Widows, Drama Politik hingga Sinisme Perkotaan dan Laki-Laki
Oleh: Rinto Leonardo Siahaan
Genre : Noir/Drama Kriminal
Sutradara : Steve McQueen
Pemain : Viola Davis sebagai , Michelle Rodriguez, Elizabeth Debicki, dan Cynthia Erivo
Produser : Steve McQueen, Iain Canning, Emile Sherman, Arnon Milchan
Skenario : Steve McQueen, Gillian Flynn
Tahun rilis : 2018
Durasi : 2 jam 8 menit
Film yang disutradarai oleh Steve McQueen ini sebenarnya adalah film yang terinspirasi dari Lynda La Plante tahun 1983-1985. Film ini dibintangi oleh empat perempuan sebagai pemeran utama, sekaligus janda dalam film tersebut, yaitu; Viola Davis, Michelle Rodriguez, Elizabeth Debicki, dan Cynthia Erivo.
Cerita ini dimulai dari perampokan empat lelaki yang mana adalah para suami dari empat perempuan yang sedang menunggu kepulangan suaminya ini. Rahasia ini terbongkar ketika empat suami mereka mati menggenaskan. Cerita berlanjut pada kesedihan istri-istri yang sudah ditinggalkan dan melakukan pemakaman kepada suaminya yang sudah meninggal itu. Ada masalah masa lalu, yang membuat para perempuan ini terjerat sebuah permasalahan.
Para istri yang ditinggalkan harus berhadapan dengan pihak polisi yang korupsi dan mafia. Sial pun didapat dari kematian para suami kriminal, dimana para lelaki itu menitipkan warisan berupa hutang kepada istri-istrinya. Dari sini perjalanan hidup para istri tertekan, bagaimana tidak; ada yang dikejar untuk membayar uang dua juta dollar dari hasil rampokan suaminya oleh Jamal Mannings, seorang politisi ras kulit hitam; ada yang tokonya disita karena tak bayar sewa, dikarenakan uang sewa yang diberikannya ke suaminya dipakai untuk berjudi; terakhir ada yang dipaksa oleh ibunya untuk mencari lelaki lain untuk memuaskan hasrat seksual, sekaligus mencari uang.
Sekilas dari alur cerita, konflik yang dimunculkan adalah konflik politik elektoral di wilayah 18 antara dinasti keluarga Mulligan dari ras kulit putih dengan Jamal Mannings dari ras kulit hitam. Dimana aset dan reputasinya hanya untuk dukungan mencari suara raktat untuk kepentingan pencalonan diri sebagai anggota dewan kota. Konflik politik tersebut yang menjadi pemantik terjadinya perampokan oleh para suami kriminal tadi. Film ini juga menyisipkan propaganda atas realita di Amerika Serikat, dimana gampangnya mencari senjata api dan lainnya, rasisme terhadap ras kulit hitam, gereja atau tempat ibadah sebagai basis politik elektoral, dan banyak lagi hal miris tentang Amerika Serikat.
Secara tersirat sinisme terhadap laki-laki atau wacana feminis ini muncul ketika Veronica, istri Harry berkata “Tidak ada yang berpikir bahwa kita dapat melakukan hal ini”. Dimana benar adanya praktek pencurian atau perampokan secara terorganisir dan terstruktur biasanya dilakukan oleh laki-laki, begitu juga dengan penembakan, mengemudikan mobil dengan cepat, dan pengintaian rumah seseorang untuk memastikan keamanan rumahnya. Meskipun rencana dari keempat janda ini tidak berjalan mulus, tapi dari adegan di film ini memperlihatkan ke penonton bahwa, perempuan-perempuan ini mendobrak konstruksi gender dimana stigma pada masyarakat awam hal-hal seperti perempuan hanya bisa diam di rumah, laki-laki lebih menggunakan nalar-logika dan perempuan lebih menggunakan perasaan, dan banyak lagi stigma lainnya. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana ketakutan mencoba dihilangkan menjadi sebuah tekad dan memunculkan eksistensi mereka sebagai janda yang menginginkan uang dari warisan Harry, yang mana merupakan hak yang harus mereka dapatkan.
Feminisme multikultural global juga ditekankan pada Widows, dimana tidak ada batasan budaya, ras, dan kekhususan partikular dalam melakukan tindakan perampokan atau aksi-aksi yang mereka jalankan, dan fokus menitikberatkan pada aksi perempuan yang mereka lakukan adalah atas kondisi ekonomi politik di Amerika Serikat. Terlihat dari asal dan ras empat perempuan ini menjadi satu kelompok dan didorong oleh kepentingan ekonomi politik.