Ketika Eksistensi menjadi Bayangan Kabur dan Menyedihkan
(Analisis Film Synedoche, New York Melalui Pandangan Eksistensialisme Jean-Paul Sartre)
oleh: Muhammad Iqbal Yunazwardi*
You realize you are not special, you have struggled into existence and are now slipping silently out of it.
Mengantar untuk memahami, Film berjudul Synedoche, New York ada sebuah film garapan penulis skrip tergila yang pernah saya kenal, Charlie Kaufmann. Kauffmann juga menggarap film-film “sinting” yang cukup membuat takjub dan bingung para penggemarnya. Yaitu Being John Markovich dan favorit saya Eternal Sunshine On the Spotless Mind yang di sikat oleh sang sutradara yang tentunya gila juga, Spike John, ia juga menggarap film Her. Film Synedoche adalah sebuah puncak kebrutalan Kaufmann dalam mengambil alur cerita yang membuat sulit para penontonnya membedakan antara dunia nyata dan dunia yang dibuat oleh pemeran utamanya sebagai sutradara teater dalam sebuah tajuk panggung kehidupan kompleks sang pemeran utama. Film ini merupakan salah satu film yang telah lama saya bidik, sekitar dua tahun yang lalu dan akhirnya berhasil saya donlot kira-kira dua minggu yang lalu berkat mengenal teknologi download film lewat torrent.
Dimulai dari kehidupan yang penuh warna dari seorang Caden Cottard yang telah melalui banyak permasalahan dalam hidupnya. Kehidupan datar sang sutradara, ditemani oleh anggota keluarganya yaitu Adelle, istrinya dan Hellen, anak semata wayangnya. Kehidupan Caden pun berubah saat penyakit-penyakit mulai menggerogoti badannya, ia dicampakkan dari satu dokter spesialis ke dokter lainnya untuk menyembuhkan penyakitnya yang aneh tersebut. Kekacauan hidupnya pun dimulai dengan setiap lawan jenis yang ia jalin hubungannya mulai meninggalkan dirinya, istri pertama dan anaknya, istri dari pemain teater garapannya, hingga teman wanitanya.
Proyek eksistensialnya dimulai disini. Penghargaan setinggi-tingginya terhadap sebuah eksistensi adalah sebuah pemrograman bagaimana kehidupan seorang manusia diadaptasi kembali. Melalui bentuk penyajian teater, Caden mencoba merepresentasikan kembali perjalan hidupnya dari hidupnya saat ini hingga kematiannya kelak. Sebuah mega proyek dari zat ambisius yang ada pada dirinya. Caden menyadari bahwa proyek-proyek yang ia buat pada dasarnya adalah sebuah pencarian makna hidup yang selama ini ia lalui. Karena sebuah ke –chaosan lahir dari benturan penggemboran bentuk eksistensi manusia di bumi dalam mencari sebuah pusaran kemungkinan dalam hidupnya. Kepentingan akan saling beradu dan pemaknaan hidup yang terbaik adalah mencari makna dalam hidup, mungkin membuatnya. Sebuah proses tersebut memudahkan kita untuk mengenali diri kita sendiri.
Memulai dengan pandangan Sarte, Pandangan Sartre tentang eksistensi manusia barangkali dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi keinginan eksistensialnya sendiri dan ia pun menyadari bahwa kebutuhan eksistensialnya itu tak akan pernah berakhir selama hayat dikandung badan. Manusia sering memulai awal berpikir untuk mencari alasan atas semua keputusan yang akan ia jalani. Sartre menantang tiap individu untuk bertindak atas sebuah perjalanan hidupnya sebagai tangung jawab manusia hidup di dunia ini. Menurut pemahaman Sartre, Caden mencoba mencari “ ada dalam keadannya. “ Cara berada Ada yang terdapat kesadaran di dalamnya adalah dalam-dirinya. Di dalam dirinya, kesadaran Ada terarah pada Ada. Kesadaran ini menyadarkan kita bahwa dunia ini terdiri dari kumpulan Ada. Dengan kesadaran semacam ini, Ada-dalam-dirinya bersifat transfenomenal, yang melampaui pengalaman fenomenal manusia.
Bagi Sartre, Ada-dalam-dirinya, dengan kesadarannya, menunjukkan kepenuhan dirinya. Tidak seperti obyek kesadaran di luar dirinya, yang beragam. Kepenuhan dirinya mengakibatkan tak ada hal yang mampu merusaknya, termasuk keragaman obyek kesadaran.
Melalui Drama, Manusia Mencoba Mengatakan Ada Di Dalam Ketiadaannya
Berbagi pengalaman, Caden mencoba memberikan arti hidupnya yang selama ini ia jalani dalam ketersiksaan pencarian makna hidup, mencoba memberi arti melalui pembangunan eksistensi kehidupannya dalam sebuah panggung drama. Sartre mengatakan bahwa tangung jawab itu coba diabaikan manusia dalam keadaan tubuh yang terkondisikan. Sartre memahami bahwa gabungan antara tubuh dan kesadaran membuat seorang manusia berani membuat situasi yang nyaman bagi dirinya. Kesadaran tersebut terarah sebagai pemaknaan ada dalam keadaannya
Masuk pada cerita, Kaufmaan sendiri mencoba memberikan pembenaran tersebut melalui sebuah adegan dimana teater mengarah kepada kematian Caden. Pidato pemakaman itu diarahkan seorang pastur yang membaca sebuah artikel. Jujur, saya membutuhkan waktu lama untuk mendalami tiap bait dalam kutipan tersebut.
Everything is more complicated than you think. You only see a tenth of what is true. There are a million little strings attached to every choice you make; you can destroy your life every time you choose. But maybe you won’t know for twenty years. And you may never ever trace it to its source. And you only get one chance to play it out. Just try and figure out your own divorce. And they say there is no fate, but there is: it’s what you create. And even though the world goes on for eons and eons, you are only here for a fraction of a fraction of a second. Most of your time is spent being dead or not yet born. But while alive, you wait in vain, wasting years, for a phone call or a letter or a look from someone or something to make it all right. And it never comes or it seems to but it doesn’t really. And so you spend your time in vague regret or vaguer hope that something good will come along. Something to make you feel connected, something to make you feel whole, something to make you feel loved. And the truth is I feel so angry, and the truth is I feel so fucking sad, and the truth is I’ve felt so fucking hurt for so fucking long and for just as long I’ve been pretending I’m OK, just to get along, just for, I don’t know why, maybe because no one wants to hear about my misery, because they have their own. Well, fuck everybody. Amen.
Eksistensi Mendahului Esensi
Saya dihukum untuk eksis selamanya untuk melampaui esensi saya, melampaui sebab-sebab dan motif-motif tindakan saya. Saya dihukum untuk menjadi bebas. Hal ini berarti tidak ada batas-batas bagi kebebasan saya, yang dapat ditemukan kecuali kebebasan itu sendiri atau, jika anda lebih suka, bahwa kita tidak bebas untuk berhenti menjadi bebas – J.P Sartre
Pusara kemungkinan dimulai Caden dalam mencari tahap-tahap penyelasaian kehidupannya yang kompleks. Caden adalah seseorang yang berusaha mencari bentuk kebahagiaan namun sesungguhnya yang harus ia temukan adalah identitas dirinya yang justru belum ia kenali. Dia memahami untuk mengenalinya. Ia harus mengakui bahwa ia ada di dunia ini. Sebuah teater tentang kehidupannya telah menunjukkan keterkaitan Eksistensi Sartre dengan pemahaman pencarian makna hidup yang dilakukan Cadden.
Karena sebuah kehidupan tidak akan sempurna ditampilkan dalam sebuah drama, kenyataannya manusia tidak akan puas dalam pembangunan makna hidup, penciptaan eksistensi dan pengejaran sebuah makna. Seperti yang dijelaskan Sartre dalam sub tema Mauvaise Soi, Caden mencoba untuk menjelaskan dirinya dalam teater tersebut, bahwa ia selalu menyadari bahwa keraguannya terlalu dalam terhadap permasalah dalam menjalani keputusan-keputusan dalam hidupnya. Disisipi oleh pengertian kurangnya penerimaan diri, teristimewa tidak menerima atau menipu diri sendiri tentang apa yang benar mengenai diri sendiri.
*Pegiat Persma, Serdadu LPM Kavling10