Permaseta UB Gelar Seminar Nasional

0

Walikota Malang berfoto saat pemberian cindera mata di acara Seminar Nasional Permaseta UB (Foto oleh Arum)

Walikota Malang berfoto saat pemberian cindera mata di acara Seminar Nasional Permaseta UB (Foto oleh Arum)
Walikota Malang berfoto saat pemberian cindera mata di acara Seminar Nasional Permaseta UB
(Foto oleh Arum)

Malang-Kav.10 widyaloka Universitas Brawijaya (UB) terlihat ramai dan penuh sesak. Setidaknya 155 orang mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya (Permaseta UB). Seminar yang mengangkat tema Integrasi Rantai Pasokan dalam Persaingan Produsen Gula Nasional ini diselenggarakan pada Sabtu (18/1).

Acara itu memang ditunggu-tunggu oleh para peserta yang sebagian besar mahasiswa karena mengangkat tema tentang ketahanan pangan terutama tebu. Peserta seminar pun tidak hanya berasal dari mahasiswa UB, tetapi juga masyarakat umum. Acara ini terdiri dari dua sesi yang setiap sesi diisi oleh dua orang pemateri.

Sesi pertama di awali oleh Ketua Umum (Ketum)Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Muh. Arum Sabil. Lelaki bertopi ini menjelaskan bahwa keadaan gula nasional pada saat ini mengalami ketidaksinambungan antara data yang disajikan dengan realita di lapangan. Ia meyakini adanya manipulasi dalam tubuh birokrasi.Hal itu mengkibatkan pasokan gula di Indonesia lebih kecil daripada kebutuhan gula nasional sehingga pihak birokrasi seringkali bermain dengan impor gula.

Materi kedua pada sesi pertama diisi olehMuhammad Anton selaku pengusaha tetes tebu yang juga menjabat sebagai Walikota Kota Malang saat ini. Orang nomor satu di Kota Malang ini mengkritisi lahan pertanian di Indonesia yang semakin sempit. Hal tersebut dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang mengakibatkan alih fungi lahan sebagai pemukiman.

Prof. Dr Ir. Marimin, M.Sc. mengawali sesi kedua dengan tanggapannya terhadap keseriusan pemerintah dalam menangani permasalaan pasokan gula di Indonesia. “Tingkat keseriusan pemerintah sebenarnya telah bias dilihat dari banyaknya kebijakan yang dikeluarkan dalam bidang pergulaan,” tegas Marimin. Ia menambahkan bahwa permasalahan pasokan gula di Indonesia sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh factor produksi, tetapi ada juga factor diluarnya.

Prof. Dr Nuhfil Hanani AR., MS. menjadi pemateri terakhir dalam acara ini.“Sudah menjadi tugas rakyat Indonesia untuk bersama-sama mengawasi jalannya (realisasi–red.) kebijakan pemerintah.” Tutup pria berkacamata ini. (Arm)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.