AQUARIUM
Oleh: Haroki A. Mardai
Setiap pagi aku melihat diriku sendiri di dalam sebuah aquarium, mengapung seperti bangkai cicak di dalam air. Pagi demi pagi aku selalu melihat tubuhku seperti itu hingga membusuk, berbau dan tidak sedap di pandang mata. Aku bukanlah cicak, bukan ikan, bukan juga manusia, di dunia seperti saat ini hewan dan manusia memang tidak lagi dapat di bedakan.Maka akan ku ceritakan kisah tentang Jenazahku yang mengapung di dalam aquarium. Beginilah cerita itu.
Di dalam petang ketika pesawatku meluncur dari sebuah Bandara yang tak bisa ku sebutkan namanya, aku duduk bersebelahan dengan seorang lelaki berperut buncit yang kurang lebih seumuran ayahku. Aku sendiri tidak mengerti betul berapa umur ayahku, karena memang dialah ayah yang selalu absen dari hidupku, ayah yang tidak mengerti hubungan sosial anaknya, ayah yang tidak tahu menahu soal berapa umur anaknya sendiri dan dimana saat ini ia berada. Bukankah bagi seorang anak perempuan sepertiku itu lebih baik, dengan begitu aku telah menggenggam separuh kebebasan dalam hidupku.
Lelaki itu berperut buncit, berjenggot dan pasti sangat bau. Begitulah seorang lelaki, selalu mengeluarkan bau yang tidak sedap dari otaknya, setidaknya ketika perempuan bertubuh seksi melintas di sekelilingnya. Ia duduk di sebelahku, di kursi seorang perempuan berumur delapan belas tahun yang sudah tidak perawan, yang hendak berjejalan menuju sebuah pulau bernama Galapagos.
Aku memanglah seorang perempuan pengembara, yang selalu terbang kesana kemari menggunakan pesawat terbang demi mencari sesuatu hal yang baru di dunia ini. Dunia yang semakin hari semakin terasa membosankan. Bila boleh memilih aku akan memilih menjadi seorang putri tidur yang tidak pernah bangun lagi meskipun seorang pria telah mencium bibirku dan memasukkan jemarinya ke dalam selangkanganku. Bukankah cinta sejati memang telah musnah ? dan sisa dari reruntuhannya hanyalah nafsu ? Entahlah.
Dulu aku sangat bercita cita menjadi seorang bajak laut yang berkeliling dunia demi berburu harta karun. Tetapi apakah letak harta karun itu benar benar ada? Mungkinkah setelah menemukan harta karun itu lantas kita tidak di tawari lagi segala persoalan pelik dunia?Aku sendiri selalu tidak yakin dengan segala apapun yang ku kehendaki dalam hidup ini. Untuk itulah aku terbang ke Galapagos, untuk bertemu kekasihku yang mungin saja ia mampu menyelesaikan sedikit permasalahan yang ku ciptakan sendiri di dalam alam pikiranku.
Di dalam pesawat udara sangat panas. Seperti AC tidak berfungsi dan aku menjadi sangat gelisah. Tetapi sepertinya hal itu aku rasai seorang diri dan penumpang lain terlihat begitu tenang, seolah tidak merasakan hal apapun di sekitar mereka. Aku membuang muka ke jendela , meskipun yang terlihat hanyalah kegelapan. Biasanya ibuku akan muncul di saat saat seperti itu. Wajahnya akan menampilkan senyum yang mengembang di balik kaca jendela dan aku akan memulai percakapanku dengan pikiranku sendiri. Tetapi untuk malam ini ibuku tidak muncul. Bahkan aku tidak dapat membayangkan wajah ibuku sendiri yang telah menyusul John Lennon di alam baka itu, ibuku memang penggemar John Lennon, impian terbesarnya setelah kematian adalah dapat bertemu dan bercinta dengan John Lennon di akhirat. Tapi entahlah ia akan berhasil bertemu John Lennon atau tidak, jika John masih setia menunggu Yoko Ono maka pupuslah harapan ibuku tidur dan bercinta bersama John Lennon. Ibuku memang liar, itulah yang di ajarkannya kepadaku. Entah sifat liar itu baik atau buruk tetapi setidaknya ibuku telah mengajarkan sesuatu kepadaku. Tidak seperti,lagi lagi ayahku.
Aku sangatlah gelisah dengan hal itu , ku bacai satu persatu majalah yang di sediakan di dalam pesawat. Tidak satupun majalah yang mampu menarik minatku.Tahun demi tahun mendekati pemilu semua majalah selalu berbau propaganda. Semua orang sibuk mencari Ratu Adilnya masing masing . Entah seperti apa Ratu adil yang mereka maksut, bagiku Ratu adil tetaplah satu: Ayam kampung.Ia adalah satu satunya mahluk paling konsisten yang pernah ku temui yang berkokok setiap shubuh membangunkan tidur seseorang tanpa perlu di suruh suruh. Ayam bagiku adalah simbol kemakmuran dunia. Tidak perlu aku jelaskan panjang lebar tentang ayam, yang jelas ayam adalah Ratu adil yang paling nikmat ketika perutku di landa rasa lapar, lebih tepatnya jika telah di goreng dan di sajikan dengan sepiring nasi. Majalah majalah itu akhirnya hanya menjadi kipas yang sedikit menenangkan pikiranku.
“ Buku kok di buat kipas, buku itu di baca “
Lelaki berperut buncit itu rupa rupanya lelaki yang tidak bisa tidak mencampuri urusan orang lain. Ia memang tengah membaca sebuah surat kabar berbahasa Java, sebuah kepulauan yang konon meramalkan akan datangnya Ratu adil yang ku ceritakan tadi. Aku hanya membuang muka kembali ke arah jendela, kali ini aku mengambil sebuah spidol dan menggambari majalah majalah itu dengan segala macam anekdot. Anekdot pertama adalah gambar kekasihku, aku mengambarnya dari ujung kepala hingga kaki, tetapi pelajaran liar yang selalu aku dapatkan dari ibuku sejak kecil selalu mempengarungi pikiranku dalam menggambar sesuatu. Aku menggambar sesuatu yang ada di balik resleting celananya agak menonjol. Kemudian aku menggambar diriku sendiri dengan menyentuhkan jemariku di bagian yang paling menonjol itu. Yang aku rasai aku tidak sanggup menahan tawa, aku selalu tertawa sepanjang detik dan membuat pria di sampingku itu menegurku untuk kesekian kali . Mungkin karena rasa penasarannya yang membuncah buncah lelaki itu melirikku, lebih tepatnya melirik sesuatu yang sedang ku gambar.Dan ia hanya menggeleng gelengkankan kepala.
Perutku tiba tiba terasa lapar, aku ingin memakan segala sesuatu yang ada di dalam tasku. Di dalam tasku yang mungil itu memang terdapat banyak makanan ringan. Sambil memakan makanan ringan itu aku kembali membuang muka ke arah jendela tanpa memperdulikan si perut buncit itu yang sedari tadi mulai memperhatikannku. Wajahnya memang mesum tetapi bukan berarti ia sedang duduk bersebelahan dengan seorang pelacur. Ku tegaskan sekali lagi, aku adalah gadis baik baik meskipun sudah tidak perawan.
“ Mau ke Galapagos juga? “ Tanya lelaki itu yang mungkin sajasebentar lagi akan mengeluarkan bau tidak sedap dari tubuhnya.Aku menjawabnya hanya dengan mengangguk sebanyak dua kali.
“ Sendirian?“ Aku kembali menjawabnya dengan mengangguk sebanyak dua kali
“ Kenapa sendirian ? “ Setelah pertanyaan ketiga itu aku baru menoleh ke arahnya dan menjawab “ Tuan mau bayar saya berapa tanya begitu.“
Lelaki itu kembali menggeleng gelengkan kepala. Cuma diam yang melintas diantara kita berdua setelah itu. Ia kembali melanjutkan membaca surat kabar.
Dengan sangat tiba tiba suara Morrisey terdengar dari dalam tasku, itulah nada dering panggilan masuk dari telfon genggamku, judulnya “ Bimounth Strikes Again “ yang cukup mengusik perhatian banyak penumpang. Itu bukanlah lagu kesukaanku tetapi lagu kesukaan kekasihku. Selama aku memiliki telefon genggam hanya dialah yang paling sering menghubungiku, maka lagu kesukaannyalah yang ku gunakan sebagai nada sambung dan malam itu ia menghubungiku ( MAAF ADEGAN TELFON MENELFON DI DALAM PESAWAT INI SEBENERANYA TIDAK BOLEH TERJADI DAN SANGAT DI LARANG. TETAPI BANYAK TERJADI DI BEBERAPA FILM HOLlYWOOD YANG KONYOL DAN TIDAK MASUK AKAL ITU, TEPATNYA PARA PENELFON NAKAL , JADI NIKMATI SAJA KEKONYOLAN INI ) .
“ Halo sayang kamu di mana ? “
“ Dalam perjalanan sayangku, tenang saja aku akan segera berhamburan di pelukanmu“
“ Aku sangat merindukanmu sayang, cepatlah tiba, cepatlah merasuk tubuhku “
“ Baiklah sayang , setibaku di sana marilah kita menguji daya lidah kita “
Lelaki berperut buncit di sebelahku itu lagi lagi tidak bisa tidak mengabaikan urusan orang lain. Ia semakin salah tingkah mendengar pembicaraanku dengan kekasihku. Aku semakin merasa tidak nyaman dan memilih untuk mengakhiri percakapan dan mematikan telefon genggamku.
“ Umur kamu berapa “ Tanya si buncit itu tiba tiba dengan sedikit ragu. Tidak ada salahnya menjawab pertanyaan itu dari pada terjebak bosan sepanjang perjalanan seperti kutu.
“ Delapan belas “
“ Saya juga punya anak lelaki seumuran kamu . Itu tadi pacarmu ya “ .
“ Iya “
“ Jadi kamu ke Galapagos untuk bertemu pacarmu ? “
“ Iya “
“ Jadi selama di Galapagos kamu akan tinggal bersama pacarmu ? “
Lagi lagi aku mulai muak mendengar pertanyaan seperti itu. Seperti pertanyaan yang di ajukan seorang intel melayu yang rendah pangkatnya. Untuk kali ini aku cuma geleng geleng kepala seperti tadi, karena memang belum tahu soal itu. Mungkin aku akan menyewa sebuah penginapan seperti biasa.
“ Jadi apa alasanmu pada ibumu untuk bertemu pacarmu ? “
“ Untuk melakukan segala sesuatu, aku tidak perlu meminta izin dan membuat alasan kepada siapapun tak terkecuali ibuku. “
“ Kenapa begitu “ Dengan setengah berbisik aku mendekatkan mulutku ke telinganya “ Ibuku telah menyusul John Lennon di Akhirat.“
“ Ayahmu ? “
“ Ayahaku punya pekerjaan di luar kota, ia tidak pernah pulang, aku sendiri tidak pernah tahu apa pekerjaannya, tapi yang paling penting ia tidak pernah absen mengirim uang beratus ratus juta ke rekeningku setiap bulan, mungkin dia pengusaha, gembong mafia, atau koruptor, yang jelas dia bukan artis atau pejabat.
“ Mungkin saja ayahmu pengusaha burung. “
“ Burung apa semahal itu ? “
“ Suatu saat kamu juga akan tahu. Mencari pekerjaan di zaman sekarang sangatlah susah, apalagi hanya membangun usaha semacam waralaba. Mungkin saja ayahmu adalah pengusaha burung , cuma pengusaha burunglah di zaman ini yang gajinya lebih banyak dari pada artis dan pengusaha pengusaha lain. “
“ Siapa Namamu ? “
“ Clarissa , nama Tuan ? “
“ Lafebvre , nona Clarissa.“
“ Jadi apa alasanmu pergi sejauh ini pada istrimu? “
Dengan sangat tidak meyakinkan ia menjawab pertanyaanku “ Pekerjaan.“
Mendengar jawaban seperti itu membuat perutku terasa begitu mual, lelaki ini memang belum mengeluarkan bau, tapi sepertinya memang sedang menyembunyikan bau.
“ Sayangnya banyak sekali orang tua yang mengajarkan pada anaknya tidak boleh berbohong, tetapi mereka sendiri malah membohongi banyak orang, pantas saja dunia ini selalu di isi oleh komplotan para pembohong “
Lelaki berperut buncit itu tertegun, seolah tetangkap basah sedang berbohong, dari gerak geriknya ia seperti telah berbohong. Padahal aku baru menduganya sedang berbohong.
“ Jadi apa alasanmu untuk bertemu pacarmu sejauh ini “ Ia mengalihkan pembicaraan.
“ Baiklah aku akan menceritakannya tetapi dengan satu syarat “
Dia cuma terkekah medengarnya. Begitulah lelaki berperut buncit yang sepertinya suka berbohong, andai saja ketika berbohong perutnya semakin lama semakin membesar. Pasti perutnya akan meletus berceceran seperti balon. Lalu aku akan membuangnya dari pesawat, agar tubuhnya tertiup angin dan tertangkap sekelompok burung gagak.
“ Syaratnya setelah ceritaku selesai, Tuan harus menceritakan dengan jujur apa yang Tuan lakukan selama berpergian dari istri Tuan. “
Lelaki berperut buncit itu kali ini malah tersenyum senyum, senyumnya memang tidak sedap di pandang mata, itulah senyum kemesuman, senyum yang menyiratkan hal buruk yang ada di dalam kepalanya.
“ Setuju “ Ujarnnya. Kami pun berjabat sambil mengaitkan jari kelingking, seperti perjanjian sepasang sahabat kecil.
****
“Aku adalah seorang gadis pengembara. “ Demikianlah aku mengawali kalimat. “ Aku telah menelusuri seluruh benua di muka bumi ini sejak usiaku masih enam belas tahun. Aku bertemu dengan banyak orang dan banyak bahasa. Aku suka membaca buku, lebih tepatnya buku buku sastra dan filsafat. Dan aku tidak membutuhkan sekolah, aku lebih banyak belajar dari alam sekitar. Di tengah tengah pengembaraanku itu aku juga bertemu banyak lelaki tampan. Apalagi ketika usiaku menginjak tujuh belas tahun, aku mulai merasakan berahi. Mungkin itu adalah sesuatu hal yang begitu intim untuk di ceritakan, tetapi itulah alasanku ingin bertemu dengan kekasihku yang tinggal di kepulauan Galapagos. Ketika aku berlibur di sana aku bertemu dengannya di suatu jalan. Ia terus mengikutiku sepanjang hari dan selalu membuntutiku kemanapun aku pergi hingga ke penginapanku. Tentu hal itu membuatku merasa takut. Hingga pada hari ke tiga aku melihatnya dari balik jendela kamarku, ia duduk di depan teras penginapanku. Menurut pemilik penginapan ia adalah lelaki yang tinggal tidak jauh dari tempatku dan bukan lelaki yang berbahaya. Dari situlah aku merasa ia memang tidak berbahaya. Lelaki kurus dengan rambut ikal yang cukup tampan itu hanya ingin mengikutiku. Kemudian aku mendekatinya.
“ Kenapa kau selalu mengikutiku. “
“ Kau sungguh perempuan yang cantik Nona, tak bisa sedetikpun sahaya tidak menatap kecantikan wajah Nona. ”
Memang terlalu melankoli, mendayu dayu, tapi tidak bertele tele, meyakinkan, dan membuat hati wanita manapun tertarik untuk mengenalnya. semenjak itu aku mulai berteman dengannya, ia selalu menemaniku dengan sepedanya mengelilingi keindahan pulau Galapagos. Ia pria baik dan sangat bijaksana. Biasanya kami menghabiskan waktu di bawah pohon kelapa di kala senja, menatap mega mega di atas hamparan pasir putih di depan sebuah pantai dan bercerita tentang banyak hal. Kami mulai dekat, begitu dekat , dan sangat dekat . Kami mengawalinya dengan saling berpegangan tangan, kemudian saling memeluk, hingga berciuman. Mungkin kamilah yang mencatatkan ciuman terpanjang di abad ini selama dua puluh empat jam nonstop tanpa henti, itulah pertama kali aku berciuman dengan seorang lelaki, ciuman memanglah sangat enak. Sampaipada suatu ketika jemarinya masuk di dalam selangkanganku dan aku tidak bisa menceritakannya lebih jauh. Itulah alasanku bertemu pacarku sejauh di kepulauan Galapagos, karena cuma satu alasannya, aku sangat ketagihan melakukan itu. Bagaimana denganmu, ceritakanlah kepadaku Tuan. “
Lelaki itu tercengang. Mungkin saja ia belum terbiasa mendengar perempuan berumur delapan belas tahun menceritakan hal seperti itu kepada orang yang belum di kenalnya tanpa rasa malu.
Begitulah lelaki itu mengehembuskan nafas untuk kesekian kali. Kegugupan tidak dapat di sembunyikan dari wajahnya. Di dalam pikirannya aku rasai sedang berkecamuk untuk bercerita dengan jujur atau bohong di hadapan seorang anak berumur delapan belas tahun. Sudah terlalu banyak orang yang membohongiku, untuk itulah aku sangat sulit untuk di bohongi. Lelaki memang terlalu mudah untuk di tebak, itu semua dapat di lihat dari kedua bola matanya.
“ Awalnya memang pekerjaan. “ Begitu katanya, dengan begitu kalimat itu tidak mungkin akan berhenti pada persoalan pekerjaan. “ Biarlah aku ceritakan dari awal. Aku juga tinggal di sekitaran Galapagos, tetapi sebelum berkeluarga aku tinggal bersama kedua orang tuaku di daerah utara Greenland dan menghabiskan masa kecilku di sana. Ketika semasaku kecil ayahku gemar mengoleksi Aquarium, lewat Aquarium ayahku menciptakan dunia bawah laut yang sangat indah. Aku sangat suka sekali memandangi aquarium aquarium buatan ayahku tanpa pernah merasa bosan. Hingga suatu ketika ayahku memelihara ikan pemakan daging di salah satu aquarium buatannya. Dan menurutku itulah aquarium kutukan. Setiap aku melihat Aquarium itu, perutku terasa begitu mual dan aku sangat ketakutan. Aquarium itu setiap hari selalu di penuhi oleh air bercampur darah.
Hingga pada suatu ketika, di saat ekonomi keluargaku semakin menipis, orang tuaku selalu saja bertengkar karena hal hal sepele. Karena Aquarium itu juga, ayahku yang tidak memiliki banyak uang untuk membelikan daging untuk ikan ikan brengseknya itu ia melakukan hal nekat dengan membunuh dan mencincang si Dolly, kucing kesayangan ibuku untuk di jadikan makanan ikan. Demikianlah awal mula bencana besar terjadi di keluarga kami . Oleh karena pertengkaran yang berlarut larut ayahku dengan sengaja membunuh ibuku dan memotong motong dagingya untuk di jadikan makanan ikan. Aku sangat begitu ketakutan dengan hal itu dan memilih untuk kabur dari rumah dan tinggal bersama nenek dari ibuku. Aku melaporkannya ke pada pamanku, tetapi ketika ia tiba di sana dengan sejumlah orang, ayahku telah membunuh dirinya sendiri untuk di jadikan makanan ikan. Itu semua terekam dalam sebuah kamera Handycam yang sengaja ia rekam sebelum ia membunuh dirinya sendiri. Pertama tama ia memotong motong bagian tubuhnya sendiri dengan menjerit jerit kemudian ia memasukkannya ke dalam aquarium, barulah terakhir ia memasukkan tubuhnya ke aquarium hingga di kerikiti ikan ikan itu hingga tidak bersisa lagi. Setelah peristiwa itu aku menjadi sedikit gila. Empat kali aku telah keluar masuk rumah sakit jiwa. Setelah dewasa dan di nyatakan sembuh, aku menikahi seorang gadis dan tinggal di sebuah kepulauan Galapagos dan memiliki satu anak laki laki. Namun entah mengapa, meski memiliki kenangan buruk dengan aquarium, aku tetap tidak bisa mengubur kecintaanku pada Aquarium. Kegemaran ayahku itu sepertinya selalu melekat padaku. Aku tidak sekedar membuatnya, tetapi aku juga menjualnya. Kini aku berbisnis aquarium hingga berbagai Distrik , termasuk di sebuah distrik yang telah melahirkan gadis secantik dirimu.
Seperti yang aku bilang padamu tadi, di zaman seperti saat ini pengusaha apapun tidak lebih menguntungkan dari pengusaha burung. Dengan kata lain bisnis aquarium tidaklah menjanjikan. Jika aquarium aqurium itu tidak laku, aku menyimpannya sendiri di dalam sebuah gudang yang jauh dari rumahku. Di dalam gudang itu terdapat ribuan aquarium dan ikan ikan yang aku buat dan pelihara sendiri. Tetapi ketika mengawali bisnis aqurium di distrikmu, tidak pernah aku sangka akan ada sesuatu yang lebih membahagiakan selain itu. Sesuatu itu akan aku ceritakan padamu secara secara jujur dan manusiawi. Inilah yang sangat perlu kau ketahui, bahwa pada masa hidupnya seorang lelaki memiliki dua kali masa puberitas. Pertama ketika menginjak usia remaja dan kedua setelah berumur sekitar empat puluhan. Untuk itulah banyak sekali perselingkuhan, perceraian atau seperti budaya di dalam distrikmu, Poligami. Sungguh begitu beruntungnya mereka yang selamat. Nona pasti telah mengerti maksutku. Aku berfikir memang ini salah, aneh, payah, lagi pula aku telah memiliki seorang istri dan satu anak. Aku selalu merasai diriku tidak normal, tetapi seperti itulah seharusnya aku hidup. Tidak akan pernah ada suatu hubungan sepasang kekasih yang benar benar bersih di dunia ini. Tetapi semakin aku menghindar dari perasaan itu, semakin pula aku merasai diriku sangat menderita. Aku tidak ingin menceritakannya lebih jauh kepadamu, karena aku terlalu tua untuk bercerita tentang percintaan. Jadi aku memutuskan untuk seminggu sekali bertemu dengan Chevantine kekasihku dengan alasan berbisnis aquarium pada istriku.
Perbincangan kami terus berlanjut hingga pesawat hendak mendarat. Meskipun pada awalnya aku selalu menyudutkannya dari benakku, tetapi lelaki berperut buncit itu membuatku begitu nyaman untuk saling berbagi cerita.
****
Setelah pesawat itu mendarat aku tidak pernah tiba di kepulauan Galapagos dan bertemu kekasihku.Melainkan mengapung di sebuah aquarium dengan tubuh yang terpotong potong . Lelaki buncit itu pernah mengatakan sesuatu hal di dalam pesawat, mungkin saja ayahku pengusaha burung. Dan ayahku memanglah seorang pengusaha burung yang sukses, lebih tepatnya lelaki simpanan para istri pejabat. Hal itu di ceritakannya setelah ia mengenalkan kekasihnya melalui sebuah foto di layar telefon genggamnya. Itulah Chevantine, itulah kekasih gelapnya, itulah kekasihnya yang berkelamin laki laki, dan laki laki itu adalah ayahku. Sampai di situ aku berlagak tidak tahu.
Tetapi bukan itu persoalannya hingga aku tidak dapat tiba di kepulauan Galapagos dan bertemu kekasihku. Persoalannya ialah ketika lelaki berperut buncit itu memintaku untuk menunjukkan wajah kekasihku. Setelah ku perlihatkan selembar foto dari dalam dompet, lelaki itu begitu ketakutan dengan apa yang ia lihat, ia seperti menyaksikan iblis, seperti bertatap malaikat maut, seperti bergumul api neraka. Dengan sangat cepat dan tiba tiba lelaki itu berubah pikiran, ia berlaku seolah tidak dapat mempercayaiku menyembunyikan apa yang telah ia ceritakan pada siapapun juga.
“ Maafkan aku nona Clarissa , itulah anak lelakiku “ Kata lelaki tua berperut buncit itu sambil memotong motong buah dadaku seperti memotong buah apel. Di dunia seperti saat ini hewan dan manusia memang tidak lagi dapat di bedakan.