PENDEKAR TONGKAT EMAS
Oleh: Haroki A. Mardai
Sutradara : Ifa Ifansyah
Produser : Mira Lesmana & Riri Riza
Penulis : Jujur Pranoto & Senno Gumira Ajidarma
Musik : Erwin Gutawa
Produksi : Miles Film
Pemain : Cristine Hakim , Eva Celia , Reza Rahadian , Tara Basro , Nicolas Saputra .
Dunia persilatan memang selalu menarik untuk diangkat ke layar lebar . Setidaknya dalam tradisi perfilman Indonesia , film laga , khususnya silat memang jarang di produksi lagi setelah era kejayaanya pada tahun 1980 – an . Tentu film bertema silat cukup di rindukan banyak orang.
Berawal dari kecintaanya terhadap komik silat, Mira lesmana tertantang menggarap film terbarunya, Pendekar tongkat emas. Di jagat perfilman nasional nama Mira lesmana memang tidak asing lagi. Sebagai Produser ia bersama partnernya Riri Riza telah melahirkan berbagai genre film yang sukses di pasaran seperti Petualangan Sherina ( 2000 ), Ada Apa Dengan Cinta ( 2002 ), Gie ( 2005 ), hingga Laskar Pelangi ( 2008 ) dan Sokola Rimba ( 2013) .
Berbeda dengan Pendekar tongkat emas, Riri riza yang biasa di plot sebagai sutradara kali ini memilih angkat tangan. Mira akhirnya menunjuk Ifa Ifansyah yang sukses memoles Sang penari menjadi film terbaik dalam ajang FFI ( 2011 ) untuk duduk di kursi sutradara. Pendekar tongkat emas sekaligus menjadi ujian pertama bagi Mira dan Ifa menggarap sebuah film bertema silat.
Film ini di buka dengan adegan puitis seorang pendekar renta , cempaka ( Cristine hakim ) berdiri dengan tongkatnya dengan latar belakang matahari terbit dengan warna keemasan . Cempaka ingin mewariskan senjata pusakanya itu ( Tongkat emas ) dan jurus pamungkas tongkat emas melingkar bumi kepada murid yang di rasa tepat Dara ( Eva celia ) hal itu tentu membuat kedua murid lainnya Biru ( Reza rahadian ) dan Gerhana ( Tara Basro ) murka . Cempaka yang kemudian membawa pergi Dara bersama Angin ( Aria kusumah ) ke suatu tempat untuk mewariskan jurus melingakar bumi di cegat oleh Biru dan Gerhana , mereka berdua hendak merebut tongkat emas dengan paksa . Pertarungan pecah dan menewaskan Cempaka . Dara tetap bisa mempertahankan tongkat emasnya yang kemudian di tolong oleh Elang ( Nicolas saputra ) dan membantu membalaskan dendam .
Secara garis besar cerita yang di suguhkan memang terbilang bukan hal yang baru . Cerita ini begitu familiar jika kita sering membaca karya karya Senno Gumira Ajidarma yang juga menjadi penulis skenario bersama Jujur Prananto dalam film ini. Tapi Ifa mampu mengolahnya dengan apik. Adegan demi adegan dirajut dengan rapi, di tambah dengan persoalan persoalan dalam cerita yang aktual, seperti penghianatan, keserakahan dan hasrat ingin berkuasa. Sinematografer Gunar Nimpono menangkap sumba sebagai tempat lokasi dengan elok dan menawan. Lanskap bukit, laut di manfaatkan sebaik mungkin di samping pewarnaan yang sedap untuk di pandang. Sebagai film drama berlatar persilatan film ini tentu sangat menjanjikan.
Namun apalah arti film silat tanpa sekumpulan adegan tarung yang intens. Belum ada adegan duel yang membuat penonton berdecak kagum. Pergerakan kamera terlalu sering close up dan medium shot ketika pertarungan berlangsung, di tambah dengan editan W. Icwandiardono terasa patah patah, tidak terasa memiliki kontinyuitas yang membuat penonton merasa berjarak dengan adegan laga. Sepertinya itulah yang di rasa kurang dalam Pendekar tongkat emas.
Pendekar tongkat emas mungkin tak sehebat Once Upon A Time In China – nya Jet lie atau Wu Xia – nya Donnie Yen , tapi film ini mampu menjadi karya yang enak di tonton, sekaligus mengobati kerinduan film klasik sembari merayakan kebangkitan perfilman Tanah air.