BABAK BARU PEMIRA UB 2022: SEMARAK PENGENALAN NOMOR URUT HINGGA NIHILNYA PROGRAM PENANGANAN KS

MALANG-KAV. 10 Gemuruh tepuk tangan dari masing-masing suporter Pasangan Calon (Paslon) satu dan dua menggema di seluruh ruang debat terbuka di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya. Sebelah kiri, dipenuhi belasan suporter dari Paslon 1, Rafly-Caca. Di sebelah kanan, suporter dari Paslon 2 tidak mau kalah bersorak menyemangati Rozi-Akhdan yang mereka dukung siang hari itu. Baliho-baliho kampanye juga sudah terpasang. Pemira UB tahun ini akhirnya bangkit kembali setelah pandemi sudah dianggap kenyang menghadang pesta demokrasi mahasiswa secara luring.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Pemilihan Raya Universitas Brawijaya (Pemira UB) tahun 2022 ini dapat diselenggarakan dengan lebih meriah. Ajang unjuk gagasan para calon pimpinan badan eksekutif dan legislatif skala universitas kini tidak lagi ditopang oleh satu calon tetap, baik itu untuk Eksekutif Mahasiswa (EM) maupun Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Brawijaya.
Nama-nama daftar calon resmi sudah diperkenalkan ke publik (21/12) lalu. Selain terdapat dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden EM UB, beberapa fakultas kampus pun kembali mengirimkan dua orang delegasinya sebagai calon anggota DPM UB. Meski begitu, pemberkasan bagi perwakilan dapil FK dan FKH sempat diberikan waktu tambahan sebanyak satu hari dari timeline yang ditentukan panitia pelaksana.
Melihat Lebih Dalam Diri Para Paslon
Baik paslon satu dan dua yang kali ini maju merebut singgasana teratas EM UB, yaitu Rafly-Khofifah dan Fachrozi-Akhdan, semuanya memiliki track record-nya masing-masing yang menarik untuk ditilik. Keempat nama calon sudah cukup besar dan mudah dikenali karena luasnya pengalaman yang sudah dijalani sebelumnya.
Menjadi Presiden BEM Fakultas Hukum UB sejak awal tahun 2022, memacu semangat Rafly Rayhan Al Khajri dari nomor urut satu untuk maju ke jenjang yang lebih tinggi sebagai calon Presiden EM tahun 2023 mendatang. Kali ini ia menggandeng rekan satu angkatannya dari Fakultas Pertanian, Khofifah Aqsha Rosyadi, mantan Menteri Eksternal BEM FP UB 2022 yang namanya semakin melambung semenjak berhasil meraih posisi sebagai Ketua Pelaksana Raja Brawijaya tahun 2022 lalu.
Beralih ke Paslon selanjutnya, Ketua DPM UB 2022, Fachrozi Reza Herdian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) kembali unjuk gigi dengan maju menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden EM 2023 bernomor urut dua dengan Akhdan Sabilulhaq sebagai wakilnya kelak. Akhdan sendiri sebelumnya dikenal sebagai penyiar atau announcer di Radio UB, dan saat ini juga menjadi Presiden BEM FIB UB periode 2021.
Tahap yang akan ditempuh para calon setelah pemberkasan rampung menjadi penanda tahap ‘semarak’ yang sesungguhnya akan dimulai. Selain menggunakan media sosial dari masing-masing pasangan calon Presiden/Wakil Presiden EM dan Calon Anggota DPM, masa kampanye Pemira tahun ini kembali menggunakan atribut fisik berupa baliho/banner yang terpasang di beberapa titik dalam kampus Universitas Brawijaya. Tepatnya di Kantin CL, Gor Pertamina UB, sampai di masing-masing fakultas khusus bagi para calon anggota DPM UB.
Kembalinya Debat Publik Luring
Selain tahap kampanye di atas, tidak lengkap rasanya bila para calon tidak bertemu untuk berdebat secara terbuka untuk beradu argumen demokratis melalui debat terbuka. Tidak lagi secara daring, debat terbuka Pemira UB 2022 akhirnya kembali dilaksanakan secara luring, pada Selasa (20/12) lalu di Aula Widyaloka Universitas Brawijaya.
Debat publik yang juga ditayangkan secara langsung via kanal Youtube Kemahasiswaan UB ini dibagi ke dalam enam segmen yang wajib diikuti kedua Paslon, yaitu segmen Penyampaian Visi dan Misi, Menjawab Pertanyaan Panelis, Debat Terbuka, dan Kampanye.
Selama berjalannya acara, jawaban-jawaban yang beragam diserukan dari masing-masing Paslon. Isu pembahasan seperti organisasi dan pergerakan mahasiswa, advokasi kesejahteraan, apresiasi prestasi mahasiswa, pemilihan wakil rektor 2023, tragedi kanjuruhan, sampai ke pemberdayaan mahasiswa di ranah eco tourism masyarakat turut diperdebatkan.
Tak hanya itu, para Paslon kemudian tidak luput berdebat soal pengajuan program kerja milik masing-masing yang sama-sama bertujuan membenahi persoalan komunikasi advokasi yang terintegratif Kemenkoan EM dengan mahasiswa lewat EM UB Apps atau Website EM UB yang rencananya akan diunggulkan dari masing-masing paslon.
Menilai Program Penanganan Kekerasan Seksual?
Para Paslon duduk berhadapan di depan para audiens, menerangkan setiap detil program yang akan masing-masing dari mereka akan laksanakan selama setahun kepengurusan. Meski keduanya saling bersaing, ketika memasuki segmen apresiasi, kami ingat kedua belah pihak Paslon menegaskan tujuan mereka tetaplah sama: membuat Brawijaya lebih baik dari yang sebelumnya.
Di saat yang bersamaan, sekilas disebutkan harapan positif atas beberapa isu hangat yang akhir-akhir ini ramai menjadi bahan perbincangan, seperti isu kekerasan seksual misalnya. Hanya saja selama debat berlangsung, belum terdengar dari kedua pasangan calon memberi highlight terhadap isu kekerasan seksual yang kian marak di ranah kampus biru secara signifikan yang akan diwujudkan melalui gerak kerja yang taktis selain melalui pengawalan.
“EM bukan sebagai pemangku kebijakan yang berhak memutuskan apa yang harus diputuskan atau tidak, maka kita akan melakukan pengawalan kebijakan dengan menyampaikan atau menerbitkan policy brief terkait perubahan Pertor No. 70 Tahun 2020,” terang Paslon 1 ketika menjawab pertanyaan diskusi perihal isu kekerasan seksual dari Paslon 2 pada perhelatan Debat Terbuka (20/12).
Kekerasan seksual bukan tanpa alasan menjadi isu yang belum redup di Universitas Brawijaya. Dalam enam bulan terakhir, silih berganti kabar kasus kekerasan seksual terkuak di kalangan mahasiswa seperti yang pernah terjadi di FISIP, FTP, FAPET, dan beberapa fakultas lainnya. Dibentuknya badan ULTKSP di setiap fakultas berdasarkan Pertor No. 70 Tahun 2020 pada realitanya juga masih banyak yang harus dibenahi.
Meninjau data Komnas Perempuan dan Kemen PPPA, tercatat bahwa kasus kekerasan seksual terbanyak terjadi di perguruan tinggi dengan 35 kasus. Sementara itu, pelaporan kasus yang dicatat oleh Komnas perempuan mencapai lonjakan yang cukup tinggi di tahun tahun lalu, yaitu empat ribu lima ratus pelaporan. Berdasarkan data tersebut, tentunya cukup jelas bahwa kasus kekerasan seksual masih menjadi isu yang cukup sensitif.
Hasil reportase awak Kavling 10 yang terdapat di Majalah Kavling 10 menunjukkan bahwa lembaga penanganan kekerasan seksual di lingkungan Universitas Brawijaya masih memiliki banyak PR. Menteri P3 EM tahun 2022 sendiri menyatakan bahwa, “Eksistensi ULTKSP sendiri masih belum maksimal ya, di mana dari 14 fakultas hanya satu fakultas yang sudah berjalan secara maksimal dalam penanganan dan sudah memiliki peraturan dekan.”
—
Atmosfer ruang debat semakin memanas ketika debat ditutup dengan kampanye dan yel-yel dari masing-masing suporter Paslon. Sorak sorai keramaian turut memeriahkan acara bahkan hingga ketika kedua Paslon keluar dari ruangan debat terbuka. Suasana yang legit dirindukan banyak kalangan sivitas akademika Universitas Brawijaya. Menuju hari pemilihan (27/12), para Paslon berikut dengan timsesnya berkampanye sampai Jumat (23/12), dan dilanjutkan dengan hari tenang hingga dua hari setelahnya atau Minggu (25/12).
Penulis: Alifiah Nurul Izzah
Kontributor: Sahnaz Istiqomah Sa’adah, Khairul Ihwan (Anggota Magang)
Editor: Moch. Fajar Izzul Haq