Presiden Baru EM, Dari Pemilihan Staff Hingga Isu Dalam Kampus
MALANG-KAV.10 Sosok presiden baru Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB) sudah terpilih setelah melalui Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) 2013. Setya Nugraha mulai menjabat Presiden EM awal tahun depan mengantikan M. Rizky yang akan mengakhiri masa jabatannya. Setya, panggilan akrabnya, berhasil mengungguli satu-satunya pesaing, Suroto, dengan 7504 suara. Setya mengaku belum tahu kapan dirinya akan dilantik. “Coba saya komunikasikan dengan teman-teman kongres, ini juga masih menunggu LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban-Red) dari teman-teman EM sekarang,” kata Setya. Setelah itu, barulah timeline kongres akan diketahui.
Dibawah kepemimpinannya, Setya mengaku, EM nantinya akan membangun dan mengadaptasi kinerja dari pemimpin-pemimpin sebelumnya. Tiga bulan awal kepemimpinannya, Setya akan memaksimalkan staf dan stake holder yang mengabdi pada EM. Setelah itu, barulah melakukan evaluasi terhadap pemasalahan di UB yang sangat kompleks, misalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT), beasiswa, genangan air, isu angkot masuk kampus, macet, lahan parkir, dan parkiran yang semrawut. “Harapan saya, kedepannya jika bangun gedung dibawahnya ada lapangan parkir,” sahutnya.
Selain itu, jalan keluar masalah tersebut menurut Setya adalah dengan memaksimalkan forum yang sudah terbentuk, seperti; forum komunikasi, himpunan, daerah, dan aliansi BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa.Red). Untuk menyelesaikan permasalahan ini jelas tidak lepas dari rektorat, perlu kesinambungan yang baik. Maka dari itu, Setya akan mendesak kejelasan dari setiap akar permasalahan kepada Yogi Sugito, Rektor UB, maupun meminta solusi kepada setiap kandidat yang maju di pemilihan rektor tahun depan.
Setya mengungkapkan kekesalannya terhadap permasalahan parkir. Selama ini tidak ada kejelasannya terkait apakah akan dibangunkan lapangan parkir terpusat. Tidak ada kejelasan mengenai lahan yang akan dipakai. Bahkan kabar ini sudah menjadi gosip bulan-bulanan di kalangan mahasiswa. “Selama ini tidak ada kejelasan pembangunan parkir seperti apa, akan selesai ditahun keberapa, perlu ada rencana strategis lagi,” paparnya. Ketika menjabat nanti, Setya ingin memperjuangkan kejelasan dari setiap masalah yang ada. Sejauh ini solusi dalam menyelesaikan masalah masih mengambang.
“Kami akan mengusahakan mulai dari ide, saran, atau mengerjakan sesuatu yang bisa diselesaikan. Ketika mediasi dengan rektor dirasa gagal dan secara mayoritas mahasiswa menolak, ya kami ikut mahasiswa. Saya paham kok sama aspirasi teman-teman,” tambah mahasiswa jurusan Administrasi Publik ini.
Di Awal kepemimpinannya, Setya juga akan mengajak mahasiswa menerapakan budaya-budaya positif, contohnya, jalan kaki ke kampus yang dilakukan setidaknya satu atau dua minggu sekali. Selain itu, ada pekan sadar mahasiswa, yang intinya Setya mengajak mahasiswa untuk berembuk, terkait apakah mereka memiliki ide apa untuk memecahkan masalah ini. “Lihat, ini mulai ada penumpukan motor sedangkan lahan parkir belum ada. Kita gak bisa menentukan kebijakan dari rektorat kalau semua mahasiswa dilarang bawa motor. Harapan kita dari lingkungan juga menerima, tapi mungkin ada beberapa langkah dan tahapan yang harus kita lakukan yang terukur dan sistematis.”jelas Setya
Setya berharap, pihak rektorat bisa segera mencari jalan tengah untuk permasalahan parkir ini, mungkin dengan cara mengajak mahasiswa duduk satu meja. Seandainya rektorat berhasil membangun parker terpusat dalam dua tahun, maka menurut Setya ini merupakan sesuatu yang luar biasa. “Apalagi kalau satu tahun selesai, luar biasa, masalah parker habis sudah,”tambahnya.
Setya juga ingin aktif dalam perbaikan program – program yang telah dilakukan oleh EM, seperti Car Free Day (CFD), Bike to Campus, Desa Binaan, Brawijaya Mengajar dan lain sebagainya. Menurut Setya selama ini even – even tersebut kurang disosialisasikan, sehingga tidak banyak orang yang tahu. “Saya yang sudah mengenal apa yang kurang dari EM tahun ini, sehngga tahun depan buat patokan kita, kita rubah desain baru CFD, bagaimana biar semuannya kondusif, untuk agenda kampung budaya biar semarak, dan lain – lainnya. Itu sih poin – poinnya”kata mahasiswa angkatan 2010 ini.
Mengadakan Pekan Sadar Mahasiswa merupakan salah satu program kerja yang ingin dicanangkan. Dengan adanya acara ini, Setya ingin menampilkan beberapa karya dari seluruh fakultas. Contohnya mungkin mobil listrik milik Fakultas Teknik. Dalam pandangan Setya, tidak banyak yang tahu bahwa Fakultas Teknik memiliki mobil listrik. Dengan adanya Pekan Sadar Mahasiswa, karya – karya seperti ini akan lebih diketahui oleh orang lain, baik mahasiswa maupun masyarakat. Untuk ini Setya akan melakukan kerjasama dengan semua fakultas.
“Jadi ibarat mobil saya sopirnya, apa yang dimau mahasiswa kita nurut. Contohnya saja, seperti gak mau angkot masuk kampus, ke kita turuti, sebenarnya kita harus mengkaji dulu, kalau mayoritas mahasiswa ingin dan sudah menyepakati angkot gak boleh masuk kampus oke, jadi satu sopir manut sepuluh penumpangnya. Intinya manut sama aspirasi mahasiswa.”tutup Setya mengakhiri wawancara.(din/fan)