Calon Walikota Malang Debat di Widyaloka
MALANG-KAV.10 Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya pada hari Jumat (10/5) menjadi tempat digelarnya acara debat kandidat pasangan calon walikota dan wakil walikota Malang dengan tema “Membangun Kebersamaan Mewujudkan Tri Bina Citra.”
Acara yang diselenggarakan Kebijakan Publik Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (KP-EM UB) dan Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Jawa Timur ini dimulai pada pukul 08.30, telat 30 menit dari waktu sebelumnya yang dijadwalkan dimulai pukul 08.00.
Para pasangan calon walikota dan wakil walikota berdatangan hadir menuju Ruang Pertemuan Widyaloka dan memaparkan visi dan misinya. Mereka adalah pasangan nomor urut 2, Sri Rahayu- Priyatmoko, calon walikota nomor urut 3 yaitu Herry Pudji, dan calon walikota no urut 6 tanpa Muhammad Anton yang berhalangan hadir karena sedang melakukan blusukan. “Saya mohon maaf atas ketidakhadiran bapak Anton yang berhalangan hadir dikarenakan sedang blusukan” ujar Sutiaji, calon wakil walikota malang no urut 6.
Pertanyaan dimulai saat sesi pemaparan visi-misi selesai. Para panelis pun memulai mengajukan sedikit pandangan dan pertanyaan untuk para calon walikota dan wakil walikota. Dimulai dari tanggapan Prof. Munawar Ismail, salah satu panelis dari ADI, yang mempermasalahkan relevansi Kota Malang sebagai kota industri, pariwisata dan pendidikan.
“Masih relevankah Kota Malang sebagai kota pendidikan, industri, dan pariwisata? Kita bisa melihat saat ini Kota Malang hanya menjadi transit para wisatawan bagi mereka yang ingin berlibur di Kabupaten Malang ataupun Kota Batu.” Calon walikota nomor urut 1 yaitu Dwi Cahyono memberikan tanggapan terhadap pertanyaan panelis yang menanggap bahwa saat ini industri dan pariwisata tidak bisa dipisahkan.
“Industri dan pariwisata adalah hal yang saling berkaitan, walaupun sebagai kota transit, kita dapat mengembangkan industri pariwisata melalui pengelolaan hotel dan resort yang optimal ”ujar pria berkacamata tersebut.
Salah satu panelis yang berasal dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), yaitu Dr. Sholeh juga mengemukakan bahwa seorang calon pemimpin kota Malang seharusnya memahami segala aspek penyusun kota ini.
“Calon harus mengerti tentang permasalahan secara mendalam, baik tentang masyarakatnya, kebudayaan ataupun pembangunan” ujar pria tersebut. Acara ini juga mejadi bentuk pencerahan bagi para-para pemilih walikota-wakil walikota Kota Malang melalui pemahaman tentang aktualisasi berbicara para calon-calon tersebut. (miy)