Sepinya’ Omah Munir’
MALANG–KAV.10 Minggu pagi (15/12) suasana sepi terlihat dalam Museum Omah Munir. Terlihat dari daftar buku tamu yang hanya tertulis 20 pengunjung selama satu minggu terakhir ini. Hal ini juga di sampaikan oleh Ari, selaku penjaga Omah Munir yang sejak 8 desember 2013 di buka. ” Sepi pengunjung padahal sudah dibuka mulai dari satu minggu yang lalu,” tutur Ari saat ditemui lpmkavling10.
Museum yang terletak di Jl. Bukit Berbunga no. 02 ,Kota Batu ini rupanya tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Menurut Ari, masyarakat sekitar masih belum tau banyak akan dibukanya museum ini. Kurangnya promosii membuat museum ini sepi akan pengunjung. Promosi yang dilakukan masih sebatas omongan orang dan melalui segelintir media.
Guna mengenang sosok Munir inilah Omah didirikan pada 8 Desember 2013, di Kota Batu. Bukan untuk mendewakan sosoknya melainkan untuk mengenang jasa, perjuangan serta memahami dan mempraktekan pemikirannya dalam bidang penegakan HAM dan keadilan.” Omah Munir diharapkan menjadi ladang persemaian Munir-Munir baru yang kelak akan menjadi pejuang penegakan HAM dan keadilan di Indonesia,” ujar Ari selaku penjaga museum. Serta museum ini dimaksudkan untuk menjadi sarana rekreasi edukatif bagi masyarakat sekitar dan para mahasiswa.
Di dalam museum Omah Munir ini terdapat banyak ruangan yaitu ruang pertama yang berisi kisah memorial tentang sosok
Munir sebenarnya serta barang peninggalan Munir seperti banyak peninggalan ‘Sang aktivis HAM’ seperti jaket kesayangannya, almamater universitas brawijaya yang pernah dipakainya selama menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Fakultas Hukum (FH), baju, sepatu,kartu identitas dan foto Munir serta di ruangan ini berisi tentang memorial kasus Marsinah, seorang buruh perempuan yang menjadi korban kekerasan aparat dengan adanya patung yang dapat mengingat kita akan kasusnya. Ruang kedua berisi penghargaan yang pernah diraih oleh Munir seperti, penghargaan dari seantero negeri dan luar negeri. Diantaranya The Right Livelihood Award di Swedia pada tahun 2000,sebuah penghargaaan prestisius yang disebut sebagai Nobel alternatif dari Yayasan The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm, Swedia di bidang pemajuan HAM Kontro Sipil terhadap Militer di Indonesia.Ruang ketiga berisi meja kerja dari Sang Aktivis HAM ini serta berisi cerita tentang detik-detik terakhir kematian Munir saat di pesawat. Ruang keempat adalah tempat legasi munir, di ruangan ini adalah tempat dimana terdapat kumpulan buku milik Sang Aktivis, dimana buku milik beliau yang banyak buku tentang hukum serta penegakan akan Hak Asasi Manusia.
Terlahir dengan nama Munir Shaid Thalib di Malang pada 8 desember 1965, sosok ini kelak akan menjadi martil terkeras dalam penegakan Hak Asasi Manusia( HAM) dan keadilan di Indonesia. Namanya semakin tersohor ketika ia banyak terlibat dalam pengungkapan kasus pelanggaran HAM di berbagai tempat .Konsistensi Munir dalam penegakan HAM dan keadilan di indonesia bukan tanpa resiko. Berbagai ancaman dan terror pernah Ia rasakan, hingga puncaknya pada tanggal 7 september 2004 ketika sedang melakukan penerbangan ke negeri kincir angin Belanda guna melanjutkan studi doktoralnya, Ia diracun di udara. Celaknya, hingga kini dalang di balik pembunuhan Munir belum terungkap.
Untuk mengenang jasa dari beliau maka dibukanya museum ini.“Omah Munir sebenarnya gagasan dari teman aktivis HAM serta dukungan dari sang istri tercinta”,ujar ari. Museum ini terbentuk dari biaya sumbangan para teman- teman aktivis serta bantuan dari Suciwati ,istri Munir. ”semoga omah munir ini bisa lebih dikenal banyak orang serta museum ini bisa jadi sarana edukatif untuk khalayak umum terutama mahasiswa,”ujar Bambang selaku pengunjung yang berasal dari Universitas Indonesia. (ptr)
Saya rasa ini terlalu panjang..
jujur, melihat sekilas saya jadi agak malas membacanya..
untuk kepanjangan, kalau bisa letakan diawal, saya lihat disana diletakan diakhir
trims