Memahami Makna Jihad Yang Sebenarnya
Oleh Ariska Puspita Anggraini*
Sutradara : Helfi Kardit
Produser : Chand Parwez Servia Fiaz Servia
Penulis : Helfi Kardit
Pemeran :Adipati Dolken, Nadine Alexandra, Tio Pakusadewo, Ray Sahetapy
Edo Borne, Jamal Mirdad, Henidar Amroe, Ghina Salsabila, Widy Soediro Nichlan
Tindakan terorisme yang merebak kini telah menyimpang dari makna jihad yang sebenarnya. Apalagi dalam aksi teror tersebut mengatasnamakan suatu agama yang dapat mengganggu stabilitas kerukunan antar umat beragama. Hal inilah yang ingin disampaikan oleh Helfi Kardit dalam filmnya yang berjudul “Sang Martir”.
Dalam film yang dibintangi aktor Adipati sebagai tokoh Rangga, menceritakan kisah kehidupan anak panti yang hidup damai dalam asuhan pasangan suami istri Haji Rachman dan Hajjah Rosnah yang masing-masing dibintangi oleh aktor kawakan Jamal Mirdad dan Henidar Amroe. Kesan kehidupan paanti asuhan yang damai dan penuh kasih sayang dapat dirasakan dalam adegan pertama pada film tersebut.
Namun, kehidupan yang penuh kedamaian tersebut rusak semenjak Lyly yang diperankan oleh Widy diperkosa oleh Jerink (Edo Borne) yang notabene merupakan adik Rambo (Tio Pakusadewo), preman penguasa wilayah panti tersebut. Rangga mengamuk dan membunuh Jerink sehingga dia harus mendekam dalam tahanan selama tiga tahun.
Kehidupan Rangga dalam penjara membuatnya berubah drastis menjadi seorang pria berwatak keras. Dalam penjara pula, Rangga belajar bertahan dari kerasnya kehidupan lewat seorang pendeta yang merupakan kawan satu selnya. Situasi panti pun turut berubah drastis. Haji Rahcman meninggal karena ulah Rambo yang ingin menguasai tanah panti. Sedangkan anak-anak panti dipaksa untuk menjadi pengemis oleh Rambo.
Saat Rangga menghirup udara kebebasan, nyawa Rangga terancam oleh kelompok Rambo. Namun kepala preman musuh bebuyutan Rambo yang bernama Jerry (Ray Sahetapy), berhasil menyelamatkan Rangga. Rangga pun di beri pekerjaan serta tempat tinggal.
Di dekat tempat tinggal pemberian Jerry tersebut berdiri sebuah gereja. Setiap harinya seorang gadis misterius bernama Cinta (Nadine Alexandra) selalu berdoa di luar gereja. Rangga pun penasaran dan berusaha untuk berkenalan dengan gadis tersebut. Seiring berjalannya waktu, kedua remaja berbeda keyakinan itu menjadi dekat dan saling jatuh cinta. Lewat kedekatan tersebut Rangga berhasil menjawab rasa penasarannya perihal Cinta yang selalu berdoa di luar gereja yang ternyata disebabkan oleh masa lalunya yang menciptakan dendam pada pendeta pemimpin ibadah di gereja tersebut.
Sementara itu, konflik perebutan wilayah antara Rambo dan Jerry semakin memanas. Di tambah lagi, Rambo mendapat order dari seorang oknum untuk mengalihkan perhatian publik atas kasus korupsinya dengan isu bom gereja. Rambo pun membidikk gereja tempat Jerry beribadah sebagai sasarannya. Tak hanya itu, Rambo memanfaatkan kondisi anak-anak panti untuk memaksa Rangga menjadi Martir. Dilematika pun terjadi dalam diri Rangga, antara memilih untuk menyelmatkan nyawa jemaat yang sedang merayakan natal atau menyelamatkan adik-adik pantinya dengan menuruti perintah Rambo.
Meskipun cerita dalam Sang Martir hanyalah sebuah fiksi, namun kisah yang disajikan begitu kental realitasnya dalam keseharian kita. Mulai dari premanisme, narkoba dan hubungan antar umat beragama. Hal itulah yang mampu mengena di hati penonton.
Lewat konflik dalam film tersebut makna positif dari kerukunan dan keadilan antar umat beragama untuk memperkokoh negara tersaji dengan indah. Lewat penyelesaian konflik yang disajikan begitu memakau penonton juga mampu belajar untuk memahami makna jihad yang sebenarnya.
Seperti yang kita ketahui saat ini, aksi terorisme yang mengatasnamakan jihad telah mewarnai media massa. Sayangnya, aksi tersebut telah melenceng dari jihad yang sebenarnya. Banyak orang-orang tak bersalah menjadi korban dalam aksi teror yang mengatasnamakan pembelaan terhadap suatu agama tersebut. Padahal jika kita pahami lebih mendalam, jihad bukanlah hal yang berkaitan dengan pemboman atau aksi tembak-menembak yang kini telah merebak.
Kata Jihad sama sekali tidak mengandung arti bahwa kita selalu dalam keadaan siap untuk berkelahi atau melakukan perang. Hal tersebut sama sekali jauh dari realitas yang sebenarnya. Lewat film yang telah dirilis pada 25 Oktober setahun silam ini, kita akan mampu memahami makna jihad dan pentingnya kerukunan antar umat beragama.