Pedagang Kantin UB Mengharapkan Bantuan dan Keringanan Kampus
MALANG-KAV.10 Sejak November 2020, UB telah memperbolehkan beberapa kantin membuka aktivitas perdagangan. Tercatat dua stan di kantin Creative Land (CL) sudah beroperasi. Begitu pula dengan seluruh stan di kantin Pujasera UB dan satu stan di kantin perpustakaan pusat UB. Meski begitu, pedagang kantin kini dihadapkan dengan masalah sepi pembeli.
“Untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang bertugas WFO (work from office) di kampus, (stan yang dibuka di CL, red) hanya dibatasi 2 stan. Setiap 2 minggu akan sekali dan digilir, bergantian pedagang yang akan membuka stan. Kita aturkan jadwalnya,” terang Ziauddin selaku Manajer Food and Beverage, Jaminan Halal, dan Marketing UB.
Menurut Ziauddin, pihaknya akan menawarkan terlebih dahulu ke para pedagang CL. Pedagang yang berkenan dengan ketentuan terbaru ini yang akan dimasukkan ke dalam jadwal. Hal ini disampaikannya saat dihubungi awak kavling 10 pada Kamis (11/2).
Sementara itu, kantin perpustakaan UB hingga saat ini masih dikelola penuh oleh bagian FnB UB. Tidak ada lagi tenant yang berjualan.
Nasib Pedagang Kantin yang Terdampak Selama Pandemi
Dilansir dari liputan Kavling10 sebelumnya, Kantin Creative Land (CL) sendiri telah menutup aktivitas perdagangan normalnya sejak Rabu 18 Maret 2020.
Andrean, salah seorang pemilik stand di kantin CL, turut membagikan pengalamannya selama menjalankan usaha pada masa perkuliahan daring. Ia mengaku bahkan sempat mencari peruntungan dengan membuka kembali stannya di tempat lain.
“Sempat berjualan juga di tempat lain sekitar 3-4 bulan, namun karena pandemi tidak ada mahasiswa. Jadi tutup juga,” jelas Andrean saat dihubungi via WhatsApp pada Rabu, (10/2).
Andi sebagai salah satu pedagang di kantin Pujasera UB yang masih dapat membuka kedainya di saat pandemi mengalami hal yang sama. Ia menuturkan bahwa meski diperbolehkan berjualan, kantin mengalami sepi pembeli.
Ia juga mengatakan bahwa para pedagang di kantin Pujasera UB yang membuka kedainya tetap dikenakan biaya sewa. Meskipun terdapat keringanan yang diberikan oleh pihak universitas.
“Cuma dikasih keringanan bayar telat saja mbak. Ya, paling sebulan dua bulan,” ungkap Andi saat diwawancarai pada Selasa, (9/2).
Berbeda dengan Andrean dan Andi, Aji sebagai salah satu pemilik stand di Kantin Fakultas Hukum (FH) justru belum dapat berjualan sejak Maret 2020. Hingga ia memutuskan untuk beralih profesi menjadi seorang ojek online untuk tetap memenuhi kebutuhannya.
Bukan hanya menceritakan kondisinya, Aji juga menyampaikan harapannya kepada pihak universitas agar dapat membantu pedagang Kantin UB yang terdampak.
“Jadi, tetap kita menunggu edaran resmi dari pihak UB kapan diperbolehkan untuk mulai jualan lagi. Dan berhubungan dengan sewa kontrak kantinnya sangat berharap ada semacam kompensasi selama masa pandemi berlangsung karena kita tidak bisa berjualan,” kata Aji saat diwawancarai awak lpmkavling10 pada Rabu, (10/2).
Mengenai nasib pedagang kantin UB, Ziauddin membuka suara terkait rencana kedepan jika perkuliahan daring harus terus dilaksanakan.
“Rencananya kita mau meningkatkan penjualan dan membantu pedagang agar tetap bisa berpenghasilan. Yaitu lewat promosi bersama dan meningkatkan kualitas jasa pengiriman makanan kami,” ungkapnya
Penulis: Senia Nefalina
Kontributor: Eilyn Zharfa Mazaya, Ayuni Kusumawati
Editor: Ranti Fadilah