak memilki teman, setidaknya punya kekasih, tetapi apa daya. Sepertinya Tuhan menutup hatiku agar tidak pernah bisa jatuh cinta dan memilki nafsu dengan seorang perempuan. Aku pernah menonton video porno, dan berkunjung ke club malam yang di penuhi oleh penari-penari telanjang.  Burungku memang berdiri, tetapi sekali lagi itu hanya cuma sekedar mengeras. Tidak terdapat nafsu di dalamnya untuk melakukan sesuatu hal yang sama di lakukan oleh teman temanku. Betapa sedihnya aku. Burung mengeras tetapi tidak dapat merasakan berahi.

Hal ini aku ceritakan kepada Ben. Hanya Ben yang tahu hal itu terjadi padaku. Sungguh aku sangat marah sekali ketika ia dengan kurang ajar menyuruhku membuka celana dan memegang kemaluanku. Ia menertawaiku, namun setelah itu ia mencoba menolongku dan mebawaku ke dokter yang ahli dengan hal hal seperti itu, padahal aku tidak merasa sakit , namun ia membawaku mendatangi beberapa psikolog, psikiater, konsultan kesehatan jiwa dan banyak lagi yang lainnya. Dengan beragam analisis dan tafsir yang berbeda beda membuatku semakin bingung, mana sebenarnya yang  benar di antara mereka semua . Hingga pada akhirnya Ben mengenalkanku pada beberapa gadis pengunjung setia perpustakaannya .

“ Hei aku Eliana “

“ Nolan.“ Kami pun berjabat tangan dan berbicara banyak hal yang menyenangkan seputar kehidupan kampus, kebetulan Eliana juga kuliah di kampus yang sama meskipun berbeda jurusan. Ia jurusan Public Relation sementara aku Penulisan Naskah Drama. Pembicaraan kami cair, tidak kaku dan di selipi berbagai kata falsafah yang indah seolah pembicaran kaum intelektual. Setelah pembicaran panjang lebar, makan bersama dan jalan ke suatu tempat. Ben bercerita padaku bahwa Eliana tertarik padaku, pada sikapku, pada kecerdasan dan keramah tamahanku dan yang paling penting ketampananku. Eliana adalah perempuan yang menarik, cerdas dan memilki segudang pengetahuan. Itu sebabnya ia suka pergi ke perpustakaan dan menghabiskan waktu luangnya di sana. Tetapi sekali lagi, meskipun Eliana cantik, anggun dan cocok untuk di jadikan kekasih tetapi tetap saja aku tidak bisa jatuh cinta.

Setelah ia mengenalkanku padaku wanita baik baik dan aku tetap tidak bisa jatuh cinta. Ben  mengenalkanku dengan seorang gadis yang bekerja sebagai DiscJockey di sebuah Klub malam.

“ Hey , aku Eliza, senang bertemu denganmu. “

“ Nolan, senang juga bertemu denganmu “ Padahal perasaanku biasa saja. Ia berbicara padaku dengan mulut yang bau alkohol dan penuh keringat. Itu setelah ia turun dari atas panggung dan mengobrol denganku di meja bartender .

“ Jadi kamu tinggal dimana ?“

“ Di asrama dekat kampus Cambridge. “

“ Jadi kamu kuliah di sana? “

“ Ya , begitulah. “

“ Dulu aku pernah kuliah di sana. Tapi begitulah aku memutuskan untuk tidak kuliah dan itu membuat urusanku menjadi sangat rumit dengan keluargaku. Sejak dua tahun yang lalu aku tidak pernah lagi pulang ke rumah dan di sinilah rumahku “

Aku kembali membicarakan banyak hal dengan perempuan ini. Lagi lagi aku melakukan kesalahan dengan membuatnya sangat nyaman untuk berada di dekatku. Tawanya berkali kali meletus. Wanita yang satu ini memang lebih liar daripada Eliana dan yang lainnya. Tubuhnya lebih seksi dengan pakaian yang serba terbuka. Buah dadanya juga padat dan menonjol sangat besar. Alih alih membuatku bernafsu aku malah menjadi sangat takut, jika di akhir pembicaraan ia tertarik untuk tidur denganku.

“ Ngomongngomong, kamu sudah pernah meniduri berapa perempuan ? “  Pertanyaan seperti ini memang sudah sering aku dengar dari mulut seorang perempuan. Dan aku bersikap biasa saja seolah olah sudah memilki pengalaman untuk itu. Aku menjawabnya hanya dengan tersenyum .

“ Kamu pikir apakah ada perempuan yang mau tidur denganku? “

“ Cuma perempuan buta yang tidak mau tidur dengan lelaki setampan kamu. “

Jika aku bernafsu dan memiliki jiwa yang normal seperti lelaki yang lainnya maka aku akan menjawabanya dengan “ Jadi apakah wanita secantik kamu mau tidur dengaku ? “ Tetapi aku tidak mengatakannya, karena aku memang tidak bernafsu dan ingin tidur dengannya. Aku hanya memilih untuk diam dan tidak menjawab apapun. Tetapi setelah itu ia menyeret tanganku membawaku ke sebuah ruangan kosong di dalam klub dan membuka bajunya satu persatu. Ya setelah itulah aku tidak berkutik dan aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, karena yang terjadi padaku ketika itu  ambruk tak sadarkan diri.

Malam itu adalah peristiwa yang sangat memalukan bagiku. Sementara Ben menyusulku dan membawaku ke losmen. Ketika aku mulai sadar Ben mengatakan padaku bahwa Eliza meminta maaf dengan hal itu. Ia tidak tau bahwa aku adalah lelaki yang tidak bisa bernafsu dan jatuh cinta. Sementara aku merasai diriku sebagai lelaki yang sangat payah. Ini adalah kejadian pertama dan aku berharap ini yang terakhir kalinya. Sebelumnya aku tidak pernah pergi atau hendak tidur dengan perempuan manapun ataupun perempuan melucuti pakaiannya di depanku. Rasa rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya oleh karena hal itu. Mengapa aku tak dapat merasakan kebahagian yang dapat di rasakan orang lain. Tak ada penyakit yang lebih menyakitkan ketimbang tak dapat bernafsu dan jatuh cinta kepada orang lain.

Setelahnya aku menjadi sangat murung. Rasa rasanya hidupku tidak berguna. Yang paling mengkhawatirkan keadaanku ketika itu adalah Ben, namun sesekali Eliana juga menjengukku lantaran beberapa hari itu aku di rundung tingkah seolah anak kecil. Murung sepanjang hari, tidak mau makan, tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau keluar kamar dan terus meratapi kesedihan seolah di tinggalkan kekasih yang paling di cintai, tetapi lagi lagi aku sangat merasa heran mengapa orang orang di luaran sana begitu sakit hati di tinggalkan oleh kekasihnya seolah olah adalah perasaan sakit yang paling berat, mengapa mereka tidak bisa mensyukuri nikmat karena masih dapat merasakan jatuh cinta dan dapat merasakan nafsu kepada orang lain. Sementara orang sepertiku tidak memiliki harapan untuk itu .

Untuk beberapa hari aku bertahan dengan suara rintihan dan desahan di sekitar losmenku dan yang paling berisik adalah di samping kamarku. Namanya Suwandi, mahasiswa asal Asia tepatnya Indonesia. Entah di sebelah mana negara itu, Suwandi seperti kebanyakan orang asia lainnya, ramah dan bijaksana. Tetapi dalam dua bulan terakhir ini ia dengan begitu cepat telah terpengaruh budaya Eropa, suka mesum dan menjadi sangat pemalas.  Setiap kali aku mendengar hal itu aku mulai menyalakan piringan hitam dan memutar lagu lagu The Beatles, Led Zeppelin hingga Black Sabbath. Untuk jangka waktu satu minggu aku menjadi seperti itu. Ben keponakanku yang mengurusku, ia membelikanku makan dan memasak untukku. Betapa baiknya orang seperti itu. Meskipun dia seorang banci dan penyuka sesama jenis tetapi ia adalah manusia yang paling baik, jujur dan pengertian yang pernah aku temui.

Setelah seminggu berselang aku melakukan aktivitas seperti biasa, memperbaiki kuliahku yang terlantar selama sepekan. Dan mengisi banyak waktu luang dengan bekerja paruh waktu di pepustakaan kota bersama Ben. Di tempat itu aku sering bertemu Eliana, ia adalah salah satu pengunjung yang paling rajin diantara para pengunjung yang lain. Apalagi setelah aku bekerja di sana, ia selalu rajin membawakan kue buatannya yang menurutku memang sangat enak. Ia juga menulis berbagai macam tulisan seperti cerita pendek, resensi dan juga kritik tentang kebangsaan di blognya. Lagi lagi aku suka dengan tulisan-tulisannya karena aku memang tertarik dengan tulisan seperti itu. Dari situlah kami suka berdiskusi panjang lebar dan mulai akrab dan tahu satu sama lain. Namun lantaran aku takut membuat hatinya terbuka untukku dan dianggap memberi harapan palsu, aku mulai menjauh, karena tidak mungkin aku akan merasa jatuh cinta. Aku keluar dari pekerjaan itu dan melamar sebagai karyawan toko piringan hitam yang biasanya ku kunjungi di St James Records. Di tempat itulah aku merasa sangat nyaman karena tidak ada alasan seorangpun di tempat itu yang dapat jatuh cinta kepadaku. Pemilik toko seorang bapak tua itulah Mr James yang sudah memilki istri dan dua anak. Sementara itu ia memiliki empat karyawan yang pertama Amy anak perempuan kedua Mr . James yang sudah punya pacar. Kedua Ny Dalloway perempuan berkulit hitam keturunan keturunan Ghana yang sudah menikah dan memilki satu anak. Ketiga Alex Magath laki laki berambut gondrong yang berumur dua tahun di atasku, ia adalah penikmat musik sejati dan mengidolakan Arctic Monkeys  dan memilki sebuah grub band indie bernama Walking Dead seperti judul sebuah film seri. Dan yang ketiga adalah aku, seorang mahasiswa Cambridge yang tidak memiliki obsesi apapun dalam hidup selain menyendiri.

Pada pukul enam hingga sembilan malam aku berjaga di toko itu bersama Amy anak Mr . James karena kami memanglah anak kuliahan. Aku dan Amy cukup saling mengenal karena sebelum aku mulai bekerja di tempat itu, hampir di pastikan Amy yang melayaniku setiap kali aku membeli piringan hitam. Dan malam itu aku berdua dengan Amy berjaga toko, namun sepertinya malam itu tidak akan ada pengunjung yang akan datang karena hujan turun sangat deras.

“ Bagaimana kalo kita tutup saja tokonya ?“ Kata Amy sambil mulai mengganti piringan hitam pada Turn Table .

“ Pasti sebentar lagi hujannya akan reda. “ Kataku sambil merapikan letak ratusan piringan hitam baru di dalam rak.

“ Tidak hujan saja toko ini selalu sepi. “ Amy mulai mengeluh lantaran toko ayahnya memang mulai sepi pengunjung. Toko ini telah berdiri semenjak dua puluh tahun yang lalu ketika Mr James masih sangat muda .

Aku Cuma diam saja. Karena aku tidak ingin terlalu jauh membangun percakapan dengan seseorang. Aku tidak tahu mengapa setiap wanita yang mulai membangun percakapan denganku dan aku membangun percakapan dengannya, ia akan terus menceritakan suatu hal hingga yang tidak pernah di ceritakan kepada orang lain dan kemudian ia akan mulai jatuh cinta kepadaku. Statementku ini memang tidak seratus persen akurat, namun menurut pengalamanku selama ini, memang seperti itu. Dan jika itu terjadi, maka akan terjadi sebuah masalah baru. Piringan hitam mulai di putar dan lagu pertama adalah Satelite Of Love-nya Lou Reed yang telah di cover ulang oleh Morrissey secara live. Album itu bernama Satellite of Love (live) yang hanya berisi 3 buah lagu yang dinyanyikannya secara live.  Seperti kataku sebelumnya, Ben pernah mengaku ngaku tidur dan bercinta dengan penyanyi pop british ini .

“ Kau suka lagu lagu Morrisey ? “

“ Ya , apalagi Satellite Of Love “

“ Mengapa kau suka Satellite Of Love ? “

“ Unik saja, aku pernah punya pengalaman seperti itu “

“ Jadi pacarmu pernah selingkuh? “

“ Ya , tapi bukan pacarku yang sekarang. “

“ Lalu pacarmu yang mana ?“

“ Pacarku yang dulu, namanya Milner seorang atlet baseball

Lalu aku kembali diam dan melanjutkan aktivitasku namun Amy mulai bertanya padaku .

“ Hai tumben kau betanya tentang sesuatu hal di luar pekerjaan “

“ Ingin saja , tidak boleh? “

“ Boleh “ sambil tersenyum “ Sepertinya kamu adalah seorang tipikal lelaki yang enak di ajak ngobrol, tapi kamu seperti-ragu ragu seolah tidak ingin mengalami kesalahan yang sama, hei jangan salah aku ini kuliah di jurusan Psikologi dan untuk itu aku tidak mungkin menebak nebak “ .

Aku terdiam sambil memikirkan perkataan yang hendak kukatakan .

“ Jadi kapan kamu melihat televisi yang menayangkan sebuah satelit yangmelesat jauh dan mengingat mantanmu yang selingkuh dengan teman temanmu ?“ Masih sambil menghadap etalase dan menata piringan hitam untuk pertama kalinya aku menanggapi pertanyaan di luar pekerjaan selama bekerja di toko itu bersama Amy .

“ Itu sudah lama sekali. Aku sudah memaafkannya, tetapi aku akan tetap mengingatnya. Setiap malam aku mencoba melupakannya namun tetap saja tidak bisa. Pada akhirnya untuk jangka waktu yang lama aku tidak bisa mempercayai seorang laki laki. Aku terlalu merasa sedih untuk marah. Ya begitulah, seorang wanita rapuh sepertiku yang sudah terlanjur mempercayai seorang lelaki yang ternyata berselingkuh dengan tiga sahabat baiknya  sekaligus, setiap hari aku merasai bahwa diriku sangat rendah dan di hantui perasaan ingin bunuh diri “

 

Untuk beberapa detik aku terdiam. Rasa rasanya ia memang tidak pernah mengerti bahwa penderitaanku yang selama ini aku rasakan adalah penderitaan yang melebihi penderitaan cinta manapun.

“ Tetapi apakah kamu pernah membayangkan bagaimana sakitnya seseorang yang sama sekali tidak dapat jatuh cinta dan bernafsu pada orang lain? “ .

“ Hahaha Kamu ini lucu ya ternyata. Mana ada orang seperti itu “

“ Mungkin saja ada. “ Jika saja ia tahu orang itu adalah aku, mungkin ia tidak akan mepercayainya atau bahkan mungkin ia akan sangat bersimpati padaku. Entahlah yang jelas jangan sampai ia mengetahuinya apalagi merasakannya.

“ Ya, beruntung sekali orang seperti itu. Jika aku menjadi orang seperti itu aku akan sangat berbahagia. Perasaan jatuh cinta dan perihal nafsu itu begitu sangat merepotkan. Menguras tenaga, membuang pikiran dan menimbun kegelisahan. Lihatlah dunia ini, sudah semakin hancur hanya karena dipenuhi cinta dan hawa nafsu. Orang orang dapat saling mebunuh, melukai hanya demi merebutkan cinta. Suku suku di belahan dunia ini pernah berperang hanya karena merebutkan wanita. Begitu pula kerajaan kerajaan di masa lalu, menumpahkan darah ribuan orang hanya karena terjadi pelecehan seksual. Hingga hari ini peristiwa itu terus terjadi, manusia di perdaya, mereka selalu mengedepankan hawa nafsu tanpa pernah memikirkan kepentingan sosial. Merebutkan cinta, kekuasaan dan pengakuan. Lihatlah jika seseorang tidak bisa merasakan jatuh cinta dan tidak memilki hawa nafsu. Ia tidak akan pernah merasakan sakit hati, ia tidak akan pernah merasakan ratap tangis kehidupan, ia tidak akan pernah melukai. Ah andai saja aku bisa seperti itu, aku tidak akan jatuh cinta pada Milner sejak dulu “

Sepulang dari St James Records hujan masih berlangsung sangat deras di kota London. Untung saja Amy berbaik hati dengan meminjamiku sebuah payung. Ketika tiba di dalam kamar, aku menangis seperti anak kecil dan tangisanku mulai menjadi jadi ketika berada di dalam kamar di bawah suara petir yang menggelegar. Mengapa manusia tidak pernah puas dengan dirinya sendiri. Di saat aku ingin menjadi seperti orang lain, orang lain justru menginginkan menjadi sepertiku. Lalu apa yang harus aku lakukan ?  Sementara aku membawa piringan hitam Morrisey dari toko dan memutar lagu tentang seorang lelaki yang mengenang perselingkuhan kekasihnya dengan ketiga temannya, ialah Harry, Mark dan John itulah lagu Satellite Of Love kesukaan Amy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.