MEMAHAMI MAKSUD DARI KEHENDAK TUHAN

Penulis: Da’ud ibn Tamam ibn Ibrahim al-Shawni
Penerjemah: Bima Sudiarto, Elka Ferani
Jumlah Halaman: 276 halaman
Penerbit: Dastan Books
Logikamu Tak Mampu mengukur, apalagi menjelaskannya,
Tahanlah diri, karena tak sanggup kau cerna
Jangan abaikan beban ini, keseimbanganmu cacat adanya
Apalagi sampai jadi alasan, bagi pengemis untuk mengeluh
-The Madness of God-
Jika Tuhan Maha Kuasa, mengapa Ia membiarkan kejahatan? Apakah Ia tidak memiliki daya terhadapnya atau mungkin kejahatan tersebut berasal dari diri-Nya? Lantas jika begitu, apakah kejahatan tersebut memiliki arti tersendiri sehingga Tuhan membiarkannya? Jika iya, di mana letak kehendak bebas kita? Lalu apakah mungkin bagi kita untuk memahami kehendak Tuhan secara menyeluruh? Dan sejauh mana kita perlu menyikapi kehendak tersebut? Ini adalah beberapa pertanyaan yang termuat di dalam buku Iblis Menggugat Tuhan, sebuah buku karya Daud Ibn Tamam Ibn Ibrahim al-Shawni atau yang lebih dikenal dengan Shawni, seorang penulis dengan fokus tulisan pada tema-tema religius dan filosofis. Buku ini pertama kali terbit pada tahun 2003 dengan cetakan original berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Dalam buku Iblis Menggugat Tuhan ini terdapat dua bab fokus bahasan. Pertama, The Madness of God. Bab ini membahas perjalanan Buhairah dalam mencari kebenaran mengenai peran Tuhan terhadap tindakan baik dan buruk yang dilakukan manusia. Pencarian ini dibungkus dalam percakapan antara Buhairah dengan iblis, di mana iblis menilai bahwa karena kemahakuasaan Tuhan, tindakannya yang menentang perintah Tuhan merupakan kehendak Tuhan. Sementara Buhairah mempercayai bahwa iblis bersalah sepenuhnya atas tindakannya membangkang Tuhan. Di dalam pembicaraan mereka, pembaca akan diajak untuk berpikir pendapat siapa yang benar atau salah dengan mempertimbangkan argumen-argumen yang disampaikan dari kedua pihak.
Bab kedua adalah The Man Who Have The Elephant. Bab ini membahas perdebatan Raja Abrahah dengan Siraj mengenai maksud dan tujuan dari perintah Tuhan. Abrahah percaya bahwa ia memahami maksud perintah Tuhan dan Tuhan mengharapkan hambanya untuk menegakkan perintah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan Siraj percaya bahwa tidak mungkin bagi seorang makhluk memahami keinginan penciptanya.
Topik mengenai kehendak bebas dan kehendak Tuhan merupakan hal yang masih sering kita bingungkan dan perdebatkan hingga saat ini. Pembahasan mengenai topik seperti ini sebenarnya memang sangat penting untuk dipahami karena tidak jarang seseorang menggunakan kehendak Tuhan sebagai alasan untuk berlindung dari kesalahan yang telah ia buat, dan tak jarang atas dasar kehendak Tuhan juga sebuah tindak kejahatan dapat terasa bisa diabaikan. Dalam buku ini Shawni berhasil menghubungkan posisi dari pengetahuan terhadap agama. Shawni cukup berhasil dalam membungkus topik-topik berat secara ringan. Apa yang ingin disampaikan ia kemas melalui percakapan antar tokoh untuk memudahkan para pembaca.
Dari buku ini Shawni berusaha mengkritik pemikiran ilmu pengetahuan saat ini yang terkadang berusaha memaknai tindakan Tuhan melalui cara berpikir manusia. Menurut Shawni, pemikiran manusia tidak akan sanggup memahami secara menyeluruh apa yang dipikirkan penciptanya, sebagaimana kanvas tidak dapat menilai orang yang melukisnya. Shawni juga mencoba mengatakan bahwa beberapa hal yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan bukan berarti hal itu tidak benar. Meski menurut Shawni ilmu pengetahuan manusia tidak dapat membantu memahami kehendak Tuhan secara keseluruhan, ia tetap menempatkan ilmu pengetahuan sebagai hal yang penting sebagaimana ia menjelaskan bahwa untuk menghindari salah pemahaman terhadap kehendak Tuhan sebaiknya mempertimbangkan apakah kehendak yang kita pahami akan menyakiti atau menyelamatkan orang yang kita tuju.
Penulis: Khairul Ihwan