32 Tahun UAPKM-UB : Membangun Kembali Militansi Semangat Ke-Persma-an
Oleh : Muhammad Iqbal Yunazwardi*
16 April 1983, suatu wadah asprimasi mahasiswa dibidang jurnaslitik didirikan, melalui SKK no. 002/SK/BKK/1983. Pada masa ini pula, persma dapat dilihat sebagai sebuah media perlawanan, dimana semua geraknya dapat digerakkan secara maksimal walaupun terkendala banyak keadaan. Keadaan tersebut seperti pengawasan ketat Orde Baru dan Normalisasi Kehidupan Kampus/ Badan Koordinasi Kemahasiswaan(NKK/BKK). Lembaga Pers ini mengambil alih, mewakilkan peran mahasiswa melalui kegiatan kepenulisan yang berpihak kepada mahasiswa saat itu.
Dengan tanggungjawab sejarah yang besar, Unit Aktivitas Pers Kampus Universitas Brawijaya (UAPKM-UB), yang lebih dikenal dengan panggilan identitas Kavling 10, turut hadir meramaikan catatan sejarah kepersmaan. Walaupun kerap dipinggirikan dalam sejarah aktivitas kemahasiswa Universitas Brawijaya saat itu. Kavling 10 hadir sebagai kolompok manusia yang tidak tertarik untuk menjadi populis. Merekabergerak dengan tulisan kritis, penerbitan alternatif, konsolidasi demokrasi dan sebagai media perlawanan.
Adalah sebuah neraka saat persma hidup dizaman tersebut, termasuk Kavling 10. Pembredelan, penolakan penerbitan, kritik tulisan, hingga pengawalan ketat LPM sebagai bagian dari media Humas Universitas adalah hal yang biasa terjadi. Tapi hal tersebut tetap membuat Kavling 10 terus berjalan,bergerak menembus waktu dengan cerita-cerita yang tidak bisa dilukiskan walau hanya sejarah.
Masuk umur ke-32, Kavling 10 lahir sebagai organisasi pers mahasiswa yang mencoba tetap eksis dalam kehidupan kampus, dimana isu-isu yang dibawa oleh tiap persma tidak sekuat zaman Orde Baru. Hal tersebut membuat adanya tuntunan militansi ditengah pengawangan isu-isu yang dibawa oleh Kavling 10 sendiri. Tidak seperti dulu dimana keuangan tidak menjadi penghalang bagi tiap insan pers, kini dimana segala sesuatu telah mudah didapat, Pers Mahasiswa telah mulai kehilangan gairah pergerakannya, lemah dalam penulisan dan penerbitan, termasuk Kavling 10, mungkin.
Adalah sebuah tuntutan diumur yang semakin tua, Kavling 10 harus berjalan terus. Harapan akan tulisan dan penerbitan yang intens, menjadikan LPM ini tetap eksis dan diharapkan terus menjadi awal yang penting bagi awak-awak LPM demi tetap menumbuhkan sikap militansi. Isu Wacana juga perlu dikuatkan untuk awak-awak persma yang dikenal dengan kekritisannya dan jiwa analisis sosial yang tinggi. Menjadi awak-awak persma berwawasan umum dan siap ditempatkan dengan siapapun narasumber untuk menghasilkan berita yang mempunyai nilai kritis dan independensi yang tinggi, adalah doa sepanjang masa kami.
Pengawalan Isu-Isu Kerakyatan dan Mahasiswa juga perlu kembali digalangkan dimana pada masa budaya pop ini, pers-pers mahasiswa telah merubah banyak medianya menjadi gairah-gairah pop yang tidak hanya dari produk luar, tetapi dari kontennya juga. Disini penulis mengharapkan kembali bahwa dalam kewajibannya tulisan kritis dan konservatif adalah ciri-ciri utama dimana intelelektualitas kalangan mahasiswa tidak perlu diragukan lagi dalam konsumsinya terhadap media-media persma.
32 tahun dan terus berjalan, Selamat Ulang Tahun UAPKM-UB (LPM Kavling 10). Kalian akan tau betapa bangganya kita hidup dalam keunikan-keunikan yang berbobot, budaya pewacanaan yang sangat masif dan wawasan yang luas. Saya akan tau bagaimana menjadi individu yang menolak populis, tetapi berada pada jalur perjuangan untuk Mahasiswa, Bangsa dan Negara.
*pembimbing diskusi awak Kavling 10