Kamerad Trumbo di Antara Ideologi Komunis dan Kecintaannya pada Film
Penulis: Ima Dini Shafira
Editor: Priska Salsabiila
Kirk Douglas berdiri di atas panggung dengan membawa secarik kertas di tangannya. Ia membacakan nominator kategori penulis naskah film terbaik dalam ajang penghargaan Oscar pada tahun 1954. “And the winner is, Ian McLellan Hunter for Roman Holiday”, ujarnya disusul dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton.
Namun, siapa sangka bahwa naskah Roman Holiday sebenarnya ditulis oleh Dalton Trumbo yang meminta Ian McLellan mengaku bahwa ini karyanya?
James Dalton Trumbo merupakan seorang jurnalis yang juga penulis buku dan naskah yang lahir pada 9 Desember 1905 di Colorado, Amerika Serikat. Naskahnya banyak diangkat menjadi film yang sukses dan memenangkan berbagai penghargaan. Selain itu, ia juga merupakan anggota Partai Komunis Amerika Serikat sejak tahun 1943.
Trumbo ingin menciptakan dunia yang lebih baik pasca perang dunia. “Sosialisme Marxis merupakan sistem filsafat yang sangat terhormat dan dapat menjadi dasar atas perubahan sosial di Amerika Serikat”, ujarnya.[1] Trumbo dikenal aktif menyuarakan perihal kesejahteraan buruh, hegemoni kapitalis, dan mempromosikan persatuan buruh-kiri. Ternyata, keaktifan ini membawa Trumbo dalam masalah di kemudian hari.
Pasca perang dunia II, sentimen anti-Soviet menyebar di seluruh Amerika. Narasi bahwa ideologi komunis akan disebarkan dan mengancam demokrasi yang selama ini dipegang teguh oleh Amerika Serikat kerap disuarakan. Jose Felipe Anderson dalam tulisannya berjudul Freedom of Association, the Communist Party, and the Hollywood Ten menjelaskan bahwa pada tahun 1930-1940an, masyarakat menganggap Partai Komunis sebagai musuh terbesar dan ancaman yang nyata bagi Amerika Serikat.
Dengan tujuan melindungi Amerika Serikat dari ancaman komunis, Dewan Perwakilan Amerika Serikat membentuk sebuah tim investigasi bernama The House Un-American Activities Committee (HUAC) pada 1938. Tim ini bertugas menyelidiki aktivitas seseorang maupun kelompok yang terafiliasi dengan komunisme.[2] Banyak orang yang kemudian dipenjara karena diduga menjadi anggota Partai Komunis dan berusaha menyebarkan ideologi yang dibawa.
Industri perfilman tak luput dari sektor yang diselidiki oleh HUAC. Film memang salah satu media propaganda yang dapat diandalkan. Valadimir Lenin pernah berkata bahwa dari semua bentuk seni, yang terpenting baginya adalah film.[3] Kepala Komintern Soviet Grigori Zinoviev juga mengungkapkan, “film harus menjadi senjata perkasa untuk propaganda Komunis dan untuk mencerahkan massa pekerja yang lebih luas”.[4]
Dalton Trumbo dan sembilan temannya —yang kemudian dikenal sebagai Hollywood Ten— merupakan sekumpulan sutradara dan penulis naskah yang menolak untuk memberikan kesaksian di hadapan Kongres yang pada saat itu menanyakan pandangan politik mereka. Kongres ingin mengetahui keterlibatan Hollywood Ten dalam Partai Komunis usahanya dalam menyebarkan ideologinya melalui film.
Richard Cohen, dalam tulisannya yang dimuat Washington Post berjudul Dalton Trumbo and the Right to be Wrong, menuliskan bahwa pada tahun 1947, Hollywood Ten dikirim ke penjara atas tindakan menentang Kongres.
Dalton Trumbo merupakan sosok pria yang tegas dan berpegang teguh pada prinsipnya. Dia bisa saja memberi kesaksian di hadapan Kongres. Namun saat ditanya, jawaban yang terlontar adalah “pemerintah tidak mempunyai urusan untuk bertanya mengenai keyakinan serta pandangan politik saya”.[5] Hal ini dianggapnya melanggar Konstitusi Amerika Serikat Amandemen Pertama terkait kebebasan berpikir, berbicara, dan berpendapat.
Kedekatan pandangan dengan Joseph Stalin serta penolakan dalam memberi kesaksian terhadap Kongres membuat Trumbo harus menjalani hari-harinya selama 11 bulan di penjara pada 1950. Padahal, ia tidak memata-matai Amerika Serikat untuk Soviet maupun melakukan tindakan pengkhianatan yang merugikan negara.
Semenjak dipenjara, Dalton Trumbo masuk ke dalam blacklist. Ia dikeluarkan dari studio tempatnya bekerja, tidak ada studio yang mau menerima naskahnya, dan kesulitan mencari pekerjaan baru. Sejak saat itu, ia menulis naskah yang kemudian dijual menggunakan pseudonyms dan nama penulis lain yang seakan-akan menulis naskah tersebut.
Hal inilah yang terjadi pada Roman Holiday (1953), sebuah naskah yang diangkat menjadi film karya Dalton Trumbo yang meminta Ian MCLellan mengaku seakan ini naskah buatannya.
Banyak naskah lain yang dibuat Trumbo secara sembunyi-sembunyi dalam masa blacklist dan diangkat menjadi film, salah satunya The Brave One. Tentunya bukan nama Dalton Trumbo yang tertulis dalam screen credit. Film yang terbit pada 1956 ini ditulis oleh Richard Rich yang merupakan pseudonyms.
The Brave One berhasil menang dalam ajang penghargaan Oscar dan ketika para jurnalis ingin mewawancarai Richard Rich, mereka malah kesulitan menemui orang bernama Richard Rich tersebut. Dari sinilah mulai muncul dugaan bahwa Dalton Trumbo merupakan penulis naskah tersebut.
Kegiatan menulis naskah secara sembunyi-sembunyi ini terus dilakukan mengingat namanya berada dalam blacklist —daftar orang-orang yang tergabung dalam Partai Komunis. Hingga akhirnya pada film Spartacus (1960), Kirk Douglas yang menunjuk Trumbo sebagai penulis naskahnya melakukan tindakan berani dengan memasukkan nama Dalton Trumbo dalam screen credit film tersebut.
Kemunculan film Spartacus membawa angin protes dari para warga yang menganggap film ini ditulis oleh seorang komunis. Sejumlah massa melakukan demo di depan gedung bioskop untuk menyampaikan protes tersebut. Namun tak disangka-sangka, Presiden Amerika Serikat saat itu, John F. Kennedy (1961-1963) turut menonton film yang ditulis oleh Trumbo tersebut. Ia menerobos begitu saja barisan para pendemo di depang gedung bioskop. Peristiwa ini menandai berakhirnya masa blacklist.
Hal yang pada akhirnya membuat Trumbo menjadi sosok yang fenomenal dan patut dikenang adalah betapa ia sangat memegang teguh idealismenya yang tercermin dalam hasil karya-karyanya. Hampir semua naskah buatan Trumbo mempunyai aspek kesadaran sosial karena ia tidak pernah berhenti mengobservasi dunia sekitarnya.[6] Kisah menakjubkan Trumbo ini kemudian diangkat ke layar lebar oleh Jay Roach dan ditulis oleh John McNamara dengan judul “Trumbo”.
Rujukan:
[1] Larry Ceplair dan Christopher Trumbo, “Dalton Trumbo : Blacklisted Hollywood Radical”, University Press of Kentucky, 2015.
[2] Jose Felipe Anderson, “Freedom of Association, the Communist Party, and the Hollywood Ten: The Forgotten First Amendment Legacy of Charles Hamilton Houston”, 2009, McGeorge Law Review Vol. 40.
[3] Scott MacKenzie, “Film Manifestos and Global Cinema Cultures : A Critical Anthology”, University of California Press, 2014.
[4] Paul Kengor, “A Pope and A President”, Intercollegiate Studies Institute, 2017.
[5] Richard Cohen, “Dalton Trumbo and the Right to be Wrong”, Washington Post, 2015.
[6] Peter Hanson, “Dalton Trumbo, Hollywood Rebel : A Critical Survey and Filmography”, McFarland & Company, Inc., Publishers, 2001.